Dikonsumsi Paling Besar, Mungkinkah Premium dan Pertalite Tak Dijual di Indonesia?
Merdeka.com - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati menyebut BBM (Bahan Bakar Minyak) jenis premium dan pertalite seharusnya tak boleh lagi dijual di Indonesia. Kedua jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) tersebut diketahui memiliki nilai research octane number (RON) di bawah 91.
Menurutnya, upaya tersebut dilakukan demi menekan emisi gas rumah kaca dan mendorong masyarakat menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.
Sejalan dengan Permen LHK Nomor 20 Tahun 2017
-
Mengapa Pertamina turunkan harga BBM? 'Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,' ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Kenapa Pertamina naikkan harga BBM? Harga bahan bakar minyak (BBM) mengalami kenaikan sebagai bentuk penyesuaian terhadap kebijakan pemerintah yang mengacu pada formula harga yang terbaru.
-
Kenapa Pertamina turunkan harga BBM? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Apa jenis BBM yang disalurkan Pertamina? PT Pertamina Patra Niaga selaku anak usaha Pertamina menegaskan masih terus menyalurkan BBM jenis Pertalite (RON 90) kepada masyarakat, sesuai kuota tahun 2024 yang ditetapkan Pemerintah.
-
Dimana harga BBM Pertamina beda? Di area DKI Jakarta, harga bahan bakar Pertamax (RON 92) tetap stabil di angka Rp12.100 per liter. Sementara itu, harga Pertamax Turbo (RON 98) mengalami peningkatan menjadi Rp13.550 per liter.
-
Bagaimana cara Pertamina atur harga BBM? Pihak Pertamina menyatakan bahwa perubahan harga ini penting untuk mengikuti kebijakan pemerintah dan untuk memastikan keberlanjutan pasokan energi.
Pernyataan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) itu sejalan dengan Permen LHK Nomor 20 Tahun 2017. Di mana mensyaratkan gasoline yang dijual minimum harus mempunyai nilai research octane number (RON) 91.
©Liputan6.com/Bawono Yadika
Sedangkan, untuk premium memiliki nilai research octane number (RON) 88. Untuk pertalite memiliki nilai research octane number (RON) 90.
Tidak Boleh Dijual di Pasar
Nicke Widyawati lebih lanjut mengatakan, jika mengikuti aturan tersebut itu berarti kedua jenis BBM tersebut tak bisa dijual di pasaran."Artinya ada dua produk yang kemudian tidak boleh lagi dijual di pasar kalau mengikuti aturan tersebut yaitu premium dan pertalite," ujar Nicke saat mengikuti rapat dengar pendapat dengan DPR, Jakarta, Senin (31/8).
Konsumsi Paling Besar
Kendati begitu, Nicke tak menampik bila kedua jenis BBM tersebut memiliki porsi konsumsi yang paling besar. Tercatat pada 22 Agustus 2020, penjualan BBM jenis premium mencapai 24.000 kiloliter (KL). Sedangkan, BBM jenis pertalite terjual sebesar 515.000 KL.
©2020 Merdeka.com/Arie Basuki
Kemudian, untuk penjualan BBM dengan RON di atas 91 yakni pertamax dengan RON 92 penjualan tercatat sebesar 10.000 KL. Dan untuk pertamax Turbo dengan RON 98 terjual sebesar 700 KL.
Coba Lakukan Pengelolaan
Melihat indeks penjualan tersebut, Nicke Widyawati tak bisa langsung menghentikan produksi dan distribusi BBM jenis premium dan pertalite. Pihaknya akan mencoba berupaya melakukan pengelolaan dengan benar."Namun demikian kita akan mencoba melakukan pengelolaan hal ini karena premium dan pertalite ini porsi konsumsi paling besar. Karena itu kita segera mendorong bagaimana konsumen mampu untuk beralih ke BBM lebih ramah lingkungan," tandasnya.
Mulan Jameela Minta Pertamina Kaji Kembali
Mulan Jameela, salah satu anggota DPR meminta PT Pertamina (Persero) untuk melakukan pengkajian secara menyeluruh. Kajian tersebut sebaiknya dilakukan sebelum pihaknya memutuskan untuk menghapus premium dan pertalite di pasaran. Apalagi, keduanya jenis BBM tersebut cukup tinggi dikonsumsi oleh warga Indonesia.
©Kapanlagi
"Ada beberapa yang perlu diperhatikan pertamina dalam rencana penghapusan premium dan pertalite ini, yang pertama kami ingin menanyakan sejauh mana Pertamina sudah melakukan kajian yang mendalam dan lebih luas lagi terhadap masyarakat terkait rencana penghapusan premium dan pertalite ini," ujarnya dalam Raker di DPR, Jakarta, Senin (31/8).
Kaji Dampak di Tengah Pandemi Covid-19
Mulan juga meminta PT Pertamina (Persero) pertimbangkan secara matang mengingat saat ini masyarakat masih berada dan menghadapi pandemi Covid-19. Menurutnya, jangan sampai nantinya kebijakan tersebut justru memberikan kesulitan baru masyarakat."Kedua, apakah Pertamina sudah memikirkan dampaknya terhadap masyarakat mengingat saat ini sedang mengalami ujian pandemi Covid. Karena apabila premium dan pertalite dihapus tentu akan berdampak tidak baik bagi masyarakat," paparnya.
Harga Premium dan Pertamax Disetarakan
Untuk mengurangi ketergantungan atas premium dan pertalite, Mulan menyarankan perusahaan pelat merah itu menyetarakan harga premium dengan pertamax. Dengan begitu, masyarakat bisa beralih menggunakan BBM jenis pertamax.
©2020 Liputan6.com/Helmi Fithriansyah
"Sekedar masukan saja apabila akan dihapus, apa memungkinkan harga pertamax bisa diturunkan mungkin bisa jadi sama dengan harga premium? Mungkin itu bisa jadi solusi," tandasnya. (mdk/tan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah melalui kolaborasi tiga menteri yakni Menteri ESDM, Menteri Keuangan dan Menteri BUMN akan kembali mengkaji pembatasan pembelian jenis BBM.
Baca SelengkapnyaRencana ini dibahas karena BBM oktan tinggi seperti Pertamax meyumbang polusi yang sedikit.
Baca SelengkapnyaArifin tak menapikkan jika kenaikan harga minyak mentah dunia bakal semakin membebani pemerintah memberikan subsidi untuk sejumlah produk BBM.
Baca SelengkapnyaWarga mengaku di beberapa SPBU Pertamina sudah tak menjual Pertalite dan kini diganti dengan Pertamax Green 95.
Baca SelengkapnyaHarga minyak mentah dunia terus menunjukan tren pelemahan hingga USD74,5 per barrel. Meski demikian, penurunan itu tidak diikuti oleh harga BBM Pertamina.
Baca SelengkapnyaSaat ini, SPBU mini milik Pertamina ini hanya menjual Pertamax.
Baca SelengkapnyaJenis bahan bakar solar non subsidi juga mengalami penurunan
Baca SelengkapnyaHal ini diungkapkan sehari setelah Pertamina mengumumkan ide penghapusan Pertalite di hadapan Komisi VII pada Rabu, 30 Agustus 2023 kemarin.
Baca SelengkapnyaManajemen Vivo tidak menyampaikan alasan kenaikan harga BBM per 1 Januari 2025.
Baca SelengkapnyaLonjakan harga minyak dunia diperkirakan bakal semakin berdampak terhadap harga BBM Non Subsidi yang tidak mendapat sokongan anggaran dari APBN.
Baca SelengkapnyaSejak Maret 2024 BBM non-subsidi RON 92 tersebut belum disesuaikan, sementara itu pada awal Agustus lalu SPBU swasta kembali menaikkan harga BBM sejenis.
Baca SelengkapnyaKemudian, Pertamax Turbo sebelumnya Rp15.500 per liter kini menjadi Rp15.350 per liter.
Baca Selengkapnya