Studi Sebut Bahwa Youtube Mampu Kurangi Ideologi Radikal
Merdeka.com - Youtube kerapkali jadi rumah untuk ideologi ekstremis dan terorisme.
Hal ini terbukti dari data soal jumlah pemblokiran Kemenkominfo dari 2009 hingga 2019 terkait terorisme mencapai hampir 12.000 konten.
Namun nuansa sebaliknya justru ditawarkan oleh para ilmuwan. Berdasarkan laporan Engadget atas penemuan dari peneliti dari UC Berkley yakni Mark Ledwich dan Anna Zaitsev, Youtube justru kurangi ideologi radikal.
-
Apa narasi video Youtube tersebut? 'SIDANG DPR ANCUR ANCURAN‼️J0K0WI TERSERET, DPR & ERICK THOHIR SEPAKAT BONGKAR SMUA KASUS JKW' tulis akun @SATU BANGSA di keterangan video.
-
Siapa yang menyebarkan video? NRA sebagai pengambil data dan penyebar.
-
Apa tujuan penyebar video ancaman tersebut? 'Tujuannya untuk menghalangi penonton menghadiri Olimpiade,' tulis Manajer Umum Pusat Analisis Ancaman Microsoft, Clint Watts.
-
Siapa saja pendiri Youtube? YouTube didirikan oleh tiga pemuda, yaitu Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim, yang merupakan mantan karyawan PayPal.
-
Siapa yang dituduh menyebarkan video ancaman tersebut? Para peneliti dari Pusat Analisis Ancaman Microsoft menyebut video itu berasal dari kelompok yang biasa menyebarkan disinformasi asal Rusia.
-
Bagaimana menemukan ide nama channel YouTube? Ide nama channel YouTube dapat datang dari berbagai inspirasi.
Berdasarkan temuannya, Youtube mampu "menurunkan secara aktif" konten radikalisme melalui sistem algoritma rekomendasinya yang diberikan kepada pengguna.
Hal ini ditemukan dengan cara mengklasifikasikan 760 channel Youtube dengan orientasi politik, berbasis ideologi, topik, dan kedekatan dengan isu mainstream. Peneliti lalu menemukan bahwa YouTube menghapus "hampir semua" rekomendasi untuk channel teori konspirator, nasionalis kulit putih, serta channel provokator yang kerap membuat konten provokasi.
Rekomendasi akan akun-akun radikal akan muncul jika memang Anda secara setia menonton konten tersebut.
YouTube Justru Terlalu Aman
Salah satu yang digarisbawahi oleh para peneliti adalah YouTube kini justru "terlalu aman". Pasalnya, banyak channel YouTube yang tidak bertumbuh karena algoritma rekomendasi ini, padahal mereka bukan penganut ideologi radikal.
Rekomendasi Youtube biasanya akan merujuk ke channel mainstream, seperti channel berita besutan media besar, atau jaringan media yang memang punya basis besar di Youtube.
Selebihnya, akun-akun kecil yang mengusung ideologi non-radikal, kerap dianggap sebagai radikal. Hal ini terutama bagi mereka yang punya channel dengan ideologi konservatif. Youtube sendiri kerap dianggap memiliki bias bernada anti-konservatif.
Meski demikian, bisa dianggap bahwa Youtube telah jadi platform yang aman dari terorisme dan ideologi radikal.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Generasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.
Baca SelengkapnyaBerpikir kiritis dan logis mutlak dalam mencerna dan menyimpulkan konten yang tersebar luas di media sosial.
Baca SelengkapnyaDalam riset kali ini KPID menggandeng 4 Universitas untuk membedah berbagai persoalan penting yang ada di Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaTikTok punya cara menghapus video-video yang melanggar panduan komunitas.
Baca SelengkapnyaDia menjelaskan, kasus penipuan, radikalisme dan terorisme dilakukan dengan pendekatan persuasif dan tidak hard selling.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaKominfo telah memblokir akun-akun yang terindikasi menyebar paham radikalisme.
Baca SelengkapnyaMenjaga generasi muda dari radikalisasi memerlukan pendekatan komprehensif dan sinergi berbagai pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan negara.
Baca SelengkapnyaRegulasi yang tegas dan jelas dari pemerintah diperlukan agar potensi itu terkelola dengan baik.
Baca SelengkapnyaSeseorang ketika mencari informasi cenderung sudah punya pemahaman, cara pandang, atau stigma tertentu.
Baca SelengkapnyaDi tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaYoutuber itu menegur pemotor lalu memancing amarah warga dan ojek online
Baca Selengkapnya