Survei Polling Institute Ungkap Dampak Kenaikan Tarif Ojol
Merdeka.com - Sehubungan dengan kenaikan tarif Ojek Online (Ojol), Polling Institute menyelenggarakan pemaparan hasil survei tentang 'Kenaikan Tarif Ojek Online di Mata Pengguna dan Pengemudi' secara virtual pada Minggu (11/9). Sebelumnya, survei tersebut berlangsung sejak 16-24 September di 31 kabupaten/kota.
Pada pemaparan virtual ini, Direktur Eksekutif Polling Institute Kennedy Muslim mengatakan bahwa sebagian besar konsumen akan berpindah ke kendaraan pribadi dalam merespons kenaikan tarif Ojol yang mencapai rata-rata 45 persen.
"61,2 persen responden tidak setuju dengan kenaikan tarif Ojol. Sebagai responsnya, ada 26,6 persen yang akan menggunakan sepeda motor sendiri," papar Kennedy dalam keterangannya Selasa (13/9).
-
Apa yang dilakukan driver ojol? Driver ojol tersebut memberikan helm pribadinya kepada pengendara yang ditegur saat berhenti di lampu lalu lintas. Aksi perhatian driver ojol itupun langsung ramai mendapat beragam komentar dari warganet.
-
Apa itu ojek? Mengutip dari Jurnal Ojek dari Masa ke Masa Kajian secara Manajemen Sumber Daya Manusia karya Neneng Fauziah, mengatakan bahwa istilah ‘ojek’ berasal dari kata ‘obyek’.
Menurut pengamat tata kota Universitas Trisakti Yayat Supriyatna, respons tersebut merupakan pilihan rasional karena biaya yang dikeluarkan untuk membeli bensin lebih murah dibanding membayar tarif Ojol dalam satu hari.
"Mereka yang penghasilannya terbatas, kurang dari Rp4 juta, adalah yang paling rentan dengan kenaikan tarif transportasi. Dengan minimnya pendapatan dan semakin mahalnya biaya hidup, masyarakat lebih memilih menggunakan sepeda motor pribadi," ujar Yayat.
Di samping itu, peneliti INDEF Nailul Huda menjelaskan bahwa apabila kenaikan tarif Ojol menyebabkan kenaikan inflasi 0,5 persen, maka akan berdampak pada penurunan PDB sebesar Rp436 miliar sehingga menyebabkan upah riil nasional menurun 0,0006 persen dan jumlah penduduk miskin meningkat 0,04 persen.
Nailul menambahkan, kenaikan tarif tersebut juga akan memukul para pekerja Ojol. Survei menunjukkan bahwa jika tarif naik sebanyak Rp2.000 maka sekitar 25 persen konsumen akan beralih ke moda transportasi lain, dan ika kenaikannya mencapai Rp4.000 maka 72 persen konsumen tidak akan menggunakan Ojol lagi.
"Artinya, menurunnya permintaan ini akan membuat para pegemudi Ojol kehilangan pekerjaan di tengah situasi ekonomi yang sulit," ujar Nailul. (mdk/faz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam tuntutannya ojol meminta pihak pemerintah untuk membuat undang-undang perihal hubungan kerja antara pihak ojol dengan perusahaan aplikasi.
Baca SelengkapnyaRibuan pengemudi ojol menyampaikan uneg-uneg mereka soal kebijakan yang diberlakukan oleh pihak aplikator.
Baca SelengkapnyaRibuan driver ojek online demo mendesak adanya aturan jelas mengenai tarif bagi pengguna jasa agar aplikator bertindak sewenang-wenang.
Baca SelengkapnyaOjol berencana menggelar unjuk rasa pada hari ini soal pemotongan tarif yang dianggap membebankan mitra driver.
Baca SelengkapnyaPengguna ojek online (ojol) untuk menghindari kawasan sekitar Medan Merdeka Jakarta Pusat terkait aksi ojol.
Baca SelengkapnyaMassa pengemudi ojol yang tergabung dalam berbagai komunitas dan organisasi ini menyuarakan keluhan soal pemotongan tarif sampai 30 persen.
Baca SelengkapnyaMenurut Menhub Budi, perlu ada ketentuan dalam UU mengenai perlindungan dan kesejahteraan para pengemudi ojol.
Baca SelengkapnyaGrab Indonesia tidak pernah memotong pendapatan Mitra Pengemudi untuk dialokasikan sebagai diskon bagi konsumen
Baca SelengkapnyaGojek memastikan layanan mereka akan tetap berjalan normal
Baca SelengkapnyaDemontrasi berpotensi menghambat pengguna layanan aplikasi karena pengemudi ojol menolak bekerja.
Baca SelengkapnyaDemo tersebut bakal dilaksanakan Istana Negara dan berapa kantor Ojol
Baca SelengkapnyaDriver ojek online berharap pemerintah melakukan langkah penanggulangan konkret terkait polusi udara yang sudah bertahan dalam kurun satu pekan lebih ini.
Baca Selengkapnya