Tiongkok Disebut Paksa Install Malware ke Turis, Data Pribadi Terlacak
Merdeka.com - Turis yang memasuki Tiongkok melalui wilayah Xinjiang dilaporkan dipaksa untuk menginstal aplikasi yang diduga malware.
Melansir laporan bersama dari beberapa media seperti Motherboard, Suddeutsche Zeitung, The Guardia, The New York Times, dan juga NDR, aplikasi malware ini dapat mengunduh semua pesan teks yang ada dalam smartphone tersebut, termasuk juga kontak, informasi kalender, serta memindai perangkat untuk mencari file yang berkaitan dengan Islam.
Dilaporkan, hal ini merupakan kegiatan resmi dari pejabat pemerintahan setempat, yang jadi salah satu kampanye untuk mengawasi kegiatan kelompok etnis Muslim di Xinjiang yang disebut Uighur.
-
Aplikasi malware apa yang mencuri data pengguna? Dikenal sebagai aplikasi SpyLoan, aplikasi bermasalah ini banyak ditemukan di Google Play Store — dan beberapa juga ditemukan di App Store Apple.
-
Dari mana malware ini disebar? Walau begitu, Zimperium mengungkapkan jika malware berformat APK ini belum terdeteksi di Google Play Store. Dari situ diketahui jika aplikasi berbahaya tersebut didistribusikan lewat cara alternatif, seperti toko aplikasi pihak ketiga.
-
Kenapa malware ini bisa masuk ke Android? Gara-gara taktik pengelabuan yang membuat program keamanan sulit mendeteksinya, membuat aplikasi berbahaya tersebut akhirnya diizinkan berfungsi di ekosistem Android layaknya aplikasi biasa pada umumnya.
-
Bagaimana malware ini bisa menyamar di Android? Lewat metode bernama kompresi APK, APK akan disamarkan menjadi file yang bisa dipakai untuk menginstal dan mendistribusikan aplikasi berbahaya di ekosistem Android.
-
Ransomware menginfeksi perangkat bagaimana? Ransomware bisa menyerang dengan berbagai metode untuk menginfeksi perangkat atau jaringan target. Biasanya yang paling banyak digunakan adalah email phishing dan rekayasa sosial lainnya.
-
Bagaimana malware SpyLoan menginfeksi ponsel? Namun, setelah diunduh, serigala digital berbulu domba ini memasang malware canggih yang dapat mengekstraksi berbagai informasi pribadi dari pengguna yang tidak menaruh curiga.
Penggunaan teknologi pelacakan oeleh Pemerintah Tiongkok untuk bangsa Uighur ini sudah jadi perhatian internasional. Hal ini karena bangsa Uighur dipaksa untuk menginstal aplikasi pengawasan di ponsel mereka, dan dipasang kamera pengenal wajah di publik. Tak berhenti di situ, ternyata hal ini juga diaplikasikan ke turis.
Hasil Analisis Aplikasi
Seorang turis yang kebetulan masih memiliki salinan malware tersebut, melaporkan kepada Motherboard dan Suddeutsche Zeitung. Mereka mencoba mencari lagi aplikasi serupa dari turis, dan akhirnya membawanya ke Cure53, yang merupakan tim analis teknologi.
Aplikasi ini juga dibawa ke beberapa laboratorium seperti Citizen Lab di University of Toronto, serta Ruhr di University Bochum. Teh Guardian, media Inggris, juga turut andil dalam dekonstruksi aplikasi ini.
Akhirnya terungkap kalau aplikasi ini bernama BXAQ atau Feng Cai. Aplikasi ini mampu mengumpulkan semua entri kalender, kontak, log panggilan, serta SMS. Jika sudah terkumpul, data ini diunggah ke server milik Tiongkok.
Aplikasi ini juga melakukan pencarian file dengan berbagai keyword yang berkaitan dengan Islam. Aplikasi ini mampu memeriksa lebih dari 70.000 file yang telah ditentukan.
BXAQ adalah aplikasi yang dirancang khusus untuk Android, namun berdasarkan laporan dari Suddeutsche Zeitung, terdapat juga aplikasi yang dipasang di iPhone.
Islamophobia
Laporan ini menyebut juga bahwa aplikasi ini dapat mengidentifikasi jika ada file berupa media yang berisi konten-konten Islam, terutama soal ekstremis. Dapat juga mengidentifikasi ayat-ayat Kitab Suci Alquran, dan hal yang berhubungan dengan Islam lainnya.
Berdasarkan laporan tersebut, disebut bahwa teknologi pada akhirnya digunakan oleh Tiongkok untuk melakukan diskriminasi kepada masyarakat Uighur berdasarkan Islamophobia.
Pasalnya, aplikasi tersebut dipaksa untuk dipasang, dengan pelacakan yang lebih mendalam lagi, seperti algoritma pandangan politik, golongan darah, bahkan berapa tagihan listrik dan kebutuhan bensin mereka.
Kaum Uighur sendiri kini sedang ditatar di sebuah kamp untuk mendapatkan pendidikan ulang berkedok "pelatihan kejuruan gratis". Hal ini dimaksudkan untuk menyisipkan ideologi pemerintahan Tiongkok yang tak berbasis Islam.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut bahaya TikTok menurut pemerintah AS jika benar-benar tidak ditindaklanjuti.
Baca SelengkapnyaKasus penculikan online terdengar aneh, tapi ini nyata. Tebusannya uang miliaran rupiah.
Baca Selengkapnyaberdasarkan data jumlah wisatawan asing masuk Indonesia naik 30 persen terhitung hingga Mei 2024
Baca SelengkapnyaBeberapa kampanye malware menyerang China. Ulah siapa?
Baca SelengkapnyaTernyata ada WNA China jadi joki untuk ujian bahasa Inggris. Sekarang dia ditangkap.
Baca SelengkapnyaPemerintah China memperingatkan warganya, terutama kaum muda, agar berhati-hati dengan lelaki tampan dan permepuan cantik.
Baca SelengkapnyaMereka terus-menerus ditekan oleh pemandu wisata untuk membeli produk-produk mahal seperti kosmetik, suplemen nutrisi, dan barang-barang bebas bea.
Baca SelengkapnyaTersangka SZ terlibat dalam kasus penipuan online berkedok like dan subscribe pada konten tertentu.
Baca SelengkapnyaPerusahaan e-commerce Temu juga beroperasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBuronan interpol asal China tersebut diduga menipu ribuan korbannya melalui skema ponzi.
Baca SelengkapnyaTudingan ini cukup serius karena FBI menilai dua negara itu ingin mencuri data-data rahasia AS.
Baca SelengkapnyaKombes Jeki mengimbau kepada masyarakat untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan media sosial.
Baca Selengkapnya