Kisah Jenderal Polri Tak Mempan Disuap: Lebih Baik Hidup Melarat Ketimbang Korupsi
Merdeka.com - Kisah seorang jenderal di tubuh Polri patut diteladani. Sosok itu bernama Jenderal Hoegeng Imam Santoso. Dia merupakan pemimpin yang melegenda berkat kejujuran, ketegasan dan keberaniannya.
Menjadi Kapolri memang tidak mudah. Berjibaku dengan rentetan masalah besar di Tanah Air, seakan menjadi manusia setengah dewa supaya bisa memimpin korps baju cokelat. Belum lagi tantangan dalam menegakkan hukum, melawan orang-orang dengan bekingan petinggi.
Simak kisah inspiratif Jenderal Polri yang tak mempan disuap, hingga rela hidup melarat ketimbang korupsi.
-
Bagaimana karier Jenderal Polri? Tak hanya itu saja, rekam jejak karier Carlo selama menjabat sebagai anggota Polri juga bukan kaleng-kaleng. Ia beberapa kali turut serta berhasil memecahkan kasus.
-
Kenapa anggota Polri ini mendapatkan penghargaan? 'Sebagai penghargaan kepada anggota Polri yang berjasa besar dengan keberanian, kebijaksanaan, dan ketabahan luar biasa melampaui panggilan kewajiban yang disumbangkan untuk kemajuan dan pengembangan kepolisian, atau tidak pernah cacat selama bertugas di kepolisian,'
-
Siapa yang beri apresiasi ke Polri? Mahasiswa Apresiasi Polri atas hasil survei Litbang Kompas baru-baru ini. Dalam survei tersebut Polri menempati urutan teratas setelah TNI sebagai lembaga yang memiliki citra terbaik. 'Kami dari DPP PMPI sangat mengapresiasi hasil rilis dari survei dari rilis Litbang Kompas terkait dengan citra positif lembaga negara,' ujar Ketua Umum Persatuan Mahasiswa Pencinta Tanah Air Indonesia (PMPI) Khusniyati, Sabtu (22/6).
-
Apa predikat yang diterima Polri? Mahasiswa Beri Apresiasi Polri Berpredikat Lembaga Bercitra Baik Versi Litbang Kompas Hal ini tak lepas dari kerja keras Polri di bawah komando Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Mahasiswa Apresiasi Polri atas hasil survei Litbang Kompas baru-baru ini. Dalam survei tersebut Polri menempati urutan teratas setelah TNI sebagai lembaga yang memiliki citra terbaik.
-
Siapa yang mendapat penghargaan dari Jenderal Polisi? Penghargaan tersebut diberikan kepada Prada Triwandi Werfan Sentana Nababan.
-
Siapa yang memuji keputusan Polri? Keputusan tersebut mendapat apresiasi dari Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni.
Tak Mempan Disuap
Sebelum mengemban tugas menjadi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5, Jenderal Hoegeng memang terkenal akan kejujurannya. Saat masih berpangkat Kompol, Hoegeng mengobrak-abrik bandar judi di Medan. Hingga ia menelusuri dan berani membongkar suap menyuap pada para polisi, hingga jaksa di Medan yang terlibat antek bandar judi.
Kompol Hoegeng tak mempan disuap. Sampai ia pernah melempar keluar jendela, barang-barang mewah pemberian bandar judi. Hoegeng mengaku lebih baik hidup melarat daripada menerima suap atau korupsi.
Prinsip mengagumkan yang ia pegang teguh, seperti yang ditirunya dari Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Karir Hoegeng kian menanjak. Pada 15 Mei 1968, Presiden Soeharto melantiknya sebagai Kapolri. Hoegeng tetap tak mau menerima suap satu sen pun. Hingga sang istri, Meriyati Roeslani disuruh berhenti bekerja. Ia takut istrinya tersebut, dijadikan celah bagi orang yang ingin menyuapnya.
Hidup Sederhana
Bahkan, Hoegeng pun tak memiliki mobil pribadi meski telah menjabat Kapolri. Selama itu ia mengandalkan mobil dinas untuk memantau kondisi Jakarta. Bila sedang macet, sang Jenderal tak segan turun dari mobil dan ikut membantu mengatur lalu lintas bersama sang ajudan.
Suatu ketika Hoegeng pernah dikejutkan, mendengar seorang perwira polisi bisa membeli rumah mewah di Kemang. Serta perwira lain dengan mobil mewah dan bergaya perlente ala pengusaha.
"Memang berapa gaji polisi? Itu dapat dari mana?," ujar Hoegeng sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ia juga tak kenal kompromi dalam mengusut kasus kejahatan. Hoegeng pun tak peduli siapa beking orang itu. Berbagai masalah, harus ditindak secara adil.
Kebal Rayuan Wanita Cantik
©2013 Merdeka.com
Kapolri Jenderal Hoegeng juga sempat dirayu seorang pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa. Wanita yang terlibat kasus penyelundupan itu, meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak digiring ke pengadilan.
Hoegeng memang sangat gencar memerangi penyelundupan. Ia tak peduli siapa yang terlibat, semua pasti disikatnya.
Wanita ini terus saja mencari jalan damai. Hingga mengirim berbagai hadiah mewah ke alamat Hoegeng. Tentu saja hal itu ditolak mentah-mentah dan dikembalikan lagi. Tapi wanita ini tak putus asa dan terus mendekati Hoegeng.
Keheranan Hoegeng muncul, tatkala para koleganya di kepolisian dan kejaksaan memintanya untuk melepaskan wanita tersebut. Ia bingung kenapa begitu banyak pejabat yang mau menolong.
Belakangan Hoegeng mendapat kabar, wanita itu tak segan-segan tidur dengan pejabat. Demi memuluskan aksi penyelundupannya. Hoegeng pun hanya bisa mengelus dada prihatin, melihat tingkah koleganya yang terbuai uang dan rayuan wanita.
Tangani Kasus Tak Pandang Bulu
Kapolri Jenderal Hoegeng berusaha membela siapa pun dari kaum mana pun. Termasuk saat ia tak gentar untuk menegakkan kebenaran, mengenai kasus pemerkosaan seorang penjual telur bernama Sumarijem di Yogyakarta.
Meski dalam kasus itu, dikabarkan bahwa anak seorang pejabat dan seorang anak pahlawan revolusi terduga ikut menjadi pelakunya. Hoegeng menyadari, jalannya pengadilan dipenuhi rekayasa.
Sumarijem yang seharusnya menjadi korban, malah beralih jadi tersangka. Hoegeng bertekad mengusut tuntas kasus tersebut dan menindak tegas para pelaku, walau dibekingi pejabat.
"Perlu diketahui bahwa kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak," tegas Hoegeng, seperti dikutip dari buku 'Hoegeng-Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa-' terbitan Bentang.
Tak segan-segan, ia sampai membentuk tim khusus untuk menangani. Diberinya nama 'Tim Pemeriksa Sum Kuning', Januari 1971. Kasusnya kian membesar bak bola salju menggelinding. Sejumlah pejabat dan polisi Yogyakarta yang anaknya disebut terlibat, membantah lewat media massa.
Belakangan Presiden Soeharto akhirnya turun tangan menghentikan kasus Sum Kuning. Pertemuan di Istana, Soeharto memerintahkan kasus itu tak lagi ditangani Hoegeng. Melainkan oleh Tim pemeriksa Pusat Kopkamtib. Hoegeng sadar, ada kekuatan besar untuk membuat kasus menjadi bias.
Usai 3 tahun menjabat, tanggal 2 Oktober 1971 Hoegeng dipensiunkan dari Kapolri. Beberapa pihak menilai ia sengaja dipensiunkan guna menutup kasus ini.
Berani Bongkar Korupsi di Polri
Walau sudah tidak menjabat sebagai Kapolri, Jenderal Hoegeng masih memberi perhatian khusus kepada kepolisian. Tahun 1977, Hoegeng menerima kabar, bahwa seorang perwira menengah polisi berdinas sebagai provos. Terlibat dugaan tindakan korupsi sejumlah perwira tinggi polisi di bagian jawatan keuangan.
buku hoegeng/sinar harapan
Hoegeng lantas menulis memo pribadi kepada Kapolri kala itu, Jenderal Widodo Budidarmo. Isinya, Hoegeng mengkritik tegas perilaku polisi bergaya hidup mewah.
"Wid, sekarang ini kok polisi sudah kaya-kaya, sampai-sampai sudah ada yang punya rumah mewah di Kemang. Dari mana duitnya itu?," tanya Hoegeng kepada Widodo dalam memo seperti dikutip dalam buku 'Hoegeng, Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa,' Karya Aris Santoso bersama rekan. Terbitan PT Bentang Pustaka.
Lantaran tak menerima respon baik dari Kapolri, Hoegeng lantas membocorkan dugaan korupsi itu kepada beberapa media. Tak berselang lama, meledaklah kasus dugaan korupsi mencapai Rp6 miliar di surat kabar nasional.
Usai diusut, sejumlah petinggi polisi terlibat korupsi, termasuk Deputi Kapolri Letjen Polisi Siswadji, dan tiga perwira polisi lainnya. Mereka lantas divonis bersalah dan dipenjara.
"Sebagai mantan Kapolri, saya benar-benar prihatin dan malu mendengar adanya kasus manipulasi di Mabak itu," ujar Hoegeng. (mdk/kur)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diketahui, Hoegeng tidak memiliki rumah pribadi. Hanya ada rumah dinas di Jalan Muhammad Yamin, Jakarta. Bahkan, ia juga tak memiliki mobil pribadi.
Baca SelengkapnyaJenderal ini terkenal sebagai orang yang jujur dan bersih selama mengabdi di Kepolisian, kini namanya terus dikenang dan menjadi sosok teladan.
Baca SelengkapnyaIa pernah menolak perintah Presiden Soeharto dan menjelaskan kesalahan sang kepala negara memberi perintah tersebut
Baca SelengkapnyaHari Juang Polri yang jatuh pada 21 Agustus tidak bisa dilepaskan dari sosok M Jasin.
Baca SelengkapnyaIni kisah langka teladan kesederhanaan seorang jenderal. Anak buahnya jadi saksi selama menjabat, tak sekali pun dia menggunakan jabatannya untuk korupsi
Baca SelengkapnyaBrigadir Jenderal Eddie M Nalapraya Menolak Uang Suap Ratusan Juta Rupiah.
Baca SelengkapnyaKomjen Pol (Purn.) Susno Duadji baru saja menerima penghargaan Satya Lencana Karya Satya dari PP Polri.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok eks bintara Polwan yang bukan lulusan Akpol namun berhasil pegang komando jadi Kapolres.
Baca SelengkapnyaPolisi ini pernah memiliki senior yang mendoakannya tak jadi Kapolsek Lubuk Batu Jaya saat masih sama-sama Bintara. Namun kini yang terjadi justru sebaliknya.
Baca SelengkapnyaKapolri mengungkapkan sosok Kombes yang berhasil membuatnya kagum di acara Hoegeng Awards 2023.
Baca SelengkapnyaListyo juga sempat berdialog melalui virtual dengan Meriyati Roeslani atau Meri Hoegeng, istri mantan Kapolri Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso.
Baca SelengkapnyaKisah pensiunan Polri yang mendapat hinaan karena ibunya hanya seorang tukang pijit. Kini ia berhasil menjadi anggota DPRD terpilih kabupaten Lebak.
Baca Selengkapnya