Sunyi Senyap Desa Mati di Kaki Gunung Sinabung
Merdeka.com - Gunung Sinabung berdiri gagah di dataran tinggi Karo, Sumatera Utara. Kegagahannya membuat penduduk desa di lereng kaki gunung ini memilih pergi. Ya, sejauh mata memandang memang tak nampak batang hidung manusia. Hanya suara desiran angin perlahan yang terdengar.
Sunyi senyap dan mencekam. Kesan pertama saat menginjak di Desa Berastepu, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Desa tak bertuan ini layaknya seperti tumpukan tanah berbatuan di pegunungan.
Hiruk pikuk desa di kaki Gunung Sinabung tak pernah terdengar lagi. Sejak 8 tahun silam tepatnya tahun 2013 penduduk meninggalkan rumah dan segala kenangannya. Desa di kaki Gunung Sinabung pun menjadi desa mati.
-
Kapan kampung mati petir mulai ditinggal penduduknya? Pak Priyono mengatakan, dulu ada sekitar 12 rumah di Kampung Petir. Sewaktu masih tinggal di kampung itu, Pak Priyono pernah menemukan jejak Harimau Jawa. Jejak itu ia temukan di Gunung Batu, sebuah bukit yang letaknya tak jauh dari pemukiman penduduk di Kampung Petir.
-
Kenapa Kampung Simonet jadi kosong? Tapi karena desa itu makin terendam, kebanyakan nelayan kemudian jadi pengangguran. Kebun bunga melati yang dikelola kaum ibu-ibu juga ikut terendam.
-
Bagaimana dampak sepinya Situ Sikocang? Menurunnya kunjungan wisata kemudian mempengaruhi mata pencaharian warga sekitar.Warung-warung yang biasanya menjajakan makanan dan minuman kini terpaksa tutup karena tidak ada pemasukan.
-
Kenapa penduduk kampung mati petir meninggalkan kampung tersebut? Saat itu habis maghrib anak saya mainan marmut tiba-tiba didatangi sosok orang memakai blangkon. Orang itu kakinya tidak menapak di tanah. Orang itu mengajak anak saya keliling-keliling. Tiba-tiba saja dia terbang dan berubah wujud menjadi Mak Lampir,' kata Pak Priyono.
-
Kenapa pemukiman itu akhirnya ditinggalkan? Sayangnya, pemukiman yang padat ini harus berakhir akibat masuknya Zaman Besi. Cuaca yang berubah menjadi lebih dingin dan basah menjadikan wilayah ini dihuni oleh banyak nyamuk dan menyebabkan mereka pindah ke wilayah lain.
-
Mengapa desa kuno ditinggalkan? Desa ini diyakini ditinggalkan antara tahun 1488 dan 1562.
Tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, membuat Gunung Sinabung dicap sebagai gunung yang sudah tidak aktif lagi. Namun, setelah 400 tahun tidak pernah meletus, Gunung Sinabung mendadak aktif kembali. Gunung berapi ini meletus pada tanggal 27 Agustus 2010.
Pada September 2013 hingga memasuki awal tahun 2014, Gunung Sinabung masih erupsi. Lava pijar dan semburan awan panas terus terjadi. Demi keselamatan, penduduk yang dekat dengan Gunung Sinabung harus mengungsi.
Pemerintah Kabupaten Karo dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memasang plang yang melarang warga kembali ke rumah mereka. Letusan dahsyat pada 2014 bahkan membuat dua desa tertutup debu vulkanik, Desa Suka Ndebi dan Desa Naman.
©2021 Merdeka.com/Suhairy TriyadhiPara penduduk pun akhirnya memilih untuk pergi. Setidaknya 10.000 orang lebih dari 12 desa di sekitar lereng Gunung Sinabung meninggalkan rumah mereka. Tanah luas ini hanya ada batu-batu dengan kerangka rumah. Atap-atap rumah yang bolong dan pintu yang meninggalkan suara decitan.
Sang pemilik meninggalkan rumah begitu saja. Seolah memberikan tanahnya kepada alam. Dari setiap rumah, ilalang-ilalang tinggi memenuhi pelataran. Tanpa penghuni, desa ini bak desa angker.
©2021 Merdeka.com/Suhairy TriyadhiBarang-barang milik warga sebagian ditinggal pemiliknya begitu saja. Sofa yang tergeletak di dalam rumah. Pajangan-pajangan foto, buku-buku sampai alat elektronik. Debu vulkanik tebal menyelimuti setiap barang. Bertahun-tahun ditinggal, barang-barang itu mungkin sudah tak lagi berfungsi.
Warga yang meninggalkan desa ini beberapa tersebar ke seluruh wilayah di Kabupaten Karo. Namun paling banyak adalah di daerah Siosar, Sumatera Utara.
©2021 Merdeka.com/Suhairy TriyadhiKini desa di kaki Gunung Sinabung seolah tinggal kenangan. Hanya tersisa puing-puing reruntuhan. Bangunan dan benda-benda di sana seolah menjadi saksi bisu suasana ramainya desa kala itu.
Desa ini juga menjadi salah satu obyek wisata. Beberapa pelancong penasaran dengan desa mati ini. Hingga saat ini, Gunung Sinabung masih aktif. Pada awal tahun 2021 saja, sang gagah Sinabung kembali meletus. Dengan kolom abu setinggi 500 meter ke langit. (mdk/Tys)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tahun 2010, kampung itu terkena lahar panas letusan Gunung Merapi. Kini yang tersisa hanyalah rumah-rumah tak berpenghuni
Baca SelengkapnyaBangunan sekolah hingga deretan rumah-rumah warga kini terpaksa kosong hingga mulai termakan usia.
Baca SelengkapnyaWarga di kampung itu harus direlokasi setelah terjadi peristiwa longsor.
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaNantinya tempat itu akan jadi area tambang karena di dalam tanah desa itu terkandung batu bara.
Baca SelengkapnyaDi balik keasriannya, ada cerita kelam ketika puluhan rumah dibakar paksa oleh pemberontak. Dari 80 rumah yang ditinggali warga, kini tersisa hanya 10 bangunan.
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaDari penelusuran yang dilakukan, permukiman ini ditinggalkan penduduknya karena terlalu sering terkena banjir besar.
Baca SelengkapnyaBerkunjung ke Dusun Malangbong seakan bernostalgia dengan suasana pedesaan tahun 1980-an.
Baca SelengkapnyaSetelah ditinggal warganya, kampung ini kemudian berganti nama menjadi Mojokoncot
Baca SelengkapnyaTebing yang longsor diperkirakan mencapai tinggi 50 meter.
Baca SelengkapnyaBerikut ini potret kampung mati di Jakarta Timur yang pernah dipakai pengungsian warga negara Vietnam dan bekas panti jompo.
Baca Selengkapnya