Peluru Ini Jadi Bukti Indonesia Pernah Perang dengan Malaysia, Ditemukan TNI di Hutan
Merdeka.com - Prajurit TNI baru-baru ini menemukan munisi atau peluru sisa konfrontasi Indonesia-Malaysia. Munisi dengan kaliber 7,61 mm ini merupakan peninggalan konfrontasi RI-MLY pada tahun 1965. Jumlah peluru atau munisi yang diamankan mencapai 1.201 butir.
Diketahui peluru itu pun masih aktif. Atas penemuan tersebut, Satgas Pamtas Yonarhanud 16/SBC langsung bergerak melakukan penyisiran di sekitar lokasi. Penasaran dengan peluru atau munisi peninggalan konfrontasi Indonesia-Malaysia yang ditemukan oleh prajurit TNI?
Melansir dari akun Instagram tnilovers18, Senin (8/2), berikut ulasannya:
-
Apa yang ditembak? Tiga pemuda yang menjadi korban penembakan yakni RS, DS dan YL.
-
Apa yang di serahkan ke TNI? Kementerian Pertahanan sendiri sebelumnya memang telah memesan lima unit C-130J Super Hercules.
-
Apa yang diamankan oleh prajurit TNI? Menariknya, penyusup yang diamankan ini bukanlah sosok manusia.
-
Apa yang ditemukan? Tulang manusia yang ditemukan pekerja proyek di sekitar lokasi pembangunan memorial Living Park Rumoh Geudong di Gampong Bilie Aron, Glumpang Tiga, Pidie, beberapa waktu lalu.
-
Dimana senjata itu ditemukan? Di lokasi pencarian Schoningen, Lower Saxony, arkeolog menemukan lebih dari 10.000 tulang kuda liar dan tujuh tombak kayu, serpihan tombak lain, dan dua tongkat lempar.
-
Apa saja jenis senjata yang ditemukan? 'Kapak dapat digunakan sebagai alat atau senjata. Fungsi terakhir juga berlaku untuk mata tombak,' kata Trefný.
Warga & TNI Temukan Peluru
Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonarhanud 16/SBC/3 Kostrad Pos Lumbis menemukan munisi berkaliber 7,62 mm. Penemuan ini berawal saat sekelompok warga Desa Tau Lumbis Frangki, Boy, dan Igo tengah menggali tanah untuk memasang jerat babi hutan. Saat penggalian telah mencapai kedalaman sekitar 40 cm, terlihat ada 10 butir munisi aktif. Munisi atau peluru ini ditemukan di hutan Desa Lumbis, Kecamatan Lumbis Hulu, Kabupaten Nunukan pada Sabtu (6/2).
Instagram @tnilovers18 ©2021 Merdeka.com
Berdasarkan laporan dari warga tersebut, anggota Pos Lumbis yang dipimpin oleh Danpos Letda Arh Sutrisno Sitakar langsung bergegas menuju lokasi penemuan. Pelapor dan dibantu oleh 6 anggota TNI lantas mencoba menggali kembali di lokasi penemuan. Siapa sangka, mereka kembali menemukan sekitar 1.191 munisi atau peluru aktif yang langsung diamankan ke Pos Lumbis.
Peninggalan Konfrontasi RI-MLY
Penemuan ini juga disampaikan oleh Dansatgas Pamtas RI-Malaysia Yonarhanud 16/SBC Mayor Arh Drian Priyambodo, dalam keterangan tertulisnya di Pos Kotis Jalan Fatahilah, Kecamatan Nunukan Tengah, Kabupaten Nunukan. Menurut informasi yang didapat dari Bapak Tukang, lokasi penemuan merupakan tempat persembunyian pasukan Gurkha serta pasukan Inggris saat Zaman konfrontasi.
Instagram @tnilovers18 ©2021 Merdeka.com
Bapak Tukang sendiri merupakan saksi hidup atau bisa dikatakan sebagai veteran konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tahun 1965. Menurut Dansatgas, diduga masih ada sisa-sisa peninggalan konfrontasi RI-MLY lainnya yang tertinggal di dalam hutan.“Saya perintahkan personel yang di lokasi untuk lakukan penyisiran dan pendalaman untuk antisipasi apabila masih tersimpan ataupun masih ada sisa-sisa munisi lainnya ataupun bahan peledak yang masih tertanam. Untuk munisi tersebut masih kami amankan di Pos Satgas,” tutup Dansatgas.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Munisi atau peluru yang ditemukan merupakan peninggalan konfrontasi RI-MLY pada tahun 1965. Peluru tersebut telah berhasil ditemukan dan diamankan sebanyak 1.201 butir yang masih aktif. Meski begitu, diduga masih ada peninggalan lainnya di sekitar lokasi penemuan. Menilik pada sejarah, hubungan Indonesia dan Malaysia pernah memasuki fase-fase terburuk. Pada tahun 1962, Indonesia sempat berkontrofersi dengan Malaysia. Penyebab konfrontasi itu yakni Malaysia hendak menggabungkan Brunei, Sabah dan Serawak ke dalam Federasi Malaysia. Di mana hal itu tidak sesuai dengan Persetujuan Manila.
Instagram @tnilovers18 ©2021 Merdeka.com
Sontak saja hal itu mendapat penolakan dari Presiden Soekarno. Bahkan Bung Karno sampai menyebut tindakan itu sebagai bentuk neo-kolonialisme dan imperialisme gaya baru yang akan mengancam kemerdekaan Indonesia. Dengan lantang, Soekarno menyebut Malaysia sebagai boneka Inggris dan konsolidasi Malaysia akan menambah kontrol Britania di kawasan itu.
Pada 17 September 1963, sikap keras Soekarno rupanya ditanggapi oleh demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur. Massa menyerbu KBRI untuk merobek-robek foto Soekarno dan membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Perdana Menteri Malaysia Tuanku Abdul Rahman. Mereka memaksanya untuk menginjak simbol negara Indonesia tersebut. Di sisi lain, gelombang ketidaksenangan terhadap Malaysia terus berkecamuk. Demonstrasi di dalam negeri pun merebak. Dalam buku 'Indonesian Communism Under Soekarno', massa Partai Komunis Indonesia (PKI), yang saat itu dekat dengan kekuasaan Presiden Soekarno, menjadi yang terdepan dalam demonstrasi. Poster-poster anti-Malaysia memenuhi Jakarta dan kota-kota besar lainnya, seperti Medan dan Surabaya. Pada 16 September 1963, demonstrasi raksasa yang digalang massa PKI menyerbu kantor Kedutaan Besar Inggris dan Malaysia di Jakarta dan membuat kerusakan luar biasa. Sehari setelahnya, Malaysia memutuskan hubungan diplomatik dengan Indonesia dan di Kuala Lumpur juga berlangsung kontra-demonstrasi.
Pidato Soekarno Ganyang Malaysia
Amarah Presiden Soekarno terhadap Malaysia pun meledak. Soekarno tak terima demonstrasi anti-Indonesia di Malaysia yang menginjak-injak lambang negara Indonesia. Bung Karno akhirnya menyerukan kepada seluruh bangsa Indonesia untuk mengganyang Malaysia.
©2020 Merdeka.com
"Kalau kita lapar itu biasaKalau kita malu itu juga biasaNamun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat ituDoakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.Yoo...ayoo... kita... Ganjang...Ganjang... MalaysiaGanjang... MalaysiaBulatkan tekadSemangat kita badjaPeluru kita banjakNjawa kita banjakBila perlu satoe-satoe!"
(mdk/tan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kontak tembak terjadi antara pasukan TNI dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Baca SelengkapnyaSosok jenderal bintang dua TNI yang pasang badan ketika tiga prajuritnya diamankan polisi Malaysia.
Baca SelengkapnyaJenderal TNI ini pasang badan terhadap 3 anak buahnya yang diamankan oleh polisi Malaysia.
Baca SelengkapnyaHingga kini pihaknya masih menunggu situasi di lokasi tersebut sampai benar-benar sudah kembali kondusif.
Baca SelengkapnyaBeredar kabar tiga anggota TNI dari Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonarmed 10/Bradjamusti diamankan Polisi Diraja Malaysia Pasukan Gerakan AM
Baca SelengkapnyaTengah Air Base jadi markas pesawat jet tempur Inggris. Dijaga kuat dengan rudal antipesawat udara.
Baca SelengkapnyaMenurut Panglima TNI, amunisi itu memiliki masa berlaku maksimal 10 tahun sebelum disposal (dibuang) dan diledakkan.
Baca SelengkapnyaKasad Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengatakan, proses disposal terbilang cukup panjang mulai dari pendataan hingga pelaporan.
Baca SelengkapnyaKorban anggota Satgas Pamtas Mobile Yon 7 Marinir TNI-AL bernama Pratu Agung Pramudi Laksono
Baca SelengkapnyaSaksi menemukan tiga buah tabung tersebut saat melakukan aktifitasnya sebagai operator excavator yang bekerja di lokasi tersebut.
Baca SelengkapnyaTNI terus melakukan evakuasi terhadap masyarakat yang tinggal di sekitaran gudang peluru
Baca Selengkapnya65 ton amunisi tersebut terdiri dari Munisi Kaliber Kecil (MKK) dan Munisi Kaliber Besar (MKB) kedaluwarsa.
Baca Selengkapnya