Ramai Investor Asing di Startup Indonesia, Begini Harapan Nodeflux, Startup AI Lokal
Merdeka.com - Isu nasionalisme kembali panas di ranah perusahaan rintisan (startup) teknologi di Indonesia. Terutama setelah startup unicorn, seperti Go-Jek dan Tokopedia, ramai diinjeksi modal oleh investor asing.
Isu ini juga menjadi perhatian startup Nodeflux, sebuah startup lokal yang fokus pada ranah kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Dibangun pada 2016, Nodeflux menawarkan solusi teknologi pengenalan wajah (face recognition) yang terpasang di CCTV dan terhubung dengan database kependudukan.
Meidy Fitranto, Co-Founder dan Chied Executive Officer (CEO) Nodeflux, mengaku concern soal investor ini. Apalagi Nodeflux sedang didekati beberapa investor asing. Tapi Meidy enggan menyebutkan nama-nama venture capital asing tersebut.
-
Apa yang dialami startup di Indonesia? Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh Glints dan Monk's Hill Ventures (MHV) mengenai performa perusahaan startup di Asia Tenggara (ASEAN) pada tahun 2024 menunjukkan adanya penurunan gaji bagi karyawan startup, khususnya di Indonesia.
-
Bagaimana cara startup di Indonesia bertahan? Banyak perusahaan yang melakukan penghematan biaya untuk bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
-
Apa bukti nyata pertumbuhan Startup Indonesia? 'Salah satu bukti nyata adalah pencapaian Endeavor Indonesia yang berhasil menambah 9 Endeavor Entrepreneurs hingga berjumlah total 104 dari 78 perusahaan pada tahun ini,' jelas dia.
-
Apa itu unicorn dalam dunia startup? Unicorn adalah istilah yang dipakai dalam industri modal ventura untuk menggambarkan perusahaan rintisan swasta dengan nilai valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS.
-
Apa yang Menko Airlangga sampaikan tentang start-up Indonesia? Pada simposium tersebut Menko Airlangga menyampaikan bahwa jumlah start-up di Indonesia merupakan ketiga terbesar di Asia.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
Menurutnya, soal investor ini mestinya menjadi perhatian penuh pemerintah, bukannya urusan startup. Dia mencontohkan, pemerintah bisa memberikan dukungan regulasi terkait dengan pendanaan bagi startup di Indonesia. Seperti investor asing yang ingin masuk ke startup lokal harus bermitra dengan investor lokal pula. Porsi pendanaannya dibagi, misalnya 51 persen banding 49 persen. Bukan 100 persen dana asing.
Alasannya, Indonesia sebenarnya tidak kekurangan pendanaan. Sebab Indonesia banyak memiliki kelompok usaha besar alias konglomerasi.
"Indonesia tidak kekurangan dana. Konglomerat lokal punya banyak dana. Sayangnya, konglomerat kita lebih suka bikin sendiri-sendiri (perusahaan modal ventura), karena masih berpikir bahwa pendanaan ini adalah perpanjangan tangan untuk memajukan korporasi mereka. Padahal harusnya tidak seperti itu," kata Meidy saat dijumpai usai acara CEO Talks di kantor KLY, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin (7/2).
Lepas diskusi soal investor, Meidy menjelaskan soal Nodeflux yang menyediakan solusi AI berupa solusi teknologi pengenalan wajah (face recognition) yang terpasang di CCTV dan terhubung dengan database kependudukan.
Kata dia, saat ini kecerdasan buatan yang berbasis mesin atau komputer dapat melakukan kegiatan berpikir layaknya manusia. Bahkan, kecerdasan buatan ini sudah bisa mengenali dan mendengar layaknya manusia. Nodeflux sendiri bergerak di bidang AI dan video analytics, menggunakan teknologi machine learning dan deep learning.
"Computer vision membuat mesin bisa melakukan pengenalan obyek, mengenali manusia, gender, hingga rentang usia," ucapnya.
Dibangun 2016, Nodeflux telah terlibat dalam proyek kamera keamanan yang memantau event olahraga terbesar di Asia, Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, dan IMF-World Bank Group Annual Meeting 2018 di Nusa Dua, Bali.
Meidy menceritakan, saat Asian Games 2018, Nodeflux bekerja sama dengan Kepolisian RI untuk menyediakan teknologi pengenalan wajah yang dipasang di CCTV, tujuannya untuk memantau keamanan. Selain itu, melalui kecerdasan buatan, startup yang bermarkas di Kemang, Jakarta Selatan, ini juga mampu mengestimasi berapa banyak jumlah massa dari sebuah kerumuman. (mdk/sya)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski Indonesia masih punya potensi besar, namun harus diakui dari sisi pendanaan yang digelontorkan investor tak seperti tahun 2021.
Baca SelengkapnyaIndonesia berada di peringkat keenam global dengan sekitar 2.600 start-up yang tersebar di berbagai sektor, termasuk teknologi, kesehatan, dan pendidikan.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data Startup Ranking, jumlah perusahaan rintisan di dunia per 10 Mei 2023 mencapai 144.688.
Baca SelengkapnyaTantangan global masih menjadi momok untuk bisa ditaklukan startup Indonesia.
Baca SelengkapnyaJika dilihat secara global, Indonesia bahkan mengalahkan Jerman dalam jumlah startup.
Baca SelengkapnyaTelkomsel Ventures komitmen untuk berinvestasi di tiga jenis startup ini.
Baca SelengkapnyaSatelit internet Starlink milik Elon Musk akhirnya resmi masuk Indonesia. Apakah ini jadi ancaman perusahaan internet lokal?
Baca SelengkapnyaSebelum menarik investor luar negeri, banyak pengusaha dalam negeri yang tertarik untuk bergabung masuk dalam pembangunan proyek IKN.
Baca SelengkapnyaIndonesia kalah jauh dari jumlah investasi Microsoft di Malaysia. Apa penyebabnya?
Baca SelengkapnyaFenomena tech winter yang masih akan berlangsung di industri teknologi maupun startup dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Baca SelengkapnyaAda dua alasan secara individu investor asing belum masuk ke IKN.
Baca SelengkapnyaPer Juni 2023 terdapat sekitar 19 negara tertarik untuk berpartisipasi dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur.
Baca Selengkapnya