Perjuangan Dokter Mendaki Pakai APD Demi Pasien di Puncak Pegunungan
Merdeka.com - Dokter dan tenaga medis lainnya berada di garda terdepan dalam menangani wabah Corona. Rela bertaruh nyawa untuk merawat pasien.
Potret perjuangan dokter tengah viral di Thailand. Demi menyelamatkan 4 pasien anak tengah menjalankan karantina mandiri selama 14 hari di atas gunung bersama ibu dan neneknya.
Dokter Soi berhasil mendaki dua gunung dan menyeberangi sungai dengan mengenakan APD di suhu panas 38 derajat celcius. Ingin tahu kisah lengkapnya? Berikut ulasannya.
-
Apa saja yang dilakukan Dokter Terawan? 'Prof Terawan Hanya melayani Tindakan Digital Substraction Angiography (DSA), dan Immunotherapy Nusantara,' kata Okta.
-
Siapa yang dirawat di rumah sakit? Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, saat ini dirawat di rumah sakit akibat infeksi pernapasan.
-
Siapa yang melakukan tindakan medis? Dewi Perssik mempercayakan Rumah Sakit Brawijaya Antasari, Jakarta Selatan, sebagai tempat penyimpanan sel telurnya.
-
Siapa yang sedang sakit? Sule menyempatkan diri untuk menjenguk Adzam yang sedang sakit di tengah-tengah kesibukannya sebagai seorang publik figur.
-
Siapa dokter China yang melakukan operasi jarak jauh? 'Telesurgery adalah salah satu arah pengembangan yang paling penting pada masa depan pembedahan,' kata Zhang Xu, direktur urologi di Rumah Sakit Umum Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, yang melakukan pembedahan, menurut laporan dari situs berita resmi PLA.
-
Siapa yang merawat kakek tersebut? Tan berjanji untuk memberikan flatnya kepada mereka sebagai imbalan atas perawatan dan persahabatan mereka. Permintaannya termasuk agar Gu dan keluarganya sering meneleponnya, mengunjunginya seminggu sekali, membelikannya pakaian dan bahan makanan, dan menjaganya saat dia sakit.
Viral Unggahan di Facebook
Potret perjuangan seorang dokter dari klinik desa diunggah oleh akun PRD (departemen hubungan masyarakat) Provinsi Nan, Thailand.
Facebook PRD Nan ©2020 Merdeka.com
Lima potret dokter Soi mendaki dua gunung dan menyeberangi sungai, ditemani asistennya. Kisah perjuangan diawali ketika dirinya tengah membaca beberapa file di klinik desanya.
Sebuah telepon masuk, mengabarkan bahwa ada anak di atas gunung yang mengalami demam, batuk dan pilek. Mereka bingung, penanganan pertama yang tepat itu apa saja.
Perjalanan Terjal Jalan Kaki
Dokter Soi bersama asistennya, lengkap mengenakan APD sebagai antisipasi di masa pandemi Covid-19 ini. Padahal suhu kala itu mencapai 38 derajat celcius.
Menahan panas terik dan keringat yang terus mengucur. Keduanya berangkat ke desa dengan sepeda motor.
Ketika mereka berada di daerah pedesaan, hanya ada jalan tanah yang curam dan sempit. Sering kali dokter Soi harus berjalan sementara asistennya mengendarai sepeda motor.
Seberangi Beberapa Sungai
Facebook PRD Nan ©2020 Merdeka.com
Rumah yang ditinggali oleh tiga anak, satu bayi, ibu, dan seorang nenek itu berada di puncak gunung. Mereka bertahan selama 14 hari mengikuti aturan pemerintah selama lockdown.
Perjalanan menuju ke rumah yang sangat jauh dari pedesaan, memaksa mereka untuk melewati beberapa sungai. Dokter Soi juga mengalaminya, dan sudah bersiap sejak awal ketika dihubungi untuk mengenakan sepatu bot.
Perjuangan Mencapai Puncak
Asistennya sudah menunggu di puncak. Dokter Soi menunjukkan wajah begitu kelelahan hingga tergelincir dan jatuh beberapa kali.
Facebook PRD Nan ©2020 Merdeka.com
Ketika ditanya, dia berusaha tampak sanggup, meski tubuhnya dirasa tidak kuat dengan lelah yang menjalar sampai tulang. Tangannya terus berusaha menggapai benda di sekitar untuk jadi penopangnya.
"Satu tangan membawa kantong obat, yang satunya memegang ranting anggur atau benda-benda di sepanjang jalan. Meskipun tergelincir berkali-kali. Aku terus menahan diri," ujar dokter Soi.
Mulai Nampak Gubuk Kecil
Semakin dekat dengan puncak, dokter Soi mulai melihat ada gubuk kayu kecil di tengah-tengah peternakan. Rumah kecil beratapkan rumput itu berada di wilayah yang nampak gersang.
Dokter Soi merasakan air matanya mengalir deras tetapi dia menutupinya dengan bertanya kepada anak-anak, apakah tinggal di pertanian itu menyenangkan.
Segera Bertindak
Facebook PRD Nan ©2020 Merdeka.com
Dokter Soi segera memeriksa keadaan semua anaknya yang mengaku sakit. Dia khawatir jika harus pulang dengan menyusuri jalan tanah di malam hari.
Ternyata ketiga anak diperkirakan usia 4 hingga 7 tahun ini mengalami demam, batuk dan pilek biasa. Sang bayi juga mengalami hal serupa, dengan suhu tubuh mencapai 38 derajat. Bersyukurlah tidak ada tanda sesak napas.
Dokter Soi meninggal beberapa obat dan meminta ibunya untuk terus mengawasi kondisi keempat anaknya.
Begitu Menginspirasi
Dokter Soi dan asistennya kembali ke klinik dan merasa sangat lega dapat kembali ke rumah. Dia mengaku tidurnya menjadi tidak nyenyak memikirkan keadaan anak yang sakit di atas gunung.
Setelah tiga hari berlalu, seorang warga desa yang kerap mengantarkan makanan dan air ke keluarga tersebut datang ke klinik.
Facebook PRD Nan ©2020 Merdeka.com
Dia melaporkan bahwa keempat anak di sana telah pulih. Dokter Soi mengatakan, bahwa merasa sangat lega dan hal itu mampu melupakan semua kelelahan dan kesulitan yang dia hadapi sebelumnya.
Dokter Soi merupakan salah satu dokter yang menginspirasi untuk berjuang keluar di masa sulit seperti ini. (mdk/kur)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah video memperlihatkan nakes yang berjuang lewati badai dan ombak untuk mengantarkan pasien untuk berobat ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaSosok wanita cantik berikut ini banjir atensi. Dia disebut begitu beruntung.
Baca SelengkapnyaDokter Lie rela tinggal berminggu-minggu di tengah hutan belantara Papua demi melayani pasien.
Baca SelengkapnyaMomen ini seakan menggambarkar tentang kepedulian dan profesionalitas dokter dalam menjalankan tugasnya.
Baca SelengkapnyaAda momen haru saat sang pasien terpaksa mengurus hingga tanda tangan berkas persetujuan operasi sendiri.
Baca SelengkapnyaErupsi Gunung Marapi yang terjadi pada 3 Desember 2023 masih menyisakan duka bagi keluarga korban yang gugur.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang mengalami hipotermia dan ditolong oleh pendaki lain.
Baca SelengkapnyaMeski akhirnya jemaah tersebut meninggal dunia, salah satu keluarga jemaah tetap berterima kasih atas perjuangan mereka.
Baca SelengkapnyaSeorang pria dengan akun tiktok @febriyaannt_ mengunggah momen saat ia mengajak adiknya naik gunung.
Baca SelengkapnyaPuskesmas ini berada di atas awan dan memiliki petugas yang berdedikasi tinggi.
Baca SelengkapnyaEvakuasi dimulai pada tanggal 18 Agustus pukul 13.00 WIB, dari pintu rimba menuju Shelter satu dan berakhir pukul 19.00 WIB di Shelter tiga.
Baca SelengkapnyaViral video balita diajak mendaki Gunung. Ayahnya pun memberikan penjelasan.
Baca Selengkapnya