Anggapan Salah tentang Vaksin Covid-19 Berisi Microchip Magnetik
Merdeka.com - Proses vaksinasi Covid-19 menimbulkan sejumlah pro dan kontra di kalangan masyarakat dunia. Di tengah prosesnya yang kini digeluti banyak negara, beredar sebuah informasi menyesatkan.
Vaksin Covid-19 dianggap mengandung microchip magnetik yang sengaja diinjeksikan ke dalam bahan kimia. Menanggapi hal tersebut, pihak-pihak terkait pun tak tinggal diam. Kabar yang beredar tersebut lantas diklaim sebagai hoaks semata.
Lantas, seperti apa sebenarnya informasi yang beredar luas itu? Simak ulasan selengkapnya seperti yang berhasil dirangkum dari situs covid19.go.id.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Bagaimana cara kerja vaksin Mpox? Vaksin ini merupakan vaksin turunan dari cacar (smallpox) generasi ketiga yang bersifat non-replicating, artinya tidak menyebabkan virus berkembang biak dalam tubuh.
-
Bagaimana vaksin cacar api bekerja? Zostavax adalah vaksin cacar api generasi pertama yang telah digunakan sejak 2006. Vaksin ini menggunakan virus varicella-zoster yang dilemahkan untuk merangsang respons kekebalan tubuh terhadap virus tersebut.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
Percobaan Menggunakan Magnet
Beberapa waktu lalu beredar kabar melalui sosial media, seorang perempuan nampak memperlihatkan lengannya. Bersamaan dengan unggahan tersebut, beredar klaim bahwa vaksin Covid-19 mengandung microchip magnetik.
Hal tersebut menyusul dari percobaan singkat yang diklaimnya dengan meletakkan magnet pada lengan. Tak berselang lama, magnet tersebut lantas menempel. Pada akhir video, pemilik akun lantas tak menganjurkan publik untuk menerima suntikan vaksin Covid-19.
"Pfizer jab and a magnet experiment! No words left to describe this.(Pfizer jab dan eksperimen magnet! Tidak ada kata tersisa untuk menggambarkan ini.)" dikutip dari laman resmi Satgas Covid-19.
Fakta tentang Vaksin Covid-19
Dr. Stephen Schrantz, Spesialis Penyakit Menular di University of Chicago Medicine meluruskan, informasi tersebut bukan lah suatu hal yang patut diwaspadai. Ia sama sekali tak membenarkan mengenai vaksin Covid-19 yang mengandung microchip magnetik.
"Tidak, mendapatkan vaksin Covid-19 tidak dapat menyebabkan lengan Anda menjadi magnet. Ini tipuan, jelas dan sederhana," jelasnya.
Dr. Thomas Hope, peneliti vaksin dan profesor biologi sel dan perkembangan di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern menambahkan, vaksin Covid-19 pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air, dan bahan kimia yang menjaga PH. Sehingga tidak ada bahan apapun yang dapat berinteraksi dengan magnet. Dengan begitu, vaksin Covid-19 diklaim aman untuk digunakan sebagai sarana pencegahan penularan Covid-19. (mdk/mta)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaKarena video tersebut sejatinya merupakan pengungkapan laboratorium tembakau sintetis.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaBeredar video mengklaim Raffi Ahmad dan Najwa Shihab promosikan judi online, simak penelusurannya
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) buka suara terkait hal tersebut.
Baca SelengkapnyaMunculnya kasus Mpox bukan disebabkan oleh adanya vaksinasi Covid-19 seperti sejumlah hoax yang beredar.
Baca SelengkapnyaVideo itu mengklaim helikopter menjatuhkan nyamuk-nyamuk yang “dipesan” oleh Bill Gates.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks bisa memicu kemandulan.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan lengkap mengenai teknologi DeepFake AI yang sedang viral.
Baca Selengkapnya