Ini Alasan Mengapa Butuh Waktu Lama untuk Menemukan Vaksin Corona
Merdeka.com - Dilansir dari Johns Hopkins, kasus virus corona kini telah menyentuh angka hingga hampir 2 juta orang di seluruh dunia. Hal ini lantas membuat publik kian menanti-nanti vaksin guna menghentikan infeksi hingga kematian yang diakibatkan oleh corona covid-19.
Telah diketahui sebelumnya bahwa untuk memperoleh vaksin virus corona ini tidak membutuhkan waktu yang singkat.
Simak beberapa alasan mengapa butuh waktu lama untuk menemukan vaksin virus corona berikut ini:
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan virus muncul? Virus-virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga mematikan.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
Dua Jenis
2020 Merdeka.com/ cdc
Dilansir dari Liputan6, pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif memaparkan bahwa virus terdapat dua jenis,yakni RNA (ribonucleic acid) dan DNA (deoxyribonucleic acid).
Sementara itu, corona covid-19 ini merupakan jenis virus yang tergolong RNA. Virus berjenis RNA memiliki satu rantai sehingga cenderung lebih mudah dan cepat untuk berubah, bermutasi, dan berkembang.
Maka dari itu, pembuatan vaksin akan lebih sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama lantaran virus corona yang mampu bermutasi dengan cepat dibanding virus yang berjenis DNA dengan dua rantai.
Kolaborasi Aktor
2012 Merdeka.com/Shutterstock/emin kuliyev
Virus berjenis RNA pada pada dasarnya berasal dari hewan yang kemudian dapat menular dan bermutasi ke manusia.
Lain halnya dengan virus berjenis DNA yang berasal dari manusia memiliki kecepatan mutasi yang relative stabil sehingga lebih mudah dan cepat untuk menemukan vaksinnya.
Oleh karena itu, untuk menemukan vaksin jelas membutuhkan kolaborasi dari berbagai sektor dan pihak terkait. Hal ini guna mempercepat realisasi penelitian serta penemuan vaksin.
Kolaborasi antar pihak yang terkait ini tentu akan mempengaruhi intensitas dan kualitas dari penelitian yang akan dilakukan guna memperoleh vaksin virus corona.
Maka dari itu semakin cepat dan baik kolaborasi dari berbagai pihak, maka akan semakin cepat pula penelitian dan penemuan vaksin dimulai.
Dilansir dari Healthline, para ahli menuturkan bahwasanya secara teknis, penemuan virus corona covid-19 ini dapat dilakukan namun vaksin mungkin saja belum dapat ditemukan dalam waktu yang tepat untuk mengatasinya di seluruh dunia.
Namun, seluruh ahli dan peneliti sedang bekerja keras untuk berusaha menemukan karakteristik virus secara detail hingga penemuan vaksinnya.
Konsekuensi
Shutterstock/Jens Goepfert
Inovio Pharmaceuticals Inc. dan Moderna Inc.menuturkan bahwa percobaan vaksin pertama akan dilakukan pada beberapa binatang dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.
Di sisi lain, University of Queensland, Australia berencana akan mengujicoba vaksin pada manusia dalam waktu 16 minggu.
Pengembangan vaksin dilakukan dengan teknologi melalui pengamatan RNA dan DNA yang spesifik dan mirip dengan virus corona.
Metode ini menggunakan protein yang melekat pada tubuh virus untuk diberikan tindakan. Metode ini diklaim tidak dapat menyebabkan gangguan karena protein hanyalah bagian kecil dari tubuh virus.
Pengembangan vaksin dengan metode yang lain tentu juga akan membutuhkan sampel virus corona yang sesungguhnya.
Dengan konsekuensi risiko penularan pada peneliti dan para ahli yang bekerja, maka penemuan vaksin ini membutuhkan komitmen yang kuat dari berbagai pihak.
Sebab, healthline menuturkan bahwa hingga kini karakteristik dan cara penularan virus corona masih diteliti.
Berbeda dengan SARS
2015 Merdeka.com/ health.howstuffworks.com
Selama wabah virus SARS yang terjadi pada tahun 2002 hingga 2003 silam, peneliti membutuhkan waktu hingga 20 bulan untuk menemukan vaksin yang siap untuk diujicobakan pada manusia.
Pengembangan vaksin juga dilakukan dengan tetap menekan laju penyebaran virus SARS melalui isolasi yang dilakukan pada orang yang terinfeksi. Identifikasi terhadap orang yang diduga terinfeksi juga dilakukan. Berbeda dengan SARS, cara penyebaran corona covid-19 dapat terjadi melalui banyak faktor. Beberapa di antaranya hingga kini masih belum diketahui secara pasti.
Penemuan Vaksin untuk Virus Serupa
Shutterstock.com/baitong333
Kendati belum ditemukan vaksin untuk virus corona yang memiliki karakteristik sedikit berbeda dengan SARS dan MERS, namun peneliti dan para ahli mengungkapkan perlunya pengembangan vaksin untuk virus serupa.
Sebab, penemuan vaksin untuk virus serupa membutuhkan waktu yang tidak singkat yakni hingga berpuluh-puluh tahun kemudian.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengamati gejala influenza di seluruh dunia. Meskipun berbeda dengan influenza biasa, namun pengembangan vaksin bagi virus serupa dapat dilakukan.
Hal ini diklaim sebagai tindakan pencegahan apabila terjadi wabah di seluruh dunia dengan gejala serupa influenza di masa depan. (mdk/mta)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaMerdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaSepanjang 2023, Etana berhasil kembangkan produk bioteknologi dan vaksin.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca SelengkapnyaPengumuman penerima penghargaan Nobel adalah salah satu yang dinantikan setiap tahun.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca Selengkapnya