Punya frekuensi sama, XL belum tentu salip Telkomsel
Merdeka.com - Merger PT XL Axiata dengan PT Axis Telecom akhirnya mendapatkan persetujuan dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Persetujuan ini sama artinya dengan memuluskan jalan keduanya untuk bergabung dan tinggal proses business to business (B to B) saja.
Mergernya dua operator tersebut sama halnya dengan merger dua frekuensinya masing-masing, meskipun oleh Kemenkominfo sudah dikurangi sampai 10 MHz.
Dengan mergernya XL dan Axis, maka kini XL memiliki frekuensi seluler selebar 45 Mhz, sama dengan lebar yang dimiliki Telkomsel.
-
Mengapa XL Axiata dan Smartfren bergabung? Kehadiran dari entitas hasil merger XL Axiata-Smartfren ini diharapkan dapat memberikan kekuatan baru dalam industri telekomunikasi, berkat penggabungan sumber daya spektrum dari kedua perusahaan tersebut.
-
Apa yang XL Axiata perluas di Sulawesi? PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) terus memperluas jaringan Fix Mobile Convergence (FMC) di Sulawesi.
-
Bagaimana proses merger XL Axiata dan Smartfren berjalan? Menurut Dian Siswarini, CEO dan Presiden Direktur XL Axiata, tahap due diligence antara kedua perusahaan kini sudah berada di penghujung. 'Sekarang hilal sudah kelihatan sedikit, jadi proses due diligence-nya sudah memasuki tahap akhir. Jadi, diharapkan kita bisa memasuki proses selanjutnya,' ungkap Dian Siswarini dalam acara Media Gathering XL Axiata di Yogyakarta pada Rabu, (23/10), dikutip dari Liputan6.
-
Mengapa XL Axiata dan Smartfren ingin merger? Dian mengungkapkan bahwa konsolidasi atau penggabungan dua operator tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan yang terlibat, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan industri secara keseluruhan.
-
Kenapa sinyal XL Axiata meningkat di Kepri? Dalam 2 tahun terakhir pula, terjadi peningkatan trafik data sebesar 11% di seluruh Kepri,' kata dia.
-
Kenapa XL Axiata ingin merger dengan Smartfren? Pasalnya, pihak XL Axiata menyadari bahwa persaingan di industri seluler akan berat jika mereka berdiri sendiri dan tidak melakukan merger.
Namun ternyata, jumlah frekuensi yang dimiliki tak berkorelasi dengan dengan peningkatan jumlah pelanggan, bahkan bisa-bisa malah mubazir, karena frekuensinya tidak optimal digunakan. Frekuensi yang kurang optimal tersebut bisa jadi malah menjadi beban perusahaan dalam membayarkan biaya hak penggunaan (BHP) frekuensinya.
Menurut anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) M. Ridwan Effendi, jumlah spektrum frekuensi tidak berkorelasi langsung dengan jumlah pelanggan.
“Akan tetapi di dalam perencanaan jaringan, jumlah frekuensi menjadi salah satu parameter yang diperhitungkan untuk mendukung trafik makimum yang diasumsikan akan terjadi. Trafik maksimum ini berhubungan dengan jumlah pelanggan dan pola statistik pelanggan dalam berkomunikasi,” ujarnya kepada merdeka.com, Selasa (11/3).
Menurut dia, operator dengan jumlah frekuensi yang makin besar juga memiliki keuntungan dalam hal efisiensi jaringan yaitu bisa membuat BTS dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang memiliki frekuensi lebih kecil.
“Frekuensinya akan mubazir bila hanya membangun di daerah yang menguntungkan saja. Seperti ada operator yang punya 70 BTS, karena daerahnya tidak ekonomis, sudah mau didismantle,” katanya.
Untuk bisa mengejar Telkomsel, apalagi di masa pelanggan sudah penuh, maka untuk menambah jumlah pelanggan hanya bisa melalui akuisisi pelanggan operator lain. Sedangkan mengakuisisi pelanggan lebih sulit daripada membentuk pasar baru di daerah baru, sehingga XL butuh waktu bertahun-tahun lagi untuk bisa menyalip jumlah pelanggan Telkomsel.
(mdk/nvl)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proses merger antara XL dan Smartfren semakin mendekati tahap akhir.
Baca SelengkapnyaSetelah dirumorkan merger, kini Axiata dan SinarMas saling mulai menjajaki.
Baca SelengkapnyaXL Axiata dan Smartfren dirumorkan akan merger. Kominfo memberi restu.
Baca SelengkapnyaBergabungnya salah satu penyedia layanan internet kabel terbesar di Indonesia tersebut sebagai bagian dari tindak lanjut bergabungnya Link Net dengan XL Axiata.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terkait rencana merger XL dan Smartfren.
Baca SelengkapnyaRespons XL Axiata tak terduga saat ramai Starlink.
Baca SelengkapnyaIni merupakan teknologi baru dari layanan XL SATU.
Baca SelengkapnyaMorowali menjadi kota/kabupaten ke 3 di Sulawesi Tengah yang telah terjangkau layanan konvergensi ini.
Baca SelengkapnyaXL Axiata dengan jaringan Fix Mobile Convergence (FMC) kini telah melayani sebanyak 86 kota/kabupaten.
Baca SelengkapnyaSelain penambahan BTS serta peningkatan bandwidth, pihaknya juga melakukan monitoring secara intensif selama pelaksanaan Pilkada 2024.
Baca SelengkapnyaLayanan Fixed Mobile Convergence (FMC) diharapkan jadi ladang pendapatan baru XL Axiata.
Baca SelengkapnyaJaringan backbone Gorontalo – Palu yang menghubungkan dua provinsi di Sulawesi ini mulai dibangun pada tahun 2023.
Baca Selengkapnya