Setelah meninggal, manusia akan reinkarnasi atau jadi 'arwah'?
Merdeka.com - Banyak sekali usaha manusia dalam menegaskan diri bahwa 'roh' maupun 'arwah' itu ada. Berbagai tayangan televisi pun sering mengeksploitasi keingintahuan manusia terhadap hal tersebut dan akhirnya membuat manusia makin percaya kalau 'roh' itu ada.
Meski ditolak oleh sains, masyarakat modern yang percaya adanya hantu berpendapat bahwa sains hanya belum bisa membuktikan dan hal tersebut sama sekali tak membuktikan bahwa hantu itu tak ada. Para pemercaya hantu, lebih memilih percaya bahwa hantu bisa dijelaskan oleh bidang ilmu fisika modern.
Di awal, sains menjelaskan konsep adanya arwah itu hanyalah ilusi bermula dari manusia yang secara kultur didesain untuk percaya adanya roh. Hal ini dikarenakan gagasan tentang kematian itu terlalu 'gelap' untuk dipercaya oleh masyarakat. Oleh karena itu berbagai budaya selalu punya versi tentang kehidupan setelah meninggal. Jadi secara psikologis, seseorang akan cenderung mempercayai konsep roh atau arwah, ketimbang menolaknya.
-
Apa bukti hantu menurut sains? Dengan foto, misalnya, dahulu terdapat banyak eksposur ganda (teknik fotografi yang menggabungkan dua eksposur ke dalam satu gambar), tetapi saat ini tidak banyak lagi. Hantu semcam itu sudah pergi semenjak kedatangan kamera ponsel,'
-
Siapa yang percaya hantu? Sebagian besar orang-orang percaya hantu.
-
Kenapa orang percaya hantu? Dalam masa-masa penuh ketidakpastian banyak orang cenderung beralih pada agama, dan penelitian menunjukkan bahwa hal ini juga berlaku untuk kepercayaan paranormal. Alasannya sederhana, ketika kita merasa stres, otak kita akan mencari cara untuk memaknai dunia dan menenangkan diri. Dan jika benar, maka lonjakan konsumsi konten tentang hantu selama pandemi Covid bukanlah hal yang mengejutkan.
-
Kenapa orang tidak setuju dengan teknologi 'membangkitkan' orang mati? Mungkin tidak mengherankan jika sebagian besar responden survei yakni sebanyak 97 persen merasa tidak pantas menghidupkan kembali seseorang secara digital.
-
Kenapa ilmuwan skeptis? Profesor Cox meminta agar sampel makhluk itu dikirim ke perusahaan bioteknologi 23andme untuk melakukan verifikasi independen bahwa spesimen tersebut bukanlah alien.
Dunia sains pun akhirnya punya pandangan yang bertolak belakang, dengan menyebut fisika modern bisa menyebutkan penjelasan ilmiah tentang arwah. Menurut teori fisika modern, energi di alam semesta ini adalah hal yang konstan dan hal tersebut tak bisa diciptakan maupun dihancurkan. Jadi apa yang terjadi ketika seseorang mati, energi seseorang harusnya bertransformasi ke bentuk energi lain. Harusnya bentuk energi baru ini bisa disebut 'arwah.'
Namun hal ini buru-buru dibantah oleh munculnya berbagai pemikiran lain soal transformasi energi. hal tersebut berupa energi yang berada dalam tubuh seseorang itu sebenarnya memang ditransformasikan, namun dalam bentuk panas. Energi panas ini dilepaskan ke lingkungan tempat seseorang dikebumikan. Sehingga energi ditransfer ke hewan atau bakteri yang memakan tubuh manusia, serta tumbuhan yang menyerap berbagai hal di 'jasad' seseorang yang berguna bagi tumbuhan tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa arwah pun sebenarnya tidak ada.
Bagaimana dengan reinkarnasi yang dipercaya oleh berbagai penganut agama tertentu? Untungnya, sains juga melakukan percobaan akan hal ini, dan justru belum menemukan jawaban.
Dalam agama Buddha dikenal konsep reinkarnasi yang percaya seseorang akan hidup kembali di jiwa yang lain setelah meninggal. Budaya barat yang sama sekali tak mengenal konsep semacam ini, mencoba menalarkan dengan kajian ilmiah.
Seorang psikiater dari University of Virginia bernama Jim Tucker, menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencari data tentang anak-anak yang mengklaim diri memiliki kehidupan masa lalu. Dengan mengolah berbagai data dengan metodologi yang sangat baik, Jim mendapat sebuah pola dari data yang dia kumpulkan.
Data dari Jim menunjukkan bahwa hanya anak berumur 2 hingga 6 tahun yang menyadari bahwa ia memiliki kehidupan masa lalu, dan rata-rata kematian kehidupan masa lalunya di umur 28 tahun, di mana 70 persennya meninggal dengan kekerasan atau tidak biasa. Meski ada pola yang ditemukan, hal ini tak membuktikan apa-apa tentang eksisnya reinkarnasi secara ilmiah.
Selain dari penelitian ini, sebuah teori dijabarkan dari aspek fisika kuantum. Dari fisika kuantum, kehidupan itu berasal dari kesadaran yang membentuk material, bukan sebaliknya. Jika teori ini benar, sebuah kesadaran tentu tak butuh tubuh atau otak secara fisik untuk hidup. Meski demikian, hal ini tak membuat reinkarnasi jadi ada secara ilmiah.
Jadi, ke mana kita pergi setelah meninggal? Untuk menjawab ini, lebih baik tidak bertanya kepada berbagai kajian ilmiah, namun lebih baik ikuti apa yang jadi kepercayaan Anda masing-masing.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal ini yang menurut ilmuwan menjadi alasan manusia takut hantu.
Baca SelengkapnyaAda beragam alasan yang menurut sains manusia disebut kerap melihat penampakan.
Baca SelengkapnyaFirasat kematian dan aura yang berbeda dialami beberapa orang sebelum meninggalkan dunia.
Baca SelengkapnyaSains punya jawaban untuk menjelaskan peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaMasing-masing ilmuwan punya pandangan sendiri soal ini. Berikut ungkapannya.
Baca SelengkapnyaHantu adalah topik yang cukup populer dan banyak orang menganggapnya menarik, kendati menyeramkan.
Baca SelengkapnyaSebagian besar orang-orang percaya hantu. Namun ada pendapat secara ilmiah yang bisa menjelaskan perkara ini.
Baca SelengkapnyaMati suri lebih sering dibahas sebagai fenomena mistis ketimbang medis. Namun bagaimana hal ini bisa dijelaskan secara ilmiah?
Baca Selengkapnya