Cerita Astronot Puasa dan Salat di Luar Angkasa 'Harus Mengikat Kaki Agar Bisa Sujud'
Merdeka.com - Salat dan puasa di bulan Ramadan wajib dijalankan bagi umat Islam di seluruh dunia. Kewajiban itu tidak bisa ditinggalkan kecuali dalam kondisi tertentu.
Para astronot berikut ini tetap menjalankan salat dan puasa saat berada di luar angkasa. Meski tidak mudah, mereka tetap menjalankan ibadah tersebut merujuk pada sistem waktu yang ada di Bumi.
Menjalankan puasa di luar angkasa menjadi pengalaman spiritual yang tak bisa didapatkan orang pada umumnya. Berikut ulasannya dilansir dari liputan6.com, Rabu (6/4).
-
Kapan astronot muslim berbuka puasa di luar angkasa? 'Jika kita punya kesempatan, pasti Ramadhan adalah saat yang baik untuk berpuasa, dan itu benar-benar menyehatkan,' tambah Alneyadi kepada wartawan pada konferensi persnya di bulan Januari. 'Kami akan menunggu dan melihat bagaimana kelanjutannya.'
-
Bagaimana astronot muslim berpuasa di luar angkasa? 'Sebenarnya kita bisa berbuka puasa, tapi itu tidak wajib,' ungkapnya dikutip CNN pada 2023. Ia menambahkan, 'Puasa tidak wajib jika Anda merasa tidak enak badan. Jadi dalam hal ini – segala sesuatu yang dapat membahayakan misi atau mungkin membahayakan anggota kru – kita sebenarnya diperbolehkan untuk makan makanan yang cukup untuk mencegah peningkatan kekurangan makanan atau nutrisi atau hidrasi,' katanya.
-
Apa yang dilakukan astronot muslim saat ramadan di luar angkasa? Dia adalah salah satu dari kurang dari selusin astronot Muslim yang telah melakukan perjalanan ke luar angkasa, dan pada akhir misinya dalam waktu sekitar lima bulan, dia akan telah menjadi astronot pertama dari Uni Emirat Arab yang menyelesaikan masa tinggal jangka panjang di laboratorium terapung. Selama masa tinggalnya, umat Islam di Bumi akan merayakan bulan Ramadhan – waktu puasa, doa dan refleksi yang berlangsung dari malam tanggal 22 Maret hingga 21 April. Juga akan ada dua hari raya umat Islam – Idul Fitri, yang menandai Hari Raya Idul Fitri. akhir Ramadhan, dan Idul Adha, perayaan ibadah haji tahunan umat Islam ke Mekah, tanah suci di Arab Saudi, yang dimulai pada tanggal 28 Juni.
-
Kenapa astronot muslim di luar angkasa bisa berbuka puasa? 'Sebenarnya kita bisa berbuka puasa, tapi itu tidak wajib,' ungkapnya dikutip CNN pada 2023. Ia menambahkan, 'Puasa tidak wajib jika Anda merasa tidak enak badan. Jadi dalam hal ini – segala sesuatu yang dapat membahayakan misi atau mungkin membahayakan anggota kru – kita sebenarnya diperbolehkan untuk makan makanan yang cukup untuk mencegah peningkatan kekurangan makanan atau nutrisi atau hidrasi,' katanya.
-
Bagaimana astronot melakukan salat di luar angkasa? “Menghadap ke segala arah. Anda tahu, kita tidak bisa benar-benar menghadap ke Mekah,” Tak mudah melakukan gerakan salat. “Saya harus mengikat kaki saya agar bisa sujud. Tapi, itu tak bisa dilakukan dengan sempurna karena kurangnya gravitasi.
-
Bagaimana astronaut menjalankan ibadah salat di luar angkasa? Demikian pula, dalam menjalankan salat, Shukor berupaya sebaik mungkin untuk menghadap ke arah Mekah sesuai dengan tuntunan agamanya.
Astronot Disamakan dengan Musafir
Tidak mudah menjalankan puasa di luar angkasa. Namun tak sedikit astronot muslim tetap menjalankan puasa di luar angkasa saat bulan Ramadan. Ketika para astronot berpuasa, mereka mengambil jam puasa yang ada di Bumi.
"Ya kalau mereka memang ingin berpuasa, mereka harus merujuk pada waktu (puasa) yang ada di Bumi, tepatnya waktu lokasi peluncuran mereka," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin via pesan teks.
Menurut dia, astronot seyogyanya disamakan dengan musafir sehingga bisa saja mereka tidak berpuasa di luar angkasa. Namun ketika sudah berada di Bumi, mereka tetap harus menggantinya.
Belum lagi waktu siang dan malam di luar angkasa sangat berbeda dengan Bumi. Perubahan waktu ini juga diatur beberapa kali di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS, International Space Station).
"ISS itu mengorbit Bumi 14 kali satu hari, siang dan malam, itu setiap 90 menit. Makanya waktunya berbeda," pungkasnya.
Astronot Puasa di Luar Angkasa
Astronot pertama asal Malaysia, Sheikh Muszaphar Shukor pergi ke luar angkasa pada 10 Oktober 2007 lalu. Perjalanan ke luar angkasa itu bertepatan dengan bulan Ramadan. Kala itu dia menumpang pesawat luar angkasa Rusia, Soyuz. Perjalanan Shukor ke luar angkasa selama enam hari di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Sebagai muslim taat, dia ingin menjalankan salat tetap menghadap ke kiblat: Kabah di Mekah. Itu yang menjadi masalah, ISS yang mengorbit 220 mil atau sekitar 354 kilometer di atas permukaan Bumi, di mana kiblat berubah dalah hitungan detik. Arah Kabah bahkan bisa berubah 180 derajat hanya dalam sekali salat.
Lembaga Antariksa Malaysia, Angkasa langsung menggelar sebuah konferensi yang diikuti 150 ilmuwan Islam untuk memecahkan masalah ini.
Hasilnya, panduan beribadah di ISS yang disetujui komisi fatwa Negeri Jiran, kiblat bisa ditentukan berdasarkan "peluang" para astronot. Prioritasnya, dari yang utama adalah: Kabah, proyeksi Kabah, Bumi, menghadap ke manapun.
Jangankan tepat menghadap Kabah, menentukan proyeksinya pun tak semudah yang dibayangkan. Meski begitu ibadah Shukor berjalan lancar.
Dia bahkan menjadi muslim kesembilan yang membuktikan bahwa berada di angkasa bukan alasan untuk tak melaksanakan ibadah salat, juga puasa Ramadan.
Shukor bahkan mengaku mendapatkan pengalaman spiritual. "Setiap orang yang berkesempatan ke luar angkasa akan merasakan sebuah keajaiban. Selama perjalananku yang bertepatan dengan Ramadan, aku seperti mendengar suara azan di Stasiun Luar Angkasa Internasional," kata dia dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency (AA).
Dia mengungkapkan astronot lainnya tidak tahu tentang azan. "Tapi aku mendengar panggilan itu secara fisik, nyata. Anda mungkin tak akan terkekut jika mendapat pengalaman seperti saya ketika berada di luar angkasa, saat Anda merasa begitu dekat dengan Allah di setiap detiknya."
Salat di Luar Angkasa
©2022 Merdeka.com
Pesawat Discovery yang mengangkasa dari Kennedy Space Center, Amerika Serikat membawa seorang pemeluk agama Islam, Sultan bin Salman bin Abdulaziz Al Saud, pada 17 Juni 1985 silam. Pangeran Arab Saudi itu menjadi astronot muslim pertama di angkasa luar.
Misi berlangsung selama 7 hari, 1 jam, 38 menit, dan 52 detik. Sang pangeran menuju ke titik 4,67 juta kilometer dari Bumi-ke tempat yang tak pernah diinjak saudara sebangsanya.
Saat melihat Bumi hanya setitik kecil, dia mengalami pengalaman spiritual. "Di sana kita akan menyadari betapa kecilnya manusia. Kita hanyalah setitik debu di alam semesta," kata dia dikutip dari The National.
Sang pangeran mengakui, detik-detik ketika ia mengangkasa buat dirinya berdebar. "Jika seseorang berkata momentum itu tak menakutkan, sudah pasti ia bohong. Aku berdoa setiap saat. Peluncuran dan pendaratan adalah saat-saat mendebarkan."
Sebagai muslim, Sultan adalah manusia pertama yang salat dan melantunkan ayat-ayat suci Alquran dalam kondisi nol gravitasi. Sultan mengatakan, seorang muslim bisa berdoa kapan saja.
"Menghadap ke segala arah. Seperti di pesawat luar angkasa, Anda tahu, kita tidak bisa benar-benar menghadap ke Mekah. Ke kiblat," kata dia seperti dikutip dari situs WBUR.
Namun, tak mudah untuk melakukan gerakan salat. "Saya harus mengikat kaki saya agar bisa sujud. Tapi, itu tak bisa dilakukan dengan sempurna karena kurangnya gravitasi."
(mdk/dea)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Agama tidak bisa dilepaskan dari diri astronot. Mereka kerap melakukan ritual spiritual di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaBerikut jadwal yang diatur NASA untuk astronotnya saat bertugas di Stasiun Ruang Angkasa.
Baca SelengkapnyaBegini yang dilakukan astronot saat bulan Ramadan di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaAda agenda harian yang dilakukan astronot ketika berada di luar angkasa. Berikut selengkapnya.
Baca SelengkapnyaBukan berarti astronot tidak makan, namun ia hanya makan sedikit. Nah inilah penyebabnya.
Baca SelengkapnyaAda dua alat yang digunakan astronot saat mengukur berat badan di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaTidak adanya gravitasi di luar angkasa, memicu tubuh untuk beradaptasi saat sampai di Bumi.
Baca SelengkapnyaMari membayangkan hidup di luar angkasa sebagai seorang Astronot.
Baca SelengkapnyaFoto ini diambil oleh astronot Uni Emirat Arab saat berada di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaBerikut wujud astronot yang mendadak berubah menjadi Superman.
Baca SelengkapnyaTidur yang cukup juga penting bagi astronot yang sedang bertugas di stasiun luar angkasa.
Baca SelengkapnyaPara penambang di lokasi Tambang Trepca tetap menjalankan ibadah puasa selama bekerja di kedalaman tanah 800 meter.
Baca Selengkapnya