Ketahui Perbedaan Signifikan Gejala yang Timbul Akibat Varian Omicron dengan Delta
Merdeka.com - Virus corona penyebab Covid-19 masih terus bermutasi dan menghasilkan varian atau jenis baru. Yang terbaru dan tengah ramai menjadi perhatian adalah virus corona varian Omricon.
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Reisa Broto Asmoro mengingatkan, masyarakat harus tetap waspada dan menerapkan disiplin protokol kesehatan meski kasus infeksi Omricon belum banyak ditemukan di Indonesia.
Keberadaan varian Omicron telah membuat banyak negara khawatir akan potensi kenaikan angka kasus baru Covid-19. Dokter penemu varian Omricon Coetzee mengatakan, gejala yang ditimbulkan akibat varian omricon ini cenderung sangat ringan.
-
Bagaimana cara virus Corona varian Omicron bermutasi? Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kenapa virus punya bentuk berbeda? Bentuk dan komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA atau DNA saja.
-
Bentuk virus apa saja? Bentuk virus berbeda-beda ada yang bulat, batang polihidris, dan seperti huruf T.
-
Virus itu apa? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Bagaimana virus bereproduksi? Biasanya, virus menggunakan inangnya untuk bereproduksi dengan cara menginfeksi sel-sel inang dan mengambil alih proses reproduksi sel untuk menghasilkan salinan virus.
-
Apa saja bentuk virus? Struktur dan bentuk virus bervariasi, tergantung pada jenis asam nukleat, jumlah dan susunan protein selubung, serta adanya atau tidaknya selubung membran.
Hal tersebut tentu jauh berbeda dengan varian Delta yang sebelumnya juga sempat membuat khawatir. Lalu, apa perbedaan signifikan dari varian Omricon dan Delta? Simak ulasan selengkapnya:
Varian Omricon dan Varian Delta
Varian virus Covid-19 dengan nama kode B.1.1.529 itu pertama kali ditemukan di Afrika Selatan oleh dokter bernama Angelique Coetzee. Varian tersebut dilaporkan ke WHO pada 24 November 2021 lalu.
Coetzee mengungkapkan, bahwa sejumlah pasien Covid-19 yang terinfeksi varian Omicron hanya menunjukkan gejala ringan. Setidaknya, itu yang ditemukan pada pasien di Afrika Selatan, wilayah pertama kali ditemukannya Omicron.
Disebutkan bahwa gejala-gejala yang dialami para pasien varian Omicron itu dikatakan bisa pulih hanya dalam waktu satu hingga dua hari. Bahkan, gejalanya dikatakan jauh lebih ringan dari infeksi varian lainnya.
Hal itu tentu berbeda dengan varian Delta yang sebelumnya juga sempat dikhawatirkan. Varian Delta atau B.1.617.2 disebabkan oleh virus corona yang telah bermutasi. Munculnya varian virus corona baru ini pertama kali dilaporkan di India pada Desember 2020. Varian ini telah ditemukan di lebih dari 74 negara, termasuk Indonesia.
Tak seperti gejala yang ditimbulkan orang saat terinfeksi varian Delta yakni anosmia atau kehilangan indra penciuman dan perasa, orang yang terinfeksi varian Omicron justru disebut masih bisa mencium bau dan merasa.
Dokter penemu varian Omricon juga mengatakan, bahwa dalam beberapa kasus orang yang terinfeksi varian Omicron bahkan tak mengalami penurunan kadar oksigen.
Gejala Varian Omricon
Sebuah laporan terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyampaikan, tiga gejala umum varian Omicron pada pasien di sana.
Dalam laporan tersebut mencantumkan beberapa penemuan gejala yang dialami penderita Covid-19 varian omricon. Hidung tersumbat dan kelelahan menjadi dua gejala paling umum lainnya selain batuk.
Beberapa orang meski dalam jumlah sedikit juga mengalami gejala seperti sesak, diare, dan kehilangan indera penciuman.
Sampai saat ini, belum ada bukti bahwa varian Omicron kebal terhadap perlindungan vaksin. Tetapi, para ilmuwan telah menyuarakan keprihatinan atas mutasi berat varian tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa formulasi ulang vaksin mungkin diperlukan.
Untuk mencegahnya, masyarakat diimbau untuk terus disiplin menerapkan protokol kesehatan dan mengurangi mobilitas menjelang libur nataru demi mencegah munculnya klaster baru Covid-19. (mdk/khu)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaWHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaKemenkes meminta pelayanan kesehatan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca Selengkapnya