Pria ini ingin ciptakan dua matahari baru di atas planet Mars!
Merdeka.com - Penemuan air di Mars yang diberitakan NASA telah membuka mata dunia akan besarnya potensi planet Merah itu untuk dihuni olah manusia. Menanggapi kabar NASA itu, pria ini justru ingin mengebom Mars dengan nuklir. Apakah dia sudah gila?
Tentu tidak, karena pria tersebut adalah CEO dari SpaceX, perusahaan transportasi luar angkasa Amerika, bernama Elon Musk. Dikutip dari Daily Mail (04/10), Musk ingin menggunakan bom nuklir jenis baru untuk mengebom dua kutub Mars.
Rencana pengeboman Mars itu bukan untuk menghancurkan planet itu, namun sebaliknya, untuk membuat Mars bisa dihuni oleh manusia lebih cepat.
-
Bagaimana SpaceX berencana untuk mencapai Mars? SpaceX berharap kombinasi kekuatan dan efisiensi ini akan membawa impian Musk untuk menjajah Mars lebih dekat ke kenyataan.
-
Siapa yang meragukan misi Elon Musk ke Mars? Dikutip dari Futurism, Selasa (8/10), Wall Street Journal melaporkan, bahwa para ahli meragukan kemampuan Musk membawa manusia ke Mars dalam waktu dekat.
-
Kapan misi pertama SpaceX ke Mars direncanakan? Pendiri dan CEO SpaceX, Elon Musk, mengungkapkan bahwa misi tanpa awak akan dimulai pada 2026 untuk menguji keandalan pendaratan di Mars.
-
Kapan Tesla mengatakan tentang penemuan pesawatnya? Pada tahun 1919, Tesla mengatakan bahwa ia pernah mengembangkan pesawat supersonik dengan menggunakan tenaga listrik.
-
Apa yang Tesla kembangkan? Akhirnya ia memutuskan untuk mengembangkan arus listrik bolak-balik atau Alternating Current (AC).
-
Siapa yang diluncurkan ke luar angkasa? Laika, seekor anjing asal Moskow yang menjadi makhluk hidup pertama yang mengorbit Bumi, menandai tonggak penting dalam perjalanan ke luar angkasa.
Ya, Musk berencana memakai bom nuklir tipe gelombang kejut untuk menciptakan dua buah matahari di atmosfer Kutub Mars. Dua matahari nuklir itu diharapkan bisa menghangatkan atmosfer Mars dan mencairkan es yang ada di permukaannya.
"Yang aku maksud, menciptakan dua buah matahari mungil di atas kutub Mars. Di atas, bukan di planet itu. Setiap detiknya, kami akan mengirim bom nuklir ke atmosfer Kutub Mars. Mengapa kita membutuhkan dua matahari di Mars? Jadi, dua matahari itu akan menghangatkan planet, menebalkan atmosfer, dan mencairkan es di Mars," jelas pria yang juga jadi pendiri perusahaan mobil listrik Tesla itu.
Terdengar gila bukan? Namun faktanya tidak, karena Musk meniru efek rumah kaca yang ada di Bumi. Terbukti, efek rumah kaca mengakibatkan pemanasan global yang mencairkan es di Kutub Bumi. 'Bencana' di Bumi itulah yang ingin dipakai oleh Musk untuk menghidupkan Mars. Cerdas bukan?
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keduanya memiliki mimpi yang sama. Membawa umat manusia keluar Bumi. Tapi mana yang realistis?
Baca SelengkapnyaDua orang kaya dunia ini punya ambisi sama terhadap planet Mars. Tapi punya tujuan sedikit berbeda.
Baca SelengkapnyaElon Musk membantah kabar bahwa dirinya akan mendonorkan sperma untuk kehidupan di Mars.
Baca SelengkapnyaElon Musk berambisi membangun koloni di Mars, namun tantangan biaya dan kompleksitas bisa menghambat realisasi misi ini dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaWaktu untuk mewujudkan manusia ke planet Mars lama. Sulit rasanya jika hal itu terjadi namun Elon Musk masih hidup.
Baca SelengkapnyaBukan di Mars, tetapi tempat buatan manusia ini adalah wadah kehidupan baru selain di Bumi.
Baca SelengkapnyaSpaceX akan memulai misi tanpa awak ke Mars pada 2026, dengan misi berawak direncanakan empat tahun kemudian.
Baca SelengkapnyaMengangkut peralatan berukuran besar ke luar angkasa tentu menjadi hal sulit dan akan memerlukan biaya yang mahal.
Baca SelengkapnyaTak mudah membawa 1 juta orang ke Planet Mars. Ini Jawabannya.
Baca SelengkapnyaBrian Cox mengungkapkan bahwa Uranus dan Neptunus adalah target utama eksplorasi luar angkasa berikutnya.
Baca SelengkapnyaNikola Tesla manusia biasa. Seperti halnya pernah melakukan kesalahan fatal.
Baca SelengkapnyaWakil Presiden Kamala Harris akan menghentikan ambisi manusia untuk mencapai Mars kata Elon Musk.
Baca Selengkapnya