Penyebab Demo 4 November, Tuding Pimpinan Institusi hingga Manuver Politik
Merdeka.com - Penyebab demo 4 November disinyalir diakibatkan oleh adanya manuver politik, serta tudingan sejumlah pimpinan institusi. Seakan menumpang di atas kasus yang berawal dari pernyataan Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal sebagai 'Ahok'.
Terkait pernyataannya yang dinilai menista agama. Ahok kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016. Dalam sambutan, ia menyisipkan Surah Al Maidah ayat 51 yang menuai polemik.
Demonstrasi 4 November 2016 sebagai bentuk tanggapan masyarakat terhadap kasus tersebut. Di depan Istana Merdeka, awalnya berlangsung damai sejak pukul 11.00 WIB. Tak disangka, kala petang terjadi kericuhan hingga menyebabkan 2 warga dan 1 polisi terluka. Lantaran diduga Presiden RI Joko Widodo tidak ada.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Mengapa demo buruh dilakukan? Elemen buruh melakukan rasa di daerah Bekasi, Jawa Barat dan sekitarnya.
-
Apa tuntutan utama aksi demo? Reza Rahadian ikut turun ke jalan dan berorasi di depan gedung DPR RI untuk menolak RUU Pilkada dan mendukung putusan Mahkamah Konstitusi.
-
Siapa yang ikut demo? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
-
Mengapa mahasiswa demo di tahun 1965? Para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) itu tidak puas dengan kebijakan pemerintahan Orde Lama. Mereka terus melakukan demonstrasi dan meminta Presiden Sukarno bertindak tegas terhadap PKI dan menteri-menteri yang tidak becus bekerja.
-
Siapa saja yang ikut demo? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
Tak sedikit yang menuding adanya penyusup dan provokator. Demonstrasi bela Islam itu berbalik menjadi kericuhan. Aksi saling dorong dan tembakan gas air mata pun tak dapat terelakkan.
Berikut ini sejarah penyebab demo 4 November 2016 yang menggemparkan, seperti dihimpun dari berbagai sumber, Senin (30/8).
Penistaan Agama oleh Ahok
Ahok di sidang ketiga penistaan agama ©2016 Merdeka.com/anisya
Penyebab demo 4 November 2016 berawal dari ucapan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang disebut menistakan agama.
Kasus itu bermula saat mantan politikus Golkar dan Gerindra ini bertandang ke Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (27/9/2016). Ia menggelar dialog dengan masyarakat setempat, sekaligus menebar 4.000 benih ikan.
Dalam video resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Youtube, Ahok meminta warga tidak khawatir bila dirinya tidak lagi terpilih. Tapi ia menyisipkan Surah Al Maidah ayat 51.
Penggalan dari kitab suci Alquran itu sebelumnya digunakan oleh rival Ahok sebagai argumen untuk tidak memilih Ahok jadi gubernur. Rupanya, pernyataan yang disampaikan menuai polemik. Banyak warga maupun pengamat yang mengkritik.
Menanggapi hal tersebut, Ahok menyatakan permohonan maaf, serta tak ada niatan untuk melecahkan. Tapi hanya mengkritik pihak-pihak yang menggunakan ayat suci untuk tujuan politik.
Sidang kasus Ahok berlangsung lebih dari 20 kali. Ia terjerat dalam pasal 156a KUHP dan UU Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Dalam gelar sidang, diundang berbagai macam ahli, mulai ahli komunikasi sampai ahli agama.
Ketua Majelis Hakim Dwiarso Budi Santiarto menuntut jaksa satu tahun penjara dengan dua tahun percobaan.
"Terbukti secara sah melakukan tindak pidana penodaan agama, penjara 2 tahun," kata Dwiarso, pada sidang ke-21 yang digelar Pengadilan Negeri Jakarta Utara di Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (9/5/2017).
Lautan Putih di Istana Kepresidenan
Liputan6.com/Fery Pradolo ©2021 Merdeka.com
Sebelum 'ketok palu', banyak yang menuntut dipenjarakannya Ahok atas tuduhan penistaan agama. Sejumlah kelompok pun merencanakan aksi yang sepenuhnya damai. Meski begitu, dua ormas Islam terbesar Indonesia, Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, anggotanya tidak dianjurkan untuk ikut.
Aksi Bela Alquran atau Aksi Damai 4 November berpusat di kawasan antara Bundaran Hotel Indonesia, Bundaran Bank Indonesia dan Istana Kepresidenan. Polisi memperkirakan sekitar 200.000 warga menghadiri.
Sementara perkiraan yang lain menyebut aksi dihadiri 50.000 orang. Aksi ini berjalan dengan damai dan tertib hingga Jumat sore, sebagai batas penyelenggaraan aksi ini.
Mendesak Proses Hukum Terhadap Ahok
Liputan6/Immanuel Antonius ©2021 Merdeka.com
Selain warga, tampak sejumlah tokoh juga menghadiri Aksi Bela Alquran itu, di antaranya Mantan Ketua MPR Amien Rais, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dan Fadli Zon, serta penyanyi Ahmad Dhani dan Rhoma Irama.
Para demonstran berorasi dan menggunakan yel-yel, untuk mendesak proses hukum terhadap Ahok yang tak kunjung usai. Tapi sekitar pukul 18:30 WIB aksi yang seharusnya sudah selesai, malah mulai ricuh.
Penyebab demo 4 November disinyalir pemicu pertamanya, karena pendemo kecewa. Harapannya tuntuk berdialog dengan Presiden Jokowi, tapi harapan itu tak dipenuhi.
Diduga elemen demonstran beratribut HMI mulai mendorong dan menyerang polisi. Elemen lain tak terlihat upaya kericuhan. Sedangkan sebagian anggota Front Pembela Islam (FPI) lantas tampak berusaha melindungi barisan polisi dari para penyerang.
Dua kendaraan milik Brimob dibakar di depan Istana Merdeka, sekitar pukul 20:10 WIB. Setelah kericuhan kian parah, anggota FPI diminta menghindar. Polisi pun melepaskan tembakan gas air mata. Situasi di wilayah Istana mulai kondusif sekitar pukul 21:00 WIB.
Namun kerusuhan terjadi di bagian lain Jakarta. Tepatnya di Penjaringan, Jakarta Utara. Sebuah mini market dijarah dan satu motor dibakar.
Penyebab Demo 4 November Versi Polisi
Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Awi Setiyono mengatakan penyebab demo 4 November terkait dugaan penistaan agama yang melibatkan Ahok.
Awi menyebutkan, usai salat Jumat di Masjid Istiqlal, massa bergerak menuju Istana, persisnya di Jalan Medan Merdeka Barat dan Utara.
"Pukul 13.50 WIB ada pelemparan oleh massa pada polisi, lalu setelah pelemparan tersebut, polisi membacakan Asmaul Husna, dan massa tenang lagi," ujar Awi di Mapolda Metro Jaya, Senin (7/11/2016).Peristiwa berlangsung sekitar satu jam. Setelah itu terjadi pelemparan botol air sekitar pukul 14.41 WIB. Bahkan, massa menarik security barier atau kawat berduri.
"Security barier-nya sampai melewati konblok (median jalan dari beton), menarik menariknya," ujar Awi, sembari memperlihatkan beberapa rekaman CCTV dan video.
Aksi Damai 4 November kembali tenang kala memasuki waktu salat Asar.
"Pukul 15.10 WIB, anggota kita azan dan salat berjamaah dengan massa," sambungnya.
Kemudian, massa berorasi menuntut agar Presiden Jokowi menonaktifkan Ahok dari Gubernur Jakarta dan segera dipenjara. Setelah ada tekanan dari massa, pukul 15.58 WIB, perwakilan demonstran diterima Istana dengan pengawalan polisi.
"Itu pukul 18.18 WIB ada massa yang mengolesi wajah mereka dengan odol, nah silakan kawan-kawan simpulkan sendiri. Saat itu massa tenang," imbuh Awi.
©2016 merdeka.com/imam buhori
Tak berselang lama, tiba-tiba polisi melihat ada kericuhan antar massa saling dorong dan ricuh.
"Pukul 19.00 WIB sesama massa ricuh, ada massa yang melindungi polisi, mereka membuat barikade. Jadi begini urutannya, massa terus massa yang coba halangi untuk tak lukai polisi, terus konblok, terus security barier, terus baru petugas," paparnya.
Sejumlah pendemo berusaha melindungi barikade polisi. Kala massa yang lainnya ingin menjebol barisan dan beringas berhadapan dengan polisi.
"Pukul 19.00 WIB, massa diadang massa yang coba lindungi polisi dari pukulan massa, lalu pukul 19.05 WIB ada kericuhan antarmassa saja. Pukul 19.10 WIB, massa yang tadi (massa yang coba lindungi polisi dari pemukulan) jebol," ungkap Awi.
Massa makin beringas, lemparan tak lagi hanya botol air mineral. Tapi sudah berganti dengan batu, kayu, bambu, kelereng, bahkan anak panah.
"Kami enggak mengada-ada, memang ditemukan itu (anak panah, kelereng, dan batu) di lokasi," tegas Awi.
Karena situasi yang semakin kacau, polisi menembakkan gas air mata gelombang pertama. Ratusan selongsong peluru gas air mata berdentingan saat menyentuh aspal depan Istana.
"Pukul 19.33 WIB ditembakkan gas air mata gelombang pertama, 19.41 WIB tembakan gelombang kedua, dan 19.48 WIB tembakan gas air mata gelombang ketiga," papar Awi. (mdk/kur)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Situasi panas yang terjadi di ruang publik berpotensi disusupi agenda politik tertentu
Baca SelengkapnyaPara pendemo menyinggung sejumlah hal mulai dari pesan Nabi Muhammad soal jumlah hakim.
Baca SelengkapnyaMassa pendemo yang murka nekat merobohkan tembok dan pagar Gedung DPR saat berunjuk rasa menolak revisi UU Pilkada.
Baca SelengkapnyaPolisi sudah sempat mengamankan 30 ban bekas sebelum demo berlangsung.
Baca SelengkapnyaSeorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, massa yang berjumlah sekira seribuan orang mendatangi kantor bupati dan DPRD setempat.
Baca SelengkapnyaPara pengunjuk rasa melempari Kantor DPRD Kota Cirebon dengan berbagai macam benda.
Baca SelengkapnyaMassa menolak kecurangan dalam Pemilu 2024 kembali berunjuk rasa di depan Gedung DPR. Unjuk rasa tersebut diwarnai dengan aksi bakar ban.
Baca SelengkapnyaSoroti Kecurangan Pemilu 2024, Civitas Akademika dan Masyarakat Sipil Demo Kantor Gubernur Sumbar
Baca SelengkapnyaJimmly melihat, lebih banyak para jenderal dan guru besar yang berdemo, dibandingkan para mahasiswa
Baca SelengkapnyaPolisi menyiapkan skenario pengalihan arus lalu di lintas di sekitar kawasan gedung DPR/MPR Jakarta Pusat, Kamis (22/8).
Baca Selengkapnya