Sempat mati, sekarang film 3D makin menjamur
Merdeka.com - Penerapan teknologi 3D dalam industri perfilman merupakan tren tersendiri. Siapa sangka, teknologi ini mampu bertahan hingga dua abad lamanya.
Penggunaan 3D dalam dunia perfilman sendiri pertama kali diketahui dari William Friese-Greene di akhir tahun 1890-an. Saat itu, Friese-Greene mendaftarkan sebuah paten untuk pembuatan film 3D pertama di dunia.
Film yang dibuat oleh William Friese-Greene ini menggunakan dua film yang diproyeksikan berdampingan di atas layar. Pemirsa diminta untuk melihat melalui stereoskop agar film yang dilihatnya mampu menghasilkan persepsi 3D.
-
Bagaimana film berkembang? Seiring perkembangan teknologi film, industri film mulai berkembang dan munculnya efek khusus untuk menambahkan keindahan visual dalam film.
-
Apa itu perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia.
-
Bagaimana cara film Pesan Bermakna Jilid III dibuat? Di sekuel kali ini, Pesan Bermakna Jilid III akan hadir dengan konsep yang sedikit berbeda, tapi tetap tak kalah menarik. Film ini sendiri merupakan adaptasi dari novel karya D.Y. Witanto yang berjudul 'Euthanasia'.
-
Bagaimana Jakarta di masa depan digambarkan dalam video tersebut? Dalam video yang dipostingnya pada Jumat pekan lalu memperlihatkan wilayah Sarinah, Jakarta dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit dengan gaya modern juga berbagai teknologi tingkat tinggi lainnya.
-
Siapa yang membuat Kampung 3D? Terletak di Jalan Tondano, Kelurahan Sukma Jaya, Depok, inisiatif ini dilakukan oleh karang taruna RW 03 dan mendapat dukungan dari kelurahan.
-
Apa yang sering terlihat di film? Ketika logo produk tersebut ditampilkan secara jelas atau tanpa sensor, besar kemungkinan perusahaan ponsel tersebut membayar kepada pihak media.
Ternyata, apa yang dilakukan oleh William Friese-Greene ini mengilhami banyak pelaku industri perfilman untuk menerapkan metode serupa. Hingga, pada akhirnya film dengan teknologi 3D menjamur dan sempat meraih masa keemasannya pada tahun 50-an.
Di tahun ini, film seperti Bwana Devil (1952), Sunday In Stereo (1953), Indian Summer (1953), American Life (1953), This is Bolex Stereo (1953), hingga Adventures in Music: Melody (1953) menggunakan teknologi 3D ini. Sayangnya, dari berbagai film yang muncul saat itu, semuanya masih berdurasi sangat pendek.
Film berteknologi 3D yang menerapkan stereoskopik ini kemudian sempat mati pada tahun 60 hingga 80-an. Akhirnya, dengan mengusung format baru, IMAX, 3D kembali mengangkasa hingga awal milenium baru (2003).
Sejak 2003 hingga sekarang, teknologi 3D dalam industri film kemudian mengalami perkembangan yang sangat pesat. Akhirnya, banyak produsen pun mulai melirik film-film berdurasi penuh dan mengusung sistem kamera beresolusi sangat tinggi.
Di era ini, film-film besar seperti Shrek Forever After (2010), Alice in Wonderland (2010), hingga The Final Destination (2009) semuanya menggunakan terapan teknologi 3D. Bahkan, beberapa film yang digarap 2D seperti Titanic (1997) dan Jurrasic Park (1993) kembali dihidupkan dengan dibumbui teknologi 3D.
Dari berbagai sumber (mdk/nvl)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Membangun infrastruktur penyiaran di daerah ini butuh ekstra perjuangan.
Baca SelengkapnyaSurvei CVL Economics mengidentifikasi beberapa pekerjaan yang sebenarnya paling rentan terhadap dampak AI.
Baca SelengkapnyaFilm layar lebar apa saja yang sukses besar dari segi penjualan tiketnya?
Baca SelengkapnyaDulunya cuma fiksi ilmiah, namun berkembangnya zaman "halusinasi" itu menjadi kenyataan.
Baca SelengkapnyaProspek bioskop dalam jangka panjang tetap suram meskipun ada lebih banyak film yang dibuat untuk layar khusus.
Baca SelengkapnyaTayang perdana berbarengan pada 21 Juli 2023 (19 Juli 2023), film Barbie dan Oppenheimer terus menjadi perbincangan.
Baca SelengkapnyaPenjualan tiket film Barbie berhasil mendapatkan angka USD 1 miliar atau Rp 15,1 triliun dalam penjualan tiket global di minggu ketiga peluncurannya.
Baca SelengkapnyaPada tahun 1900-an, masyarakat saat itu menyebutnya sebagai "Toneel Melajoe" atau "Komedi Stamboel".
Baca SelengkapnyaPecah rekor, film Indonesia tahun 2024 tembus 55 juta penonton. Terbanyak sepanjang sejarah.
Baca Selengkapnya