Kisah Pilu Aremania Takut Pulang 12 Hari Tidur di Kanjuruhan, Kini Dibawa ke Ponpes
Merdeka.com - Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur begitu banyak menyimpan cerita kesedihan. Kepiluan kembali dirasakan oleh salah seorang Aremania yang takut pulang hingga tidur selama 12 hari di Kanjuruhan.
Bukan tanpa alasan, ada trauma sendiri yang dirasakan oleh pria asal Probolinggo, Jawa Timur itu. Usai tak pulang dan tidur belasan hari di Kanjuruhan, kini pria itu telah dibawa ke Pondok Pesantren (Ponpes).
Berikut ulasan selengkapnya, Jumat (14/10).
-
Kenapa suporter meninggal di Stadion Kanjuruhan? Banyaknya korban jiwa disebabkan penggunaan gas air mata oleh polisi dan diperparah pintu stadion terkunci sehingga terjadi penumpukan massa di satu lokasi.
-
Apa yang viral di Jawa Timur? Viral Momen Murid Pindah Sekolah Ditangisi Teman Sekelas, Kisah di Baliknya Bikin Haru
-
Mengapa Desa Bantarkuning viral? Pemandangan alam di sini sempat menjadi sorotan, karena memiliki keindahan pemandangan sawah dan deretan pegunungan yang menyejukkan mata.
-
Mengapa peristiwa Talangsari terjadi? Awal mula peristiwa Talangsari dipicu oleh semakin kuatnya doktrin pemerintahan Soeharto tentang asas tunggal Pancasila.
-
Apa yang terjadi di Pasuruan? Wakil Wali Kota Pasuruan, Adi Wibowo, mengucapkan belasungkawa kepada petugas keamanan TPS yang gugur saat Pemilu 2024.
-
Apa yang terjadi di Stadion Teladan Medan? Akibatnya, Stadion Teladan Medan ambruk di tengah kepadatan penonton. Petaka ini mengakibatkan 9 anak tewas karena terinjak-injak massa, sementara puluhan orang lainnya mengalami luka-luka dan ratusan orang jatuh pingsan.
Memilih Tidur Di Stadion Kanjuruhan karena Takut Pulang
Muhamad Rusdi (17) adalah salah satu Aremania yang mengalami trauma tersendiri akibat adanya tragedi kericuhan Kanjuruhan. Akibat peristiwa itu, ternyata ia merasa sangat terpukul, bagaimana tidak, Rusdi menyebutkan jika awalnya dia datang bersama dengan tiga kawannya.
Namun tiga temannya meninggal dunia lantaran terlibat dalam ricuhnya stadion kanjuruhan. Adanya kejadian tersebut membuatnya tak berani pulang, pria asal Probolinggo ini kemudian lebih memilih untuk tidur di stadion kanjuruhan.
Istimewa ©2022 Merdeka.com
Rusdi tidur di sekitar stadion selama 12 hari lamanya. Rusdi terkadang tidur di depan pintu utama atau di sekitar patung kepala singa tegar.
"Tidur di dalam, di bawah patung," ungkap Rusdi kepada Merdeka.com.
Ditemui oleh Kapten Arema FC
"Ceritanya aku berangkat bareng-bareng sama teman. Tapi teman aku sekarang sudah enggak ada semua (meninggal)," kata Rusdi ketika diwawancarai oleh Merdeka.com.
Identitas dari Rusdi ini diketahui saat pengelola stadion memeriksa tasnya. Diketahui Rusdi tak mau pulang ke kampung halamannya yang berada di Desa Kertosuko, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo yang kemudian kabar tersebut menyita perhatian asisten pelatih Arema, Kuncoro dan sang kapten Johan Ahmat Farizi atau Alfarizi menemuinya di sebuah warung kopi dekat stadion.
Istimewa ©2022 Merdeka.com
"Ya seneng (bertemu dan ngobrol langsung dengan kapten Arema Alfarizi)," ungkap Rusdi sembari tersenyum lebar.
Diberi Sepatu, Sandal dan Lain-lain
Rusdi mengaku bahwa dirinya bukan hanya sekedar ditemui dan ngobrol secara langsung dengan Kapten Arema Alfarizi. Ia juga diberi sandal, sepatu dan lain-lain.
"Dikasih sepatu, baju, celana, sandal," lanjut Rusdi menceritakan pertemuannya bersama Alfarizi.
Istimewa ©2022 Merdeka.com
"Ya seneng banget gitu saya," timpal dia.
Kini Dibawa ke Ponpes
Saat ini Rusdi sudah tidak tidur di kawasan stadion kanjuruhan lagi. Usai tidur dan tak mau pulang ke kampung halamannya di Probolinggo, Rusdi kini dibawa ke Pondok Pesantren.
Ia mengaku juga lebih memilih pulang ke Ponpes karena di sana ia bisa bertemu dengan teman-teman barunya.
Istimewa ©2022 Merdeka.com
"Ya saya mau ke Pondok ae. Iyo. Iya (lebih suka di pondok), iya (soalnya banyak teman-teman," kata Rusdi mengaku.
Kuncoro mengatakan, jika manajemen Arema membawa Rusdi ke salah satu pesantren di Malang. Rusdi pun juga mengatakan dirinya sudah yatim piatu. (mdk/bil)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sabtu 1 Oktober 2022 lalu menjadi hari paling kelam dalam sejarah dunia sepak bola Indonesia di Stadion Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaPutu Kholis menegaskan keberpihakannya kepada keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaStadion sepak bola Jakarta International Stadium (JIS) kembali menjadi sorotan publik karena ternyata tidak memenuhi standar FIFA .
Baca SelengkapnyaRevitalisasi Stadion Kanjuruhan yang masif ini akan membuat wajah stadion ini menjadi lebih nyaman.
Baca SelengkapnyaKekerasan dalam sepak bola masih jadi PR berat bagi Indonesia. Sejak tahun 1994 hingga 1 Oktober 2022, sebanyak 230 nyawa melayang karena sepak bola.
Baca SelengkapnyaPak Midun menangis setibanya di sana dan melakukan sujud syukur di samping sepedanya.
Baca SelengkapnyaSetahun lalu, 1 Oktober 2022 peristiwa berdarah yang menewaskan ratusan orang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang. Hingga kini, korban belum dapat keadilan.
Baca SelengkapnyaKronologi lengkap kericuhan antarsuporter Persik vs Arema FC.
Baca SelengkapnyaErick Thohir menegaskan sepak bola Indonesia dalam pantauan FIFA
Baca SelengkapnyaBersepeda dari Malang ke Jakarta, Midun yang merupakan ASN Pemkot Malang tuntut keadilan untuk para korban tragedi kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaSeniman asal Palu lakukan aksi teatrikal sebagai bentuk empati terhadap para korban tragedi Kanjuruhan. Potretnya curi perhatian
Baca SelengkapnyaBentrokan antara suporter dan aparat keamanan terjadi, memaksa polisi untuk menggunakan gas air mata guna menghindari eskalasi lebih lanjut.
Baca Selengkapnya