5 Fakta Terbaru Gadis Remaja Bunuh Bocah di Jakarta Pusat
Merdeka.com - Baru-baru ini publik dikejutkan dengan aksi pembunuhan yang dilakukan remaja berusia 15 tahun. Secara sadar, remaja berinisial NF menghabisi nyawa seorang anak perempuan berusia 6 tahun.
Menariknya, pelaku menyerahkan dirinya sendiri ke kantor polisi usai melakukan aksi pembunuhan. Aparat kepolisian kemudian bergerak ke lokasi dan menemukan mayat seorang anak di dalam lemari.
Terinspirasi dari Film Horor
-
Bagaimana reaksi anak perempuan itu? Dia membelalakkan mata sembari mengangkat kedua tangan. Gadis cilik itu seolah tak percaya atas momen langka yang baru saja dilaluinya kala itu.
-
Kenapa anak korban merasa sedih? 'Ma? Cepet banget perginya? Yeyen Nakal ya? Yeyen minta maaf ya ma sudah jadi anak yang kurang baik. Mama enggak perlu mikirin Yen lagi ya, di sini Yen baik. Mama baik di sana ya, Yen sayang banget sama mama,' tutur dia.
-
Apa yang membuat remaja ini viral? Dalam sebuah video TikTok yang diunggah oleh akun @reyvasky_, potret remaja yang disebut mirip dengan Arhan menjadi viral dengan cepat.
-
Siapa pelaku pembunuhan itu? 'Diduga korban ditusuk ketika dalam keadaan sedang tidur. Ini masih kita dalami,' ujar dia kepada wartawan, Sabtu (30/11).Gogo menjelaskan, terduga pelaku awalnya menikam ayahnya.
-
Siapa pelaku utama pembunuhan siswi? Kapolrestabes Palembang Kombes Pol Harryo Sugihhartono di Palembang, Kamis, mengatakan bahwa pelaku utama IS pada saat malam pertama sempat mengikuti Yasinan di rumah korban.
-
Kenapa remaja itu bunuh diri? 'Aku jg ingin bahagia dan memiliki kehidupan normal'. 'DUNIA INI INDAH, TAPI TIDAK DENGAN DUNIAKU'. 'Im gagal'.
Lebih mencengangkan pelaku mengaku mendapat inspirasi dari film horor. Melansir dari Liputan6.com, Kombes Heru Novianto selaku Kapolres Metro Jakarta Pusat mengatakan perilaku pelaku dipengaruhi oleh adegan-adegan kekerasan dalam film yang ditontonnya.
2013 Merdeka.com
"Pengakuan dari seorang NF, dia melakukannya dengan kesadaran dan terinspirasi oleh film. Si anak diajak ke kamar mandi lalu disuruh ambil mainan yang ada di dalam. Setelah anak itu berada di dalam bak baru ditenggelamkan hingga korban meregang nyawa," ungkap Kombes Heru Novianto seperti dikutip dari Liputan6.com.
Tes Psikologi
Pelaku berinisial NF kemudian langsung dibawa ke RS polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Tujuannya untuk memeriksa kesehatan jiwa sang pelaku. Hal ini berdasarkan laporan dari Kapolres Metro Jakarta Utara Komisaris Besar Pol Budhi Herdi Susianto."Iya benar, tes psikologi nya dokternya di sana," kata Budhi dihubungi Liputan6.com lewat sambungan telepon, Minggu (8/3/2020).
YouTube/Jorge Cogollo
Lebih lanjut, Budhi menjelaskan nantinya pelaku akan menjalani serangkaian tes kejiwaan. Itu berarti proses akan dilakukan tergantung dengan kesiapan pihak rumah sakit. Termasuk dengan hasil pemeriksaan."Jadi hasil tesnya tidak langsung keluar, kita menunggu pihak rumah sakit. Kan kita juga harus lihat kesehariannya remaja tersebut, jadi nanti kita tanya dokternya," jelas dia.
Terkena UU Peradilan Anak
Melansir dari Liputan6.com, Senin (9/3), pihak kepolisian akan menggunakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peradilan Anak untuk menangani kasus pembunuhan tersebut. Kejadian ini terjadi pada Kamis (5/3/2020) di Sawah Besar, Jakarta Pusat."Ini masih kita lakukan pendalaman. Perlakuan anak di bawah umur berbeda dengan dewasa karena terkait sistem peradilan anak," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus di Jakarta, Sabtu(7/3/2020).
2014 Merdeka.com
Pelaku pembunuhan kini didampingi oleh orang tua, pengacara serta petugas Balai Pemasyarakatan (Bapas) selama proses pemeriksaan. Bapas merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bidang pembinaan luar lembaga pemasyarakatan. Nantinya terdapat empat azas yang terkait tentang hak anak selama menjalani proses pidana."Ada empat azas, praduga tidak bersalah, anak sebagai korban, pendampingan orang tua kandung atau asuh, keterlibatan pengacara dan Bapas," kata Yusri seperti dikutip dari Antara.
KPAI Ikut Mendampingi
Kasus pembunuhan seorang anak berusia 6 tahun oleh gadis remaja ini ternyata mendapat perhatian dari Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Menurut perwakilan KPAI, Jasra Putra, kasus pembunuhan ini harus menjadi pembelajaran bagi orangtua dan pihak terkait lainnya. "Ini pembelajaran bagi kita para stake holder perlindungan anak untuk banyak belajar agar dapat mendeteksi kecenderungan ini bisa diantisipasi lebih awal lagi dengan melihat sisi psikisnya mengapa anak melakukan hal itu," ujar Jasra saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (8/3/2020).
2019 Liputan6.com/Herman Zakharia
Jasra juga menambahkan, KPAI akan terus melakukan pendampingan terkait kasus pembunuhan tersebut. Pihaknya akan memastikan, aparat penegak hukum akan memakai undang-undang yang sesuai dengan usia pelaku."Kita berharap polisi menggunakan UU 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak di mana di situ ada hak anak yang diperhatikan, khususnya didampingi penasihat hukum," jelas Jasra.
Respon Kak Seto
Terkait kasus pembunuhan tersebut, Psikolog Anak, Kak Seto menilai lemahnya peran lingkungan di sekitar kediaman pelaku. Menurut pria bernama lengkap Seto Mulyadi ini, tidak ada peran aktif dalam lingkungan sosial di tempatnya tumbuh dan berkembang."Saya kira anak ini mengalami gangguan kejiwaan di mana tak ada lagi perhatian dan dukungan dari lingkungannya, jadi pelariannya ke gawai menonton tayangannya yang berpengaruh kekerasan itu," kata Kak Seto saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (8/3/2020).Lebih lanjut, Kak Seto juga memaparkan indikasi ketidak stabilan kejiwaan pelaku dilihat dari pengakuannya yang tidak merasa menyesal sama sekali."Dia tak berempati sama sekali tak merasa bersalah juga, dia hanya melakukan apa pun untuk memberi kepuasan," sesal dia.
2019 Liputan6.com/Faizal Fanani
Peristiwa ini harus menjadi peringatan keras bagi semua orang. Pengawasan pertumbuhan psikologis anak menjadi sangat penting di tengah era digital ini."Ini menjadi peringatan keras kepada kita semua, karena dampaknya bisa seperti ini, karena ada reaksi. Jadi dalam teori hukum terhadap anak, selain menjadi pelaku, anak juga sebagai korban, korban yang menjerumuskan mereka menjadi pelaku kriminal, kita harus intropeksi," tutupnya.
(mdk/tan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang anak berusia 5 tahun ditemukan tewas dengan bersimbah darah di sebuah rumah kawasan Bekasi,
Baca SelengkapnyaPeristiwa tragis itu terjadi di Burgundy Residence
Baca SelengkapnyaBocah tersebut ditemukan dengan luka 20 tusukan, salah satunya di bagian dada sebelah kiri
Baca SelengkapnyaAqilatunnisa Prisca Herlan, bocah usia 5 tahun tewas mengenaskan di tangan tiga orang wanita.
Baca SelengkapnyaKendaraan pelaku sudah disita namun dua pelaku masih dalam pengejaran polisi.
Baca SelengkapnyaPembunuhan itu bermula dari hilangnya Aqila. Saat penculikan terjadi, ibunda Aqila sedang pergi.
Baca SelengkapnyaSalah satu korban merupakan anak berusia tiga tahun.
Baca SelengkapnyaKPAI menyampaikan keprihatinan mendalam atas terjadinya kasus pidana yang diduga dilakukan oleh anak ini.
Baca SelengkapnyaPolisi menangkap lima pelaku penculikan dan pembunuhan bocah perempuan berusia 5 tahun Aqilatunnisa Prisca Herlan di Cilegon
Baca SelengkapnyaViral Remaja Cekoki Miras ke Anak TK di Tulungagung, Ini Pengakuannya saat Diinterogasi Warga
Baca SelengkapnyaAH terlebih dahulu telah membawa senjata tajam berupa pisau yang disimpan dalam sebuah tas selempang untuk membunuh korban.
Baca SelengkapnyaTindakan negatif yang dilakukan anak bukan terjadi tanpa sebab. Hal ini bisa disebabkan oleh pengasuhan dan trauma masa kecil.
Baca Selengkapnya