TikTok Makin Berkuasa, Bikin Facebook, Instagram, dan YouTube Kian Was-was
Merdeka.com - TikTok, platform streaming video pendek China mengambil alih ruang media sosial dengan terus tumbuh lebih kuat. Cukup menarik bagaimana platform yang baru diluncurkan enam tahun lalu kini memimpin di banyak bidang. Pendek kata, platform besutan Zhang Yiming ini kalahkan supremasi Instagram, Facebook, dan YouTube.
Dilaporkan GizChina dari Mashable, Jumat (28/10), banyak alasan mengapa TikTok mampu meroket meninggalkan kompetitornya padahal usia TikTok jauh lebih muda dibandingkan Instagram maupun Twitter. Aplikasi yang sedang naik daun ini memiliki lebih dari 1 miliar unduhan dari Google Play Store saja.
Celakanya, jika jumlah unduhan TikTok terus bertambah dengan cepat, maka TikTok mungkin memiliki jumlah pengunduh yang sama dengan Facebook dan WhatsApp. Artinya, TikTok mampu menyaingi raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) dan kemungkinan mereka akan sulit untuk bisa bersaing dengan media sosial asal China itu.
-
Bagaimana TikTok menjadi populer di seluruh dunia? Meskipun berasal dari Cina, TikTok telah berhasil menjadi fenomena global, dengan popularitas yang melampaui batas-batas negara.
-
Apa yang membuat TikTok populer? Salah satu alasan mengapa TikTok begitu populer adalah karena penggunanya lebih suka menonton video orang lain daripada mengunggah video mereka sendiri.
-
Kapan TikTok pertama kali diluncurkan? Aplikasi ini awalnya diluncurkan di pasar Cina dengan nama Douyin pada September 2016, dan kemudian diluncurkan secara global sebagai TikTok pada tahun 2017.
-
Siapa yang membuat TikTok? Sejak diluncurkan oleh raksasa teknologi Tiongkok, ByteDance di 2016, TikTok telah menjadi sangat populer, terutama setelah menggabungkan dengan Musical.ly di 2018.
-
Apa yang TikTok lakukan sebagai platform pencarian? TikTok kini menjadi pilihan banyak orang jika ingin mencari hal yang ingin diketahui. Artinya secara perlahan semuanya pindah ke aplikasi Tiktok sebagai platform pencarian.
-
Bagaimana nama TikTok bisa menarik perhatian? Nama TikTok Indonesia lucu dapat menunjang profilmu agar menarik perhatian. Dengan menggunakan nama yang gampang diingat, dipadupadankan dengan aktivitas tinggi di platform TikTok akan membuat profilmu dikunjungi banyak orang.
Satu hal yang sebetulnya menjadi kekuatan Facebook sebagai kompetitor TikTok selama ini. Media sosial besutan Mark Zuckerberg ini di awal sebelum ramainya TikTok, cenderung unggul di layanan berbagi cerita. Sifat Facebook membuatnya menjadi tempat yang mudah untuk berbagi berita dan tentunya juga untuk membaca informasi.
Sayangnya, keunggulan ini kemudian mampu ditekel TikTok. Jumlah orang yang mendapatkan berita di TikTok terus bertambah. Menjadikan platform ini sumber informasi awal bagi pengguna. Konsekuensi logisnya adalah jumlah pengguna yang kerap sowan ke platform Facebook menurun.
Kondisi ini relevan dengan survei yang baru-baru ini dilakukan Pew Research Center. Lembaga survei ini melakukan penelusuran melalui pendataan sejumlah orang dewasa di AS. Institusi ini menanyakan berbagai kelompok umur tentang sumber berita awal yang mereka dapatkan.
Hasilnya adalah hanya TikTok dan Instagram yang disebut sebagai sumber awal informasi yang diterima. Dengan demikian, trafik kedua media sosial itu meningkat sejak 2020. Semua platform lain termasuk WhatsApp, Facebook, Twitter, Reddit, LinkedIn, YouTube, Snapchat, dan Twitch, menurun.
Sejak 2020, penggunaan TikTok sebagai sumber berita meningkat dari 22 persen menjadi 33 persen. Meskipun Instagram juga terlihat adanya pertumbuhan, berkat adanya Instagram Reels. Namun pertumbuhan itu sia-sia, karena lagi-lagi TikTok yang memimpin. Sejak 2020, News Feed Instagram naik hanya 1 persen dari 28 menjadi 29 persen.
Sebagian besar orang berusia antara 18 hingga 29 tahun adalah mereka yang mengandalkan TikTok sebagai platform berita. Artinya, TikTok secara bertahap menjadi mesin pencari alternatif bagi generasi muda yang sedang tumbuh.
Penurunan Facebook tidak terlalu mengejutkan, karena fakta bahwa telah terjadi penyebaran informasi yang salah di platform tersebut akhir-akhir ini. Sehingga, Facebook dianggap tidak menarik bagi generasi Z sebagai sumber informasi.
Mark Zuckerberg Akui Kekalahan
Sebelumnya, CEO Meta Mark Zuckerberg mengakui gagal mengantisipasi tren baru di jejaring sosial yang berkontribusi pada kesuksesan saingannya yakni TikTok.
Dalam sebuah wawancara yang yang dilakukan analis Ben Thompson ke Zuckerberg, ia mengatakan seperti melewatkan cara baru orang-orang berinteraksi dengan konten melalui media sosial.
Orang-orang semakin menggunakan ‘feeds’ jejaring sosial mereka untuk menemukan konten yang menarik dibandingkan dengan melihat media yang dibagikan oleh teman-teman yang mereka ikuti.
"Jadi di dunia itu, sebenarnya agak kurang penting siapa yang memproduksi konten yang Anda temukan, Anda hanya menginginkan konten terbaik," kata Zuckerberg seperti dilaporkan CNBC, Selasa (18/10).
Selain itu, Zuckerberg juga mengakui TikTok adalah "pesaing yang sangat efektif." Dia mengatakan, perusahaannya agak lambat soal ini karena tidak sesuai dengan pola sosial dirinya. Menurutnya, TikTok lebih seperti YouTube dalam versi lebih pendek. (mdk/faz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keberadaan Tiktok pun kini mulai menggantikan keberadaan Google sebagai situs pencarian informasi di ruang maya.
Baca SelengkapnyaKeberhasilan yang diraih TikTok tersebut membuat Pemerintah AS panas.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum tentang 8 fakta menarik tentang TikTok yang wajib Anda ketahui.
Baca SelengkapnyaZhang memulai bisnis ByteDance pada tahun 2012 dari sebuah apartemen kecil di Beijing.
Baca SelengkapnyaJika dilihat dari segi pendapatan, TikTok berpotensi menyalip Meta.
Baca SelengkapnyaInstagram telah mengambil alih TikTok sebagai aplikasi dengan unduhan terbanyak di 2023.
Baca SelengkapnyaBahkan, TikTok mulai menempati posisi teratas hampir setiap hari pada bulan Agustus. Sementara Google memegang posisi pertama hanya beberapa hari saja.
Baca SelengkapnyaSaat ini, tercatat ada 99,8 juta pengguna TikTok di Tanah.
Baca SelengkapnyaMeski pamor Google mulai turun akibat TikTok, namun pendapatan TikTok masih belum bisa melebihi pendapatan Google.
Baca SelengkapnyaPerusahaan raksasa dunia yang lain bisa melihat ini menjadi celah atau dipandang sebagai buruknya tata kelola birokrasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPengguna Tiktok di Indonesia masih tinggi meski fitur TikTok Shop secara resmi berhenti beroperasi pada Rabu (4/10) lalu.
Baca SelengkapnyaSemula TikTok berhasil mengalahkan media sosial Meta. Namun, belakangan tren terhadap penggunaan TikTok mulai menurun.
Baca Selengkapnya