Tidak ada kaitan antara perokok pasif dan kanker paru-paru
Merdeka.com - Pada penelitian sebelumnya disebutkan bahwa para secondhand smoker atau para perokok pasif lebih rentan terkena kanker paru-paru. Namun, menurut penelitian terbaru keduanya tidak memiliki hubungan.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Standford University, tidak ada korelasi atau hubungan antara secondhand smoke dengan kanker paru-paru.
Penelitian yang dilakukan selama beberapa tahun ini terhadap lebih dari 76 ribu wanita, akhirnya para peneliti mengungkapkan bahwa memang ada hubungan antara perokok aktif dengan kanker paru-paru, namun penyakit tersebut tidak berkaitan dengan para perokok pasif atau secondhand smoker.
-
Kenapa merokok penyebab kanker paru-paru? Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko nomor satu penyebab kanker paru-paru, terhitung hampir 90% dari semua kasus. Tembakau dan asapnya memiliki lebih dari 7.000 bahan kimia di dalamnya, dan kebanyakan di antaranya bersifat karsinogenik. Semakin lama Anda merokok dan semakin banyak rokok yang dihisap, maka akan besar risiko kanker paru.
-
Mengapa merokok meningkatkan risiko kanker paru-paru? Hal ini dikarenakan di dalam rokok itu sendiri terdapat zat beracun penyebab kanker (karsinogen) yang berisiko mempercepat kerusakan sel pelapis paru-paru.
-
Bagaimana cara penelitian menentukan pengaruh merokok pada kesehatan? Penelitian ini mengevaluasi 3.430 anak di Swedia utara yang diikuti sejak usia delapan tahun hingga mereka berusia 19 tahun. Kemudian, mereka kembali dievaluasi pada usia 28 tahun melalui kuesioner tahunan.
-
Apa perbedaan warna paru-paru perokok dan bukan perokok? Paru-paru sehat berwarna merah muda atau pink, sedangkan paru-paru perokok berwarna abu-abu atau hitam. Warna gelap pada paru-paru perokok disebabkan oleh penumpukan racun, seperti tar, nikotin, dan karbon monoksida, yang berasal dari asap rokok. Racun ini dapat mengotori dan menghitamkan paru-paru, serta mengganggu pertukaran gas.
-
Bagaimana rokok merusak paru-paru? Setiap batang rokok mengandung ribuan zat kimia beracun, termasuk tar dan nikotin, yang dapat merusak jaringan paru-paru secara perlahan namun pasti.
Dikutip dari Independent (13/12), hasil penelitian yang telah dipublikasikan di Journal of the National Cancer Institute tersebut menyebutkan bahwa asap rokok tidak berpengaruh terhadap terciptanya risiko penyakit kanker paru-paru.
Ange Wang, salah satu peneliti dari Stanford University, "Harus dibenarkan persepsi yang selama ini beredar. Pada kenyataannya, perokok pasif tidak mempunyai kaitan erat dengan kanker paru-paru."
Sayangnya, tidak dijelaskan secara detail kenapa disebutkan bahwa para secondhand smoker atau perokok pasif tidak berkaitan dengan kanker paru-paru. (mdk/das)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kandungan utama yang terdapat produk tembakau alternatif adalah nikotin, yang selama ini dipersepsikan secara keliru sebagai biang keladi penyebab kanker.
Baca Selengkapnyaenelitian terbaru yang ditinjau oleh WHO menunjukkan tidak ada bukti bahwa radiasi gelombang radio dari ponsel berhubungan dengan risiko kanker otak.
Baca SelengkapnyaBila di luar negeri rata-rata di usia 60-an terkena kanker paru, di Indonesia banyak pasien kanker tersebut terdiagnosis di 50-an tahun
Baca SelengkapnyaBanyak orang beralih ke rokok murah dengan risiko yang lebih berbahaya
Baca SelengkapnyaSelama ini, banyak orang percaya bahwa paru-paru basah terjadi akibat kebiasaan tidur di lantai. Namun ternyata faktanya tidak seperti itu.
Baca SelengkapnyaSetiap orang dilarang menjual produk tembakau secara satuan per batang, kecuali bagi produk tembakau berupa cerutu dan rokok elektronik.
Baca SelengkapnyaGejala yang muncul seringkali tidak spesifik, seperti batuk yang tidak kunjung sembuh, nyeri dada, atau kesulitan bernapas.
Baca SelengkapnyaCukai hasil tembakau terus turun meskipun jumlah perkokok tidak berkurang.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan produk tembakau alternatif juga dapat menjadi salah satu strategi untuk menurunkan prevalensi merokok.
Baca SelengkapnyaSelama ini, penggunaan smartphone kerap dianggap bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Penelitian terbaru WHO ungkap dampaknya terhadap otak.
Baca SelengkapnyaKandungan zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok membuat paru-paru menjadi rusak dan berubah, sehingga kondisinya berbeda dengan paru-paru sehat.
Baca SelengkapnyaAturan kemasan rokok polos tanpa merek yang tertera pada RPMK terus menuai kritik.
Baca Selengkapnya