Uber lalai, data pribadi pengguna dan mitranya kena retas
Merdeka.com - Perusahaan aplikasi transportasi, Uber, mengakui 57 juta data pengguna dan mitranya diretas hacker. Kejadian tersebut terjadi di tahun 2016. Setahun kemudian, Uber baru mengakuinya. Pengakuannya itu tertulis di dalam blog-nya.
Hacker mencuri data pribadi termasuk nama, alamat email dan nomor telepon, serta nama dan nomor lisensi pengemudi sebanyak 600.000 pengemudi di Amerika Serikat. Perusahaan mengatakan informasi yang lebih sensitif, seperti data lokasi, nomor kartu kredit, nomor rekening bank, nomor jaminan sosial, dan tanggal lahir, belum dikonfirmasikan.
Dilaporan The Guardian pada Rabu (22/11), tak tanggung-tanggung peretas juga meminta duit senilai USD 100.000 atau Rp 1,3 miliar bila data pelanggan dan para mitra Uber tetap aman. Tak ingin membuat gaduh publik, Uber pun akhirnya membayarnya.
-
Data apa yang diserang hacker? Kasus serangan hacker terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 membuka fakta lemahnya proteksi sistem di Indonesia.
-
Aplikasi malware apa yang mencuri data pengguna? Dikenal sebagai aplikasi SpyLoan, aplikasi bermasalah ini banyak ditemukan di Google Play Store — dan beberapa juga ditemukan di App Store Apple.
-
Siapa saja yang menjadi korban penipuan WhatsApp? Saat ini makin banyak jenis-jenis penipuan yang kerap diterima melalui pesan WhatsApp atau WA. Korbannya pun sudah ada.
-
Siapa saja hacker yang menyerang? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
-
Bagaimana cara hacker mengutak-atik pelaporan? Daripada mencoba mengubah jumlah suara yang sebenarnya, peretas juga dapat menargetkan mereka yang melaporkan total suara pada malam pemilu—dengan mencoba memanipulasi hasil di situs web Menteri Luar Negeri. Serangan semacam itu, jika dilakukan secara halus, dapat melemahkan kepercayaan terhadap hasil akhir.
Dalam pernyataan, CEO Uber, Dara Khosrowshahi menyampaikan, pembayaran yang dilakukan pihaknya kepada hacker, telah mendapatkan jaminan bahwa data tersebut telah dihancurkan.
“Tak satu pun dari ini seharusnya terjadi, dan saya tidak akan membuat alasan untuk tidak mengatakan hal itu. Saya tidak dapat menghapus masa lalu, namun saya dapat berkomitmen atas nama Uber bahwa kami akan belajar dari kesalahan,” kata dia.
Cara Uber menyimpan rapat-rapat ‘borok’ ini juga seperti cara yang pernah dilakukannya pada Mei 2014 silam. Kala itu, kejadiannya sama. Uber diretas. Peretasan ini menyebabkan 50 ribu informasi baik pengguna maupun mitranya ‘diculik’. Tak ingin publik tahu lebih dulu, mereka menyimpan rahasia itu dalam-dalam. Hingga akhirnya selama 8 bulan pasca kejadian, hal itu dibuka ke publik.
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ratusan akun hotel Google Bisnis di Bali dan Sumatera menjadi korban peretasan.
Baca SelengkapnyaPT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) diduga menjadi korban kebocoran data yang pertama kali di tahun 2024.
Baca SelengkapnyaAde Ary meminta masyarakat berhati-hati agar tidak mudah memberikan data pribadi kepada orang lain.
Baca SelengkapnyaAkibat kena hack, sudah ada korban 10 konsumen di Jawa Tengah yang menjadi korban penipuan.
Baca SelengkapnyaNasabah Bank BRI di Malang menjadi korban penipuan bermodus file APK yang dikirim melalui Whatsapp. Akibatnya, dia kehilangan Rp559,9 juta dari rekeningnya.
Baca SelengkapnyaKominfo dan BSSN dituding lalai terkait hal ini. Berikut selengkapnya
Baca SelengkapnyaSekelompok hacker berhasil menembus sistem keamanan perusahaan satelit Maxar Space Systems yang berbasis di Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaIndonesia kembali dihebohkan kabar kebobolan 204 juta Data Pemilih Tetap (DTP) Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca SelengkapnyaPeretasan pada akun bisnis Google dilakukan dengan mengganti nomor telepon dengan nomor WhatsApp sang oknum.
Baca SelengkapnyaData BPJS Ketenagakerjaan diduga diretas dan diumumkan di forum internet.
Baca SelengkapnyaTanpa rasa bersalah, driver ojol justru meminta konsumennya untuk mengikhlaskan laptopnya itu.
Baca SelengkapnyaPengusaha aksesoris kendaraan kehilangan uang setelah membuka undangan pernikahan dalam bentuk file aplikasi (APK).
Baca Selengkapnya