WhatsApp Berkomitmen Untuk Perangi Hoaks di Platformnya
Merdeka.com - Karena popularitasnya yang luar biasa sebagai aplikasi perpesanan, WhatsApp saat ini tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi, tapi juga platform menyebarkan informasi.
Sayangnya, ada sejumlah pihak yang menyalahgunakan dengan menyebarkan spam hingga hoaks. Oleh karena itu, WhatsApp APAC Communications Director, Sravanthi Dev, menegaskan komitmen WhatsApp untuk melawan misinformasi dan hoaks.
Menyadari hal tersebut, WhatsApp telah melakukan sejumlah langkah untuk mengurangi peredaran hoaks. Salah satunya dengan mengedukasi orang-orang tentang cara aman menggunakan WhatsApp.
-
Apa fitur baru WhatsApp untuk deteksi hoaks? Saat ini, aplikasi chatting ini sedang menguji fitur pencarian gambar terbalik (reverse image search) yang telah tersedia di versi beta untuk pengguna Android.
-
Apa saja dampak dari penipuan WhatsApp? 'Phising ini di mana kita akan dikirimkan sebuah informasi yang sifatnya urgent, biasanya mengaku dari pihak bank yang meminta konfirmasi pilihan biaya transaksi, di mana di dalam wa tersebut akan ada link ke sebuah website yang kita harus isi data diri kita termasuk data perbankan dan lainnya,' ungkap dia kepada Merdeka.com, Kamis (31/8).
-
Mengapa penipuan WhatsApp semakin sering terjadi? Masalahnya adalah masih sedikit orang yang benar-benar memahami jenis-jenis penipuan melalui pesan WA.
-
WhatsApp apa yang sering digunakan penipu? WhatsApp menjadi salah satu aplikasi yang sering digunakan oknum untuk melakukan permainan licik ini.
-
Apa modus penipuan akun WhatsApp ? Dalam tangkapan layar yang beredar, akun tersebut mencatut nama serta foto profil Ridwan Kamil, dengan nomor +62 889-7553-8003.
-
Kenapa penipu pakai WhatsApp? Modus penipuan seperti ini sudah cukup banyak memakan korban.
Layanan milik Facebook ini mengklaim telah banyak memblokir akun-akun yang menyebarkan spam dan hoaks. WhatsApp juga membatasi penerusan pesan hanya kepada lima akun dalam satu waktu.
"Kami berusaha untuk menangani penyebaran misinformasi. Salah satunya dengan menandai pesan yang telah diteruskan atau sering diteruskan," ungkap Sravanthi dalam acara Media Roundtable Terkait Keamanan WhatsApp melalui Zoom yang diikuti oleh Tekno Liputan6.com.
Selain itu, saat ini juga telah ada label "forwarded" agar penerima pesan mengetahui bahwa pesan tersebut telah diteruskan dari akun lain.
WhatsApp pun membatasi pesan yang dianggap sering diteruskan hanya kepada satu akun dalam satu waktu. Langkah ini diklaim mengurangi jumlah pesan yang sering diteruskan sebanyak 70 persen.
Diungkapkan Sravanthi, WhatsApp telah memblokir dua juta akun yang menyebarkan spam setiap bulan. WhatsApp menggunakan machine learning untuk mengidentifikasi dan memblokir akun yang mengirimkan pesan secara massal.
Langkah Konkret WhatsApp
Sravanthi mengatakan, WhatsApp juga bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat untuk melawan misinformasi
WhatsApp telah merilis chat bot dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan International Fact Checking Network untuk melawan misinformasi.
WhatsApp juga memberikan keleluasaan bagi pengguna terkait konten yang diterimanya. Pengguna bisa melaporkan jika menerima konten bermasalah kepada WhatsApp seperti fitnah, pornografi, mengancam, melecehkan, dan kebencian.
"Kami akan menonaktifkan akun yang melanggar ketentuan layanan kami," kata Sravanthi.'
Sumber: Liputan6.comReporter: Andina Librianty
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Untuk itu WhatsApp, menghadirkan berbagai fitur upaya mencegah beredarnya hoaks jelang pemilu
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah alasan mengapa WhatsApp terkena spam dan cara mengatasinya.
Baca SelengkapnyaDaftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaTim cek fakta independen antara lain Mafindo, Perludem hingga AFP Indonesia.
Baca Selengkapnyaviral unggahan video yang mengimbau pengguna Whatsapp untuk tidak menekan tombol block.
Baca SelengkapnyaCekFakta merupakan kolaborasi antara Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO).
Baca SelengkapnyaMenurut Bery, hoaks menggunakan kecerdasan buatan memang sudah cukup meresahkan.
Baca SelengkapnyaPolisi memantau dan mendeteksi konten-konten hoaks yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaPolisi melakukan patroli siber untuk menyisir akun-akun yang menyebarkan ujaran kebencian maupun informasi hoaks.
Baca Selengkapnya