Heboh Perburuan Buaya Berkalung Ban, Kini Tim Khusus Sampai Diterjunkan
Merdeka.com - Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan keberadaan buaya liar berkalung ban bekas. Hewan reptil ini diketahui berada di Sungai Palu, tepatnya di bawah Jembatan I Jalan I Gusti Ngurahrai.
Tidak ada satu pun yang bisa mengeluarkan ban dari kepala buaya, membuat Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulawesi Tengah akhirnya menggelar sebuah sayembara.
"Sayembara ini dimaksudkan untuk mengeluarkan ban bekas yang terlilit di leher buaya," kata Kepala BKSDA Sulawesi Tengah Hasmuni Hasmar di Palu. Dikutip dari Antara, Minggu (2/2).
-
Siapa yang mengevakuasi buaya itu? Petugas BKSDA Cirebon mengevakuasi seekor buaya di wilayah permukiman warga Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu [26/7].
-
Bagaimana buaya itu ditangkap? Saat menemukan hewan buas itu, Dimas meminta bantuan rekan-rekannya untuk menangkap. Meski sempat memberontak, namun akhirnya buaya tersebut berhasil diamankan.
-
Bagaimana cara mengevakuasi buaya? Agar penyelamatan berlangsung aman, bagian kepala buaya ditutupi dengan karung, serta moncongnya diikat tali dengan prosedur yang aman bagi hewan tersebut.
-
Kenapa buaya itu dievakuasi? Proses evakuasi buaya itu berlangsung menegangkan lantaran hewan buas itu sempat mengamuk saat hendak diamankan.
-
Siapa korban serangan buaya? Korban ini bernama Ide Suprianto (27) asal Desa Sari Bulan, Kecamatan Air Dikit yang menikah dengan warga Desa Tanah Harapan.
-
Dimana buaya menyerang korban? 'Korban ini meninggal dunia setelah kakinya digigit buaya, lalu satwa tersebut menghempaskan tubuh korban berkali-kali di Sungai Selagan,' katanya seperti dilansir dari Antara, Senin (15/4).
Panji Petualang Turun Tangan
Sebelumnya, sejumlah pihak sudah mencoba mengeluarkan ban dari kepala sang buaya. Termasuk Muhammad Panji alias Panji Petualang. Menurut Kepala BKSDA Sulawesi Tengah Hasmuni Hasmar di Palu, pada awal Januari 2018 Panji sudah berupaya menolong buaya tersebut. Namun gagal.
Heri Susanto/Liputan6.com 2020 Merdeka.com
Tidak hanya Panji, diketahui sejumlah non-governmental organization (NGO) asal Australia juga pernah mencoba menolong buaya ini dari jeratan ban bekas. Namun, lagi dan lagi gagal menjalankan misinya.
"Kami juga beberapa waktu lalu bekerja sama dengan NGO asal Australia namun upaya mereka menyelamatkan buaya itu gagal," katanya, menambahkan organisasi itu sudah dua kali berupaya menolong si buaya yang terlilit ban bekas.
Sayembara Melepas Ban di Kepala Buaya
BKSDA Provinsi Sulawesi Tengah lantas membuat sayembara baik untuk masyarakat ataupun organisasi lainnya. "Sayembara ini dimaksudkan untuk mengeluarkan ban bekas yang terlilit di leher buaya. Jika ada masyarakat berhasil melepas ban bekas di leher buaya itu, kami akan berikan imbalan," papar Hasmar tanpa menyebut nilai imbalan seperti yang dikutip dari Antara, Senin (3/2).Sayembara ini dilakukan karena BKSDA diketahui tidak memiliki cukup personel untuk menemukan buaya liar yang terlilit ban di sepanjang aliran sungai.
Instruksi dari Gubernur Sulawesi Tengah
Sesuai instruksi Longki Djanggola, Gubernur Sulawesi Tengah untuk membebaskan buaya itu dari lilitan ban bekas pada 2020. Untuk itu, BKSDA menggelar sayembara setelah sejumlah pihak gagal menolongnya."Banyak pekerjaan rumah yang harus di selesaikan BKSDA, salah satunya sampai hari ini buaya berkalung ban belum bisa tertangkap. Tahun ini harus bisa ditangkap supaya ban bekas yang terlilit di leher satwa itu bisa di lepas," kata Longki.
Kesaksian Warga
Warga yang tinggal tak jauh dari Sungai Palu mengungkapkan, meski buaya berukuran lima meter itu kerap menunjukkan diri, namun upaya menangkap dan melepas ban di lehernya urung dilakukan.
Heri Susanto/Liputan6.com 2020 Merdeka.com
Hal ini lantaran saat hendak ditangkap, buaya itu justru tidak muncul ke permukaan. Tidak hanya itu, peralatan yang tidak memadai membuat warga kian khawatir atas aksi pelepasan ban nantinya bisa membuat si buaya terluka."Sebenarnya niat menangkap dan melepas ban di leher buaya itu ada, kasihan juga rasanya. Tetapi itu buaya kan besar sekali, jadi tidak sembarangan orang yang bisa, Panji saja mengalah!" kata Daeng Raja (50 th) warga Kelurahan Tatura, Palu Selatan, di tepi Sungai Palu, dikutip dari Liputan6.com.
Kerap Dikasih Makan
Lama berada di sungai itu membuat warga dan sang buaya memiliki hubungan yang spesial. Bagaimana pun, warga tetap merasa kasihan dengan si buaya. Tak ayal, setiap buaya muncul ke permukaan, warga sering kali memberikannya makan. Diketahui, warga kerap kali memberikan seekor ayam untuk dimakan oleh si buaya. "Dia (buaya berkalung ban) sering diberi makan warga kalau muncul. Yang penting tidak diganggu, dia tidak agresif. Bahkan banyak orang mendekat kalau dia muncul," ucap pria paruh baya yang akrab dengan sapaan 'Daeng', dikutip dari Liputan6.com.Menurut warga yang tinggal di dekat Sungai Palu, perilaku buaya yang terlilit ban bekas ini tidak begitu agresif. Bahkan, di sekitar pemukimannya belum pernah ada kasus serangan buaya. Baik ke warga maupun hewan ternak yang kerap digembala di padang rumput tepi sungai.
Terjerat Ban Hampir 3 Tahun
Dengan adanya sayembara yang diumumkan pada 28 Januari 2002, lalu, masyarakat sekitar berharap ada yang bisa mengakhiri penderitaan si buaya. Bagaimana tidak, selama lebih dari 3 tahun ban bekas itu terlilit di buaya yang diperkirakan berusia 9 tahun ini."Mudah-mudahan segera bisa diselamatkan, karena makin lama ukuran badannya semakin besar dan makin mencekik lehernya," harapan Daeng.
Tak Dapat Respons Masyarakat, Sayembara Ditutup
Melansir dari Antara, Senin (3/2), sayembara yang dikeluarkan oleh BKSDA ini tidak mendapat respons serius dari masyarakat. Terbukti hingga Minggu (2/2), satu pihak pun belum ada yang menyatakan siap terjun langsung menolong si buaya.
Antara
Melihat hal tersebut, BKSDA Sulawesi Tengah berencana akan menutup sayembara yang dibentuknya."Ia sayembaranya kita tutup," ungkap Kepala BKSDA Sulteng, Hasmuni Hasmar, dikutip dari Antara, Senin (3/2).
KEMENLHK Bentuk Tim Khusus
Belum menyerah, BKSDA Sulawesi Tengah lantas memikirkan cara lain untuk menyelamatkan buaya itu dari lilitan bam bekas. Pihaknya diketahui telah berkonsultasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Tidak hanya itu, BKSDA juga berkonsultasi dengan Direktur Jenderal Konservasi Keanekaragaman Hayati. Setelah berkonsultasi, akhirnya mereka menyiapkan tim khusus beserta peralatan untuk menolong si buaya."Saya sudah berkonsultasi dengan Pak Direktur. Pokoknya BKSDA tidak akan menyerah. Tim yang dibentuk peralatan telah disiapkan," ungkapnya menambahkan, dikutip dari Antara.
Tim Penyelamat Akan Tiba
Melansir dari Antara, tim penyelamat yang dikerahkan oleh Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati rencananya tiba pada Selasa (4/2) di Kota Palu."Hari Senin koordinasinya, hari Selasa tim dari Jakarta akan turun," ungkap Hasmuni. (mdk/tan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Buaya itu mencoba untuk menerkam petugas yang mencoba menangkapnya.
Baca SelengkapnyaTiga buaya ukuran besar yang sempat berkeliaran di sawah warga berhasil ditangkap.
Baca SelengkapnyaBelum diketahui berapa total buaya kabur, namun dipastikan sudah ada 3 ekor yang berhasil ditangkap
Baca SelengkapnyaBaru buaya titipan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang berukuran 3 sampai 5 meter setelah lepas dari penangkaran ditangkap.
Baca SelengkapnyaSebelumnya lima ekor di antaranya sempat kabur karena tembok penangkaran yang jebol.
Baca SelengkapnyaSaat ini, buaya tersebut telah diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Baca SelengkapnyaSeekor buaya sepanjang 3,5 meter berhasil ditangkap warga di Mandailing Natal pada Sabtu (23/9).
Baca SelengkapnyaSetelah 5 bulan dirawat dalam kolam krangkeng besi buaya tersebut kemudian dikhawatirkan lepas.
Baca SelengkapnyaPenemuan tiga buaya dari dalam jalan rusak tersebut membuat panik warga.
Baca SelengkapnyaProses evakuasi buaya berukuran cukup besar ini menghebohkan warga sekitar.
Baca SelengkapnyaBeberapa jam kemudian, mayat korban ditemukan tak jauh dari TKP.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, buaya ini dipelihara oleh sosok pencinta satwa.
Baca Selengkapnya