Raksasa teknologi sepakat lawan kebijakan intoleran Trump ke Muslim
Merdeka.com - Pada 14 Desember lalu, Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump mengadakan pertemuan dengan petinggi teknologi Amerika Serikat untuk membahas masa depan Amerika Serikat yang tentu disokong oleh majunya teknologi. pertemuan tersebut dihadiri oleh CEO dari Google, Microsoft, Apple, Amazon, dan masih banyak yang lainnya.
Salah satu agenda Trump mengundang para eksekutif dari berbagai raksasa teknologi dunia tersebut, adalah meminta bantuan untuk melancarkan salah satu kebijakan sang presiden terpilih, yakni membuat daftar atau registry dari semua warga Amerika Serikat yang beragama Islam.
Meski dipersuasi langsung oleh sang presiden terpilih, ternyata tak ada satu pun dari raksasa teknologi ini yang mau untuk membantu Trump. Setelah Microsoft dan IBM yang membuat pernyataan penolakan untuk membantu Trump, giliran Apple, Google, dan Uber yang menolak.
-
Kenapa CEO teknologi ingin bekerja sama dengan Trump? Apple CEO Tim Cook menyampaikan, 'Selamat kepada Presiden Trump atas kemenangan Anda! Kami siap untuk berkolaborasi dengan Anda dan pemerintahan Anda untuk memastikan bahwa Amerika Serikat terus menjadi pemimpin dalam inovasi dan kreativitas.' Pernyataan ini menunjukkan harapan untuk kerjasama yang lebih baik di masa depan.
-
Apa reaksi para bos teknologi atas kemenangan Trump? Beberapa CEO terkemuka memberikan pernyataan positif mengenai kemenangan Trump, menunjukkan adanya perubahan sikap di kalangan pemimpin industri seperti dikutip dari The Verge, Kamis (7/11).
-
Siapa yang meminta Apple dan Google blokir Temu? Permintaan ini diajukan oleh sejumlah menteri sebagai langkah proaktif untuk melindungi UMKM.
-
Bagaimana respon CEO teknologi tentang kemenangan Trump? Beberapa CEO terkemuka memberikan pernyataan positif mengenai kemenangan Trump, menunjukkan adanya perubahan sikap di kalangan pemimpin industri seperti dikutip dari The Verge, Kamis (7/11).
-
Bagaimana Elon Musk menunjukkan dukungannya kepada Trump? Musk juga menyumbangkan sejumlah uang yang tidak diungkapkan ke America PAC, sebuah komite aksi politik yang bekerja untuk memilih Trump. 'Saya sepenuhnya mendukung Presiden Trump dan berharap kesembuhannya cepat,' katanya.
-
Siapa yang menentang rencana Elon Musk? Hanya saja, rencananya itu ditentang oleh ilmuwan NASA, Michele Thallter.
Dilansir dari Buzzfeed, CEO Microsoft Satya Nadella menyebutkan bahwa "Kami sangat jelas dengan nilai yang kami usung. Kami menentang diskriminasi dan kami tak akan melakukan bantuan apapun untuk membuat registry untuk Muslim di Amerika."
IBM yang punya karyawan lebih dari 380.000 orang bahkan lebih tegas, di mana dalam pernyataannya perusahaan IT itu menyebut "IBM tak akan membantu proyek hipotetis tersebut."
Menyusul muncul pernyataan dari Apple, Google dan Uber.
Juru Bicara Google merilis pernyataan yang berbunyi, "Terkait dengan pembuatan daftar untuk Muslim, kami tak pernah diminta secara langsung, namun tentu kami tak akan melakukannya."
Juru Bicara Apple juga merilis pernyataan, "Kami pikir semua orang harus diperlakukan sama, tak peduli bagaimana cara dia beragama, bagaimana bentuk fisiknya, dan siapa yang dia cintai. Kami akan menentang segala upaya untuk melakukan hal ini."
Uber pun demikian. Dihubungi oleh Buzzfeed, aplikasi ride sharing ini hanya membalas dengan jawaban "tidak" dengan gamblang.
Jadi, untuk saat ini Trump sama sekali tak mendapat bantuan untuk menjalankan kebijakan diskriminatifnya ini. Meski demikian, hal ini adalah kebijakan yang jadi janji-janji Trump di kampanye presiden sebelum ia terpilih. Beberapa kebijakan lain terkait pemeriksaan ekstrem dan ketat untuk Muslim yang masuk ke Amerika Serikat.
Sebelumnya, basis Silicon Valley mempunyai sangat kecil dukungan untuk Trump. Dari sedemikian banyak pegiat teknologi di daratan California, hanya Peter Thiel yang merupakan CEO PayPal lah yang terang-terangan mendukung Trump.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Raoul menyayangkan sikap Elon Musk yang tidak merahasiakan dukungannya terhadap Donald Trump.
Baca SelengkapnyaSejumlah merek terkemuka menghentikan iklan di platform X yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Baca SelengkapnyaBerawal dari ini, banyak karyawan Google yang memprotes kebijakan kerja sama perusahaan dengan Israel.
Baca SelengkapnyaBeberapa merek atau produk bahkan telah menyatakan diri independen setelah kampanye boikot di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaElon Musk marah setelah banyak perusahaan besar menarik iklan di platform X.
Baca SelengkapnyaIni persoalan X yang dijauhi para pengiklan sehingga memperburuk keuangan mereka.
Baca SelengkapnyaPenolakan terhadap produk tersebut tak lepas dari perang yang dilakukan Israel kepada Hamas di Jalur Gaza, Palestina.
Baca SelengkapnyaPengusaha pemasuk pasar modern RI pastikan tak ada sumbangsih dana ke Israel.
Baca SelengkapnyaSurvei Global: 1 dari 3 Orang di Dunia Boikot Produk karena Perang Israel di Gaza, Termasuk Orang Indonesia
Baca SelengkapnyaIni terkait tentang permintaan Apple untuk mendapatkan tax holiday selama 50 tahun sebagai syarat berinvestasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaGoogle akan berhenti beroperasi di Indonesia imbas boikot? Simak penelusurannya
Baca SelengkapnyaGoogle dan Amazon memiliki kontrak USD1,2 miliar untuk menyediakan layanan komputasi awan kepada pemerintah dan militer Israel.
Baca Selengkapnya