Siapa yang hack situs FPI?
Merdeka.com - Siapa yang bertanggung jawab atas runtuhnya situs FPI hingga kini memang masih jadi misteri. Pasalnya, hilangnya situs ini dari dunia maya bertepatan dengan momen perang cyber yang berkecamuk di dunia maya Indonesia dan Australia akhir-akhir ini.
Pantauan merdeka.com (18/11), situs yang beralamat di http://fpi.or.id ini memang terpantau sering bermasalah. Terutama sejak 11 November, beberapa kali situs milik ormas Islam FPI ini down sebagaimana dapat dilihat melalui www.status.ws.
Hingga kini, ata seminggu setelah pantauan merdeka.com (18/11), situs fpi.or.id masih juga tidak berhasil diakses. Berkali-kali merdeka.com mencoba mengunjungi situs ini dan memeriksa statusnya di status.ws, berkali-kali pula nampak bahwa situs ini tak bisa diakses dari mana saja.
-
Siapa saja hacker yang menyerang? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
-
Bagaimana hacker menyerang? Mereka menggunakan aktor-aktor yang berpura-pura menjadi diplomat Barat dan pejabat Ukraina untuk mengakses akun, memahami kebijakan luar negeri Barat terhadap Ukraina, serta merencanakan serangan terhadap organisasi pemerintah Ukraina dan sektor-sektor penting di NATO.
-
Siapa hacker yang menyerang Yahoo? Michael Calce merupakan hacker yang pernah menumbangkan berbagai situs web besar, seperti CNN, Dell, eBay, dan Fifa.com. Berawal dari pengetahuan yang dimilikinya untuk mengambil alih jaringan komputer universitas, Calce pun melakukan aksi-aksi yang lebih besar lagi. Ia juga bahkan pernah menyerang Yahoo, mesin pencari paling populer di saat itu, tahun 2000.
-
Bagaimana kejahatan siber dilakukan? Di balik layar monitor, para pelaku kejahatan siber beroperasi dengan kecanggihan yang semakin meningkat, menggunakan berbagai teknik seperti phising, malware, dan social engineering untuk mencuri data berharga atau merusak infrastruktur digital.
-
Kenapa hacker menyerang negara-negara tertentu? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
Melihat hal ini, mungkin saja situs milik FPI tersebut sedang mengalami perbaikan dan sengaja dimatikan. Namun, mungkin juga situs ini jadi korban DDoS serangan cyber yang juga memangsa situs lokal lain seperti PLN, KPK, Garuda Indonesia, dan Angkasa Pura.
Sebelumnya sendiri sudah sering situs ini disatroni para dedemit dunia maya. Pada 24 Juli 2013 misalnya, situs FPI yang beralamatkan di fpi.or.id pun kerap menjadi bulan-bulanan para dedemit dunia maya. Bahkan, tak tanggung-tanggung, serangan ini muncul secara bertubi-tubi dalam bentuk backdoor.
Saat ini sendiri hacker nasional kemungkinan juga tidak melancarkan serangan pada situs lokal mengingat fokus mereka yang tertuju pada perang cyber di situs pemerintahan Australia. Pun tak ada pemberitaan miring seputar FPI yang saat ini tengah beredar sehingga hampir tak ada motif yang jadi dasar serangan hacker.
Jika memang benar diretas, lantas siapa pelakunya?
(mdk/nvl)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data BPJS Ketenagakerjaan diduga diretas dan diumumkan di forum internet.
Baca SelengkapnyaTim Siber TNI langsung turun. Mengecek kabar dugaan peretasan yang dialami data milik Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI
Baca SelengkapnyaIndonesia kembali dihebohkan kabar kebobolan 204 juta Data Pemilih Tetap (DTP) Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca SelengkapnyaSerangan hacker Indonesia ke situs-situs pemerintahan Israel sedang jadi perbincangan.
Baca SelengkapnyaPenangkapan ini berawal dari patroli siber yang digelar oleh jajaran Ditreskrimsus Polda Metro Jaya.
Baca SelengkapnyaBSSN masih berkoordinasi dengan Polri terkait dugaan kebocoran data INAFIS tersebut.
Baca SelengkapnyaJika ditilik dari akun X @bjorkanism, Bjorka berasal dari Polandia di Kota Warsawa.
Baca SelengkapnyaPelaku meretas alamat dan nomor telepon seluler Polsek Setiabudi dengan mengaku sebagai anggota Kepolisian
Baca SelengkapnyaHingga saat ini sudah ada 15 orang yang telah ditetapkan menjadi tersangka kasus Judol
Baca SelengkapnyaDiduga data pemilih ini dijual hacker sebesar Rp 1,2 miliar.
Baca SelengkapnyaTerduga yang ditangkap ini adalah pelaku judol yang melibatkan pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Baca SelengkapnyaKPU RI meminta bantuan terhadap Satgas Cyber, Badan Siber Sandi Negara (BSSN) serta BIN terkait adanya dugaan kebocoran data pemilih
Baca Selengkapnya