Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Palagan Terakhir Kakek Calon Wawali Tangsel Rahayu Saraswati di Tanah Lengkong

Palagan Terakhir Kakek Calon Wawali Tangsel Rahayu Saraswati di Tanah Lengkong Ilustrasi perang Lengkong di Bandung. ©2013 Merdeka.com/www.crawler.dipity.com

Merdeka.com - Calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan nomor urut 02, Rahayu Saraswati telah mengikhlaskan kekalahan suara versi hitung cepat. Dia menitipkan pesan meminta, jalan atas nama eyangnya tetap dipertahankan.

"Kalau bisa nama jalan eyang saya yang telah ikut gugur dalam peristiwa Lengkong, dapat tetap dipertahankan. Walaupun plangnya sudah kelihatan tua dan agak sedikit tidak terawat," kata Rahayu Saraswati di posko kemenangan, Jalan Raya Buaran, Serpong, Kamis (10/12).

Kakek dari Rahayu ialah Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo. Menilik ke belakang, namanya tercatat sebagai pahlawan nasional yang gugur dalam Pertempuran Lengkong di Serpong, Tangerang Selatan.

Soebianto gugur saat melawan Belanda bersama 48 orang lain, di bawah pimpinan Mayor Daan Mogot. Jenazah sang pahlawan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna, Tangerang Selatan.

Simak informasinya berikut ini.

Sosok Soebianto Djojohadikoesoemo

Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo merupakan perwira Tentara Republik Indonesia (TRI). Pertempuran Lengkong tercatat dalam sejarah, sebagai tragedi besar melawan penjajah terhebat di tahun 1946.

Peristiwa itu dituangkan dalam buku berjudul, Akademi Militer Tangerang dan Peristiwa Lengkong (1995). Soebianto merupakan paman mantan Pangkostrad Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto.

Sajak Peninggalan Sang Kakek

Menariknya lagi, saat jenazah para pahlawan Pertempuran Lengkong dipindahkan ke TMP Taruna. Ditemukan sebuah sajak berbahasa Belanda, karya Henriette Roland Holst ((1869-1952). Di saku milik Lettu Soebianto Djojohadikoesoemo.

Sajak yang kemudian digubah ke dalam Bahasa Indonesia, bunyinya demikian:

Kami bukan pembina candi,Kami hanya pengangkut batu,Kamilah angkatan yang mesti musnah,Agar menjelma angkatan baru,Di atas kuburan kami telah sempurna.

Sajak tersebut kini terukir rapi di monumen TMP Taruna. Serta tersemat kisah Pertempuran Lengkong di sana, sebagai mengenang jasa para pahlawan.

Sejarah Pergerakan Indonesia

Tragedi Lengkong menjadi salah satu bukti sejarah gerakan pasukan Indonesia, dalam merebut kemerdekaan sepenuhnya dari tangan Belanda. Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda tidak serta-merta mengakui begitu saja.

Tepat 24 Januari 1946, Mayor Daan Jahja selaku Kepala Staf Resimen menerima informasi jika pasukan NICA telah menduduki Parung. Mereka hendak mengambil alih markas senjata Jepang di Lengkong.

Agresi militer yang provokatif tersebut dikhwatirkan akan membahayakan kedudukan Resimen IV di Tangerang.

Berdialog dengan Pasukan Jepang

Mayor Daan Jahja tak mau senjata tentara Jepang jatuh ke tangan NICA-Belanda. Demi melakukan pengamanan, ia memanggil Mayor Daan Mogot dan Mayor Wibowo, perwira penghubung yang diperbantukan kepada Resimen IV Tangerang.

Setelah melapor kepada komandan Resimen IV Tangerang, Letkol Singgih keesokan harinya. Berangkatlah Mayor Daan Mogot dengan kekuatan 70 taruna dan delapan tentara Gurkha.Selain taruna, dalam pasukan itu terdapat juga beberapa perwira yakni Mayor Wibowo, Lettu Soebianto Djojohadikoesoemo dan Lettu Soetopo.

"Mereka disuruh ke Lengkong untuk mengambil senjata dari tentara Jepang. Begitu yang saya dengar ceritanya," tutur Jari 52 tahun, juru makam di TMP Taruna ketika berbincang dengan merdeka.com, Sabtu (4/6/2016).

Awalnya pertemuan dengan pasukan Jepang di bawah pimpinan Mayor Abe berjalan mulus. Bahkan tentara Jepang ini terkesan, dengan cara Daan Mogot bersama kawan-kawannya.

Mayor Abe ditemui oleh Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo dan Alex Sajoeti, seorang taruna yang fasih bahasa Jepang kala itu. Mayor Abe ternyata keberatan untuk memberikan senjata begitu saja. Karena belum mendengar perintah dari atasan untuk pelucutan senjata, Abe meminta waktu tanpa menghentikan perundingan.

Tak Menyangka Harus Melawan Pasukan Jepang

Sementara perundingan berjalan, Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo ternyata sudah mulai mendekat. Para taruna memasuki barak senjata Jepang. Tiba-tiba terdengar bunyi tembakan yang tidak diketahui sumbernya. Letusan senjata disusul dengan rentetan senapan mesin pasukan Jepang, bagaikan hujan.

Dalam waktu singkat, perang tak seimbang harus terjadi. Sebagian tentara Jepang yang sudah menyerahkan senjatanya, kembali merebut senjata dari para taruna.

Melihat kejadian yang tak pernah terbayangkan itu, Mayor Daan Mogot keluar dari meja perundingan. Ia berusaha menghentikan pertempuran, namun gagal.

Tak lama kemudian mereka mengundurkan diri ke hutan karet yang disebut hutan Lengkong. Selain itu, faktor senjata jadi salah satu kendala yang sangat berat.

Para taruna muda belum terbiasa menggunakan senapan jenis caraben Terni. Ditambah lagi, kerap kali peluru yang dimasukkan tidak sesuai dengan spesifikasi senjata. Sehingga menyebabkan macet saat dipakai.

Disandera Jepang

Sebanyak 33 taruna dan 3 perwira, yakni Mayor Daan Mogot, Lettu Soebianto Djojohadikusumo, dan Lettu Soetopo meninggal dalam pertempuran Lengkong. Mirisnya, para taruna yang masih hidup disandera Jepang. Mereka disuruh menggali kubur untuk teman-temannya yang meninggal.

pahlawan taruna tangerang

©2016 Merdeka.com

Mendengar kabar tersebut, Pimpinan Resimen Tangerang meminta izin pada Jepang untuk mengambil jenazah para pejuang. Setelah diizinkan, seluruh jenazah dikebumikan di dekat penjara anak-anak Tangerang.

Empat hari usai Tragedi Lengkong, tepatnya pada 29 Januari 1946. Dilakukan pemakaman kembali bagi 36 jenazah yang gugur. Seorang taruna bernama Soekardi, mengalami luka berat dan menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Tangerang.

Pemakaman Ulang

pahlawan taruna tangerang

©2016 Merdeka.com

Sebagai bentuk menghargai para pahlawan, serta dikenal oleh para generasi berikutnya. TMP Taruna menjadi lokasi pemakaman ulang. Melalui Keppres RI No. 28/BTK/Tahun 1966 tentang Pemberian Tanda-Tanda Kehormatan.

Tepat pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 1966, Presiden Soekarno menetapkan penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Kelas III untuk Mayor Daan Mogot dan Letkol Ignatius Slamet Riyadi. Berkat jasa mereka terhadap negara. Khususnya Akademi Militer Tangerang.

Demi mengenang tragedi Pertempuran Lengkong, dibangun sebuah monumen yang terletak di Lengkong Wetan, Bumi Serpong Damai (BSD). Nampak bangunan rumah tua bercat hijau. 

Sementara itu di TMP Taruna, dibangun pula sebuah monumen senada. Tertulis peristiwa Lengkong disertai dengan nama ke-48 pahlawan. Sedihnya, dari ke-48 nama, tiga pahlawan di antaranya tidak diketahui identitasnya. Tertulis di atas batu nisannya, 'tak dikenal'. (mdk/kur)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat
Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat

Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah

Baca Selengkapnya
Mengingat Keberanian Prajurit Kopasgat AU Praka Sugeng Sendirian Adang Serangan KKB di Papua
Mengingat Keberanian Prajurit Kopasgat AU Praka Sugeng Sendirian Adang Serangan KKB di Papua

Praka Mohammad Sugeng adalah nama prajurit TNI yang gugur dalam pertempuran di Papua. Namanya dikenang untuk lapangan tembak di Bandung.

Baca Selengkapnya
Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir
Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir

Panglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.

Baca Selengkapnya
Kasau Abadikan Nama Praka Mohammad Sugeng, Prajurit Kopasgat Pemberani Gugur Baku Tembak di Papua
Kasau Abadikan Nama Praka Mohammad Sugeng, Prajurit Kopasgat Pemberani Gugur Baku Tembak di Papua

Berikut potret Lapangan Tembak TNI AU yang dinamai dengan nama prajurit Kopasgat yang gugur di Papua.

Baca Selengkapnya
Sosok Pemuda Terkeren dan Tampan dalam Sejarah Indonesia, Usia 16 Tahun Berpangkat Mayor TNI
Sosok Pemuda Terkeren dan Tampan dalam Sejarah Indonesia, Usia 16 Tahun Berpangkat Mayor TNI

Berikut sosok pemuda terkeren dan tampan dalam sejarah Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kisah Cinta Perwira TNI & Gadis Palang Merah Berujung Tragis
Kisah Cinta Perwira TNI & Gadis Palang Merah Berujung Tragis

Kisah cinta dua anak muda yang berjuang ini terhalang agresi militer Belanda I.

Baca Selengkapnya
Momen Ayah Irjen Krishna Murti Dimakamkan Secara Militer, Suara Sang Anak Jenderal TNI saat Bacakan Riwayat Hidup Penuh Haru
Momen Ayah Irjen Krishna Murti Dimakamkan Secara Militer, Suara Sang Anak Jenderal TNI saat Bacakan Riwayat Hidup Penuh Haru

Ayah Irjen Krishna Murti Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto dimakamkan secara militer.

Baca Selengkapnya
Kisah Hidup Mayor Jenderal Djatikusumo, KSAD Pertama Republik Indonesia
Kisah Hidup Mayor Jenderal Djatikusumo, KSAD Pertama Republik Indonesia

Merupakan seorang keturunan ningrat, ia rela ikut berjuang bersama rakyat demi kemerdekaan Indonesia

Baca Selengkapnya
Menyusuri Rumah Masa Kecil Pahlawan Bangsa di Kota Salatiga, Simpan Kisah yang Tak Banyak Diketahui
Menyusuri Rumah Masa Kecil Pahlawan Bangsa di Kota Salatiga, Simpan Kisah yang Tak Banyak Diketahui

Yos Soedarso menjalani kehidupan masa kecil di Salatiga. Sejak kecil ia telah menjadi sosok pemberani pelindung adik-adiknya.

Baca Selengkapnya
Kisah Hidup Anyakrawati, Raja Mataram yang Mendapat Gelar 'Panembahan Seda Ing Krapyak'
Kisah Hidup Anyakrawati, Raja Mataram yang Mendapat Gelar 'Panembahan Seda Ing Krapyak'

Pada masanya, Kerajaan Mataram Islam berhasil menumpas berbagai pemberontakan dan melakukan berbagai usaha penaklukkan

Baca Selengkapnya
Bukan Orang Sembarangan, Leluhur Kabupaten Bojonegoro Ini Ternyata Keturunan Kerajaan Majapahit dan Pajang
Bukan Orang Sembarangan, Leluhur Kabupaten Bojonegoro Ini Ternyata Keturunan Kerajaan Majapahit dan Pajang

Leluhur Kabupaten Bojonegoro merupakan keturunan Kerajaan Majapahit hingga Kerajaan Pajang.

Baca Selengkapnya
Berkarier Moncer, Para Jenderal TNI-Polri ini Ternyata Punya 'Darah Biru' Keturunan Raja & Panglima Perang
Berkarier Moncer, Para Jenderal TNI-Polri ini Ternyata Punya 'Darah Biru' Keturunan Raja & Panglima Perang

Berikut deretan Jenderal TNI-Polri berstatus keturunan bangsawan. Siapa saja sosoknya?

Baca Selengkapnya