Palagan Terakhir Kakek Calon Wawali Tangsel Rahayu Saraswati di Tanah Lengkong
Merdeka.com - Calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan nomor urut 02, Rahayu Saraswati telah mengikhlaskan kekalahan suara versi hitung cepat. Dia menitipkan pesan meminta, jalan atas nama eyangnya tetap dipertahankan.
"Kalau bisa nama jalan eyang saya yang telah ikut gugur dalam peristiwa Lengkong, dapat tetap dipertahankan. Walaupun plangnya sudah kelihatan tua dan agak sedikit tidak terawat," kata Rahayu Saraswati di posko kemenangan, Jalan Raya Buaran, Serpong, Kamis (10/12).
Kakek dari Rahayu ialah Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo. Menilik ke belakang, namanya tercatat sebagai pahlawan nasional yang gugur dalam Pertempuran Lengkong di Serpong, Tangerang Selatan.
-
Siapa pahlawan nasional dari Langkat? Amir Hamzah merupakan salah sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru.
-
Siapa pahlawan nasional yang berjuang di Masjid Tuo Ampang Gadang? Masjid ini sudah menjadi saksi bisu masuknya peradaban Islam di Sumatera Barat hingga perjuangan pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol.
-
Siapa yang gugur dalam pertempuran? Kabar pasti baru diterimanya dari Kapten Djajoesman, seorang anggota intel tentara di Jawa Timur yang merupakan sahabat baik Oetari. Menurut sang kapten, Soewanda memang telah gugur dalam suatu pertempuran seru yang terjadi di Klakah pada Juni 1949.
-
Bagaimana Raden Ario Soerjo meninggal? Lalu mereka disuruh turun kemudian dibawa ke hutan dan dihabisi nyawanya oleh PKI.
-
Siapa yang terbunuh dalam Pertempuran Surabaya? Kematian Jendral Mallaby membuat pasukan Inggris geram dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby yaitu Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945.
-
Siapa yang terlibat dalam pertempuran Palagan Ambarawa? Sejak itulah pecah pertempuran antara TKR dengan tentara Inggris.
Soebianto gugur saat melawan Belanda bersama 48 orang lain, di bawah pimpinan Mayor Daan Mogot. Jenazah sang pahlawan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna, Tangerang Selatan.
Simak informasinya berikut ini.
Sosok Soebianto Djojohadikoesoemo
Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo merupakan perwira Tentara Republik Indonesia (TRI). Pertempuran Lengkong tercatat dalam sejarah, sebagai tragedi besar melawan penjajah terhebat di tahun 1946.
Peristiwa itu dituangkan dalam buku berjudul, Akademi Militer Tangerang dan Peristiwa Lengkong (1995). Soebianto merupakan paman mantan Pangkostrad Letnan Jenderal (Purn) Prabowo Subianto.
Sajak Peninggalan Sang Kakek
Menariknya lagi, saat jenazah para pahlawan Pertempuran Lengkong dipindahkan ke TMP Taruna. Ditemukan sebuah sajak berbahasa Belanda, karya Henriette Roland Holst ((1869-1952). Di saku milik Lettu Soebianto Djojohadikoesoemo.
Sajak yang kemudian digubah ke dalam Bahasa Indonesia, bunyinya demikian:
Kami bukan pembina candi,Kami hanya pengangkut batu,Kamilah angkatan yang mesti musnah,Agar menjelma angkatan baru,Di atas kuburan kami telah sempurna.
Sajak tersebut kini terukir rapi di monumen TMP Taruna. Serta tersemat kisah Pertempuran Lengkong di sana, sebagai mengenang jasa para pahlawan.
Sejarah Pergerakan Indonesia
Tragedi Lengkong menjadi salah satu bukti sejarah gerakan pasukan Indonesia, dalam merebut kemerdekaan sepenuhnya dari tangan Belanda. Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda tidak serta-merta mengakui begitu saja.
Tepat 24 Januari 1946, Mayor Daan Jahja selaku Kepala Staf Resimen menerima informasi jika pasukan NICA telah menduduki Parung. Mereka hendak mengambil alih markas senjata Jepang di Lengkong.
Agresi militer yang provokatif tersebut dikhwatirkan akan membahayakan kedudukan Resimen IV di Tangerang.
Berdialog dengan Pasukan Jepang
Mayor Daan Jahja tak mau senjata tentara Jepang jatuh ke tangan NICA-Belanda. Demi melakukan pengamanan, ia memanggil Mayor Daan Mogot dan Mayor Wibowo, perwira penghubung yang diperbantukan kepada Resimen IV Tangerang.
Setelah melapor kepada komandan Resimen IV Tangerang, Letkol Singgih keesokan harinya. Berangkatlah Mayor Daan Mogot dengan kekuatan 70 taruna dan delapan tentara Gurkha.Selain taruna, dalam pasukan itu terdapat juga beberapa perwira yakni Mayor Wibowo, Lettu Soebianto Djojohadikoesoemo dan Lettu Soetopo.
"Mereka disuruh ke Lengkong untuk mengambil senjata dari tentara Jepang. Begitu yang saya dengar ceritanya," tutur Jari 52 tahun, juru makam di TMP Taruna ketika berbincang dengan merdeka.com, Sabtu (4/6/2016).
Awalnya pertemuan dengan pasukan Jepang di bawah pimpinan Mayor Abe berjalan mulus. Bahkan tentara Jepang ini terkesan, dengan cara Daan Mogot bersama kawan-kawannya.
Mayor Abe ditemui oleh Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo dan Alex Sajoeti, seorang taruna yang fasih bahasa Jepang kala itu. Mayor Abe ternyata keberatan untuk memberikan senjata begitu saja. Karena belum mendengar perintah dari atasan untuk pelucutan senjata, Abe meminta waktu tanpa menghentikan perundingan.
Tak Menyangka Harus Melawan Pasukan Jepang
Sementara perundingan berjalan, Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo ternyata sudah mulai mendekat. Para taruna memasuki barak senjata Jepang. Tiba-tiba terdengar bunyi tembakan yang tidak diketahui sumbernya. Letusan senjata disusul dengan rentetan senapan mesin pasukan Jepang, bagaikan hujan.
Dalam waktu singkat, perang tak seimbang harus terjadi. Sebagian tentara Jepang yang sudah menyerahkan senjatanya, kembali merebut senjata dari para taruna.
Melihat kejadian yang tak pernah terbayangkan itu, Mayor Daan Mogot keluar dari meja perundingan. Ia berusaha menghentikan pertempuran, namun gagal.
Tak lama kemudian mereka mengundurkan diri ke hutan karet yang disebut hutan Lengkong. Selain itu, faktor senjata jadi salah satu kendala yang sangat berat.
Para taruna muda belum terbiasa menggunakan senapan jenis caraben Terni. Ditambah lagi, kerap kali peluru yang dimasukkan tidak sesuai dengan spesifikasi senjata. Sehingga menyebabkan macet saat dipakai.
Disandera Jepang
Sebanyak 33 taruna dan 3 perwira, yakni Mayor Daan Mogot, Lettu Soebianto Djojohadikusumo, dan Lettu Soetopo meninggal dalam pertempuran Lengkong. Mirisnya, para taruna yang masih hidup disandera Jepang. Mereka disuruh menggali kubur untuk teman-temannya yang meninggal.
©2016 Merdeka.com
Mendengar kabar tersebut, Pimpinan Resimen Tangerang meminta izin pada Jepang untuk mengambil jenazah para pejuang. Setelah diizinkan, seluruh jenazah dikebumikan di dekat penjara anak-anak Tangerang.
Empat hari usai Tragedi Lengkong, tepatnya pada 29 Januari 1946. Dilakukan pemakaman kembali bagi 36 jenazah yang gugur. Seorang taruna bernama Soekardi, mengalami luka berat dan menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Tangerang.
Pemakaman Ulang
©2016 Merdeka.com
Sebagai bentuk menghargai para pahlawan, serta dikenal oleh para generasi berikutnya. TMP Taruna menjadi lokasi pemakaman ulang. Melalui Keppres RI No. 28/BTK/Tahun 1966 tentang Pemberian Tanda-Tanda Kehormatan.
Tepat pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 1966, Presiden Soekarno menetapkan penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Kelas III untuk Mayor Daan Mogot dan Letkol Ignatius Slamet Riyadi. Berkat jasa mereka terhadap negara. Khususnya Akademi Militer Tangerang.
Demi mengenang tragedi Pertempuran Lengkong, dibangun sebuah monumen yang terletak di Lengkong Wetan, Bumi Serpong Damai (BSD). Nampak bangunan rumah tua bercat hijau.
Sementara itu di TMP Taruna, dibangun pula sebuah monumen senada. Tertulis peristiwa Lengkong disertai dengan nama ke-48 pahlawan. Sedihnya, dari ke-48 nama, tiga pahlawan di antaranya tidak diketahui identitasnya. Tertulis di atas batu nisannya, 'tak dikenal'. (mdk/kur)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah
Baca SelengkapnyaPraka Mohammad Sugeng adalah nama prajurit TNI yang gugur dalam pertempuran di Papua. Namanya dikenang untuk lapangan tembak di Bandung.
Baca SelengkapnyaPanglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Baca SelengkapnyaBerikut potret Lapangan Tembak TNI AU yang dinamai dengan nama prajurit Kopasgat yang gugur di Papua.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok pemuda terkeren dan tampan dalam sejarah Indonesia.
Baca SelengkapnyaKisah cinta dua anak muda yang berjuang ini terhalang agresi militer Belanda I.
Baca SelengkapnyaAyah Irjen Krishna Murti Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto dimakamkan secara militer.
Baca SelengkapnyaMerupakan seorang keturunan ningrat, ia rela ikut berjuang bersama rakyat demi kemerdekaan Indonesia
Baca SelengkapnyaYos Soedarso menjalani kehidupan masa kecil di Salatiga. Sejak kecil ia telah menjadi sosok pemberani pelindung adik-adiknya.
Baca SelengkapnyaPada masanya, Kerajaan Mataram Islam berhasil menumpas berbagai pemberontakan dan melakukan berbagai usaha penaklukkan
Baca SelengkapnyaLeluhur Kabupaten Bojonegoro merupakan keturunan Kerajaan Majapahit hingga Kerajaan Pajang.
Baca SelengkapnyaBerikut deretan Jenderal TNI-Polri berstatus keturunan bangsawan. Siapa saja sosoknya?
Baca Selengkapnya