Persaingan di ranah 4G LTE bakal makin sengit
Merdeka.com - Layanan 4G LTE di frekuensi 1.800 MHz kini telah dinikmati oleh masyarakat di seluruh negeri ini. Seluruh operator juga berlomba-lomba memenangkan hati masyarakat untuk menggunakan layanan mereka dengan berbagai keunggulan. Tentu saja hal ini menjadikan persaingan di layanan 4G LTE akan semakin ketat.
"Persaingan memang cukup ketat, dan ada beberapa macam persaingan, cakupan wilayah atau coverage dan adopsi teknologi baru," ujar pengamat telekomunikasi dari Indonesia ICT Insitute, Heru Sutadi kepada Merdeka.com, Senin (21/12).
Menurut Heru, dari sisi wilayah, dia mengatakan bahwa operator dengan Capital Expenditure (Capex) besar akan lebih agresif untuk melakukan strategi tersebut. Sementara, untuk adopsi teknologi semua operator bisa mengadopsi teknologi 4G yang mutakhir.
-
Bagaimana Telkom membangun konektivitas di Indonesia? 'Melalui kemitraan kami dengan BW Digital dan sebagai bagian dari keseluruhan 7 sistem kabel bawah laut ICE kami, kami bertujuan untuk menjembatani kesenjangan konektivitas antar data center di negaranegara ini dan membentuk masa depan Lanskap Bawah Laut Asia Pasifik,' ungkap Chief Executive Officer Telin, Budi Satria Dharma Purba.
-
Dimana saja internet belum merata? Masalah pemerataan dan kecepatan itu ya memang harus dilakukan secara paralel gitu ya. Kalau pemerataan itu kan memang masih ada 20 persen dari wilayah 3T (Terluar, Tertinggal, Terdepan-red) yang belum mendapatkan internet dengan bagus gitu ya, bahkan juga masih blank spot.
-
Dimana XL Axiata membangun jaringan 4G di Sulawesi? Khusus di Pulau Sulawesi dalam kurun waktu dua tahun terakhir, XL Axiata gencar membangun jaringan 4G hingga ke wilayah pelosok pedesaan yang sebelumnya belum terjangkau, dengan menambah lebih dari 700 BTS 4G. Hingga akhir tahun 2023 lalu, ditopang dengan total lebih dari 9.800 BTS, termasuk lebih dari 6.400 BTS 4G, jaringan 4G XL Axiata telah menjangkau total lebih dari 1.900 desa/kelurahan dan 805 kecamatan di 108 kota/kabupaten dan 6 provinsi.
-
Bagaimana Telkom menangani krisis? 'Kami memastikan bahwa informasi yang disampaikan ke media adalah resmi dari perusahaan, di mana informasi yang disampaikan cepat, valid, dan jelas. Kami juga terbuka dengan komunikasi dua arah dari para stakeholder, khususnya media. Khusus untuk penanganan krisis, Telkom tidak hanya fokus pada strategi reaktif untuk menurunkan krisis tersebut namun juga proaktif terkait memastikan informasi dapat diperoleh dengan cepat oleh masyarakat dan reputasi perusahaan dapat segeradipulihkan melalui keterbukaan informasi,' jelas VP Corporate Communication Telkom, Andri Herawan Sasoko.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas telekomunikasi Indonesia? Dua orang yang bertanggung jawab atas kondisi telekomunikasi Indonesia, yaitu Mayjen TNI Soehardjono (dirjen pos dan telekomunikasi) serta Ir Sutanggar Tengker Yahya (direktur telekomunikasi di ditjen pos dan telekomunikasi yang juga mantan dirut PN Telekomunikasi Indonesia), menyadari pentingnya menggunakan satelit untuk menyambungkan komunikasi di wilayah nusantara yang begitu luas dan terpisah jarak begitu jauh.
-
Bagaimana kinerja Telkom di tahun 2023? Tahun 2023 menjadi tahun yang menantang bagi Telkom di tengah transformasi yang terus digerakkan. Alhamdulillah, Telkom mencatatkan kinerja cukup baik yang tentunya ini tidak lepas dari dukung karyawan dan seluruh stakeholder yang terlibat. Atas nama manajemen, kami mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kepercayaan para stakeholder kepada Telkom untuk terus memberikan kontribusi terbaik serta mampun tumbuh berkelanjutan,' jelas Ririek.
"Kalau wilayah, persaingan memang ketat, tetapi operator dengan capex besar yang agaknya akan lebih ekspansif yang dalam hal ini Telkomsel. Seperti untuk adopsi teknologi ini bisa siapa saja, karena di 2015 malah Bolt! dan Smartfren yang adopsi teknologi 4G mutakhir," kata dia.
Pada persaingan 4G LTE ini, dia pun mewanti-wanti agar Tri yang notabene memiliki sumber daya kecil harus berani mengejar ketertinggalan dari para kompetitornya. Meskipun trafik data mereka diklaim nomor dua setelah Telkomsel.
"Nampaknya Tri memang agak terlambat ini. Ya, karena mereka kan tidak punya 900 MHz dan 1800 Mhz baru selesai. Jadi diharapkan Tri bisa segera mengejar ketertinggalannya, tuturnya.
Sebagaimana diketahui, di frekuensi 1.800 MHz ini, total lebar pita yang dipakai mencapai 75 MHz dengan pembagian Telkomsel memiliki lebar pita 22,5 MHz, XL Axiata 22,5 MHz, Indosat 20 MHz, sementara Tri mempunyai lebar pita 10 MHz.
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak mudah bagi industri telekomunikasi untuk menatap masa depan. Butuh bantuan pemerintah agar bisnis mereka terus berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaAda banyak tugas menanti Menkominfo pilihan Presiden Prabowo, salah satunya di sektor telekomunikasi.
Baca SelengkapnyaKondisi operator seluler di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan mengenai VoLTE dan harga dari layanan milik Telkomsel ini.
Baca SelengkapnyaHal itu seperti tidak ada persaingan sama sekali antar pengusaha barang dan jasa.
Baca SelengkapnyaPenggelaran jaringan 5G yang massif masih terganjal 'ketiadaan' frekuensi.
Baca SelengkapnyaBeban operator seluler selama ini sungguh berat. Tidak hanya bisnisnya saja, namun 'upeti' yang mesti dibayarkan ke pemerintah pun makin bengkak.
Baca SelengkapnyaAda beberapa alasan mengapa penerapan 5G terkesan lama.
Baca SelengkapnyaLangkah ini sebagai upaya Telkomsel terus meningkatkan keterjangkauan masyarakat dengan teknologi 5G.
Baca SelengkapnyaOperator seluler khawatir jika tidak ada ketidakadilan dalam berbisnis saat satelit Starlink Elon Musk masuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaOpensignal baru saja merilis pengalaman jaringan seluler di Indonesia per Desember 2023.
Baca SelengkapnyaEkosistem penyelenggara internet akan terganggu jika Starlink beroperasi di perkotaan.
Baca Selengkapnya