Potret Miris Kemiskinan di Indonesia, Nenek 87 Tahun Cuma Makan Singkong Rebus
Merdeka.com - Hampir setiap orang ingin memiliki kehidupan yang nyaman saat usia senjanya. Hidup berkecukupan dengan anak serta cucu. Namun hal itu tidak dirasakan oleh nenek bernama Mbah Rapmini ini.
Dia harus terus berjuang mencari nafkah diusianya yang tak lagi muda. Untuk bertahan hidup, Mbah Rapmini rela berjualan pisang keliling. Sedihnya, Mbah Rapmini berjualan juga untuk merawat menantunya yang sakit stroke.
Melansir dari laman kitabisa.com, Jumat (24/9), berikut potret miris kemiskinan di Indonesia.
-
Dimana nenek Niah berjualan? Ia berjualan rujak yang berlokasi di Jalan KH. Mansyur Nomor 70 Surabaya, sekitar wisata religi Sunan Ampel.
-
Apa yang dijual nenek Niah? Ia berjualan rujak yang berlokasi di Jalan KH. Mansyur Nomor 70 Surabaya, sekitar wisata religi Sunan Ampel.
-
Kapan nenek Niah mulai berjualan? Nenek Niah mulai berjualan mulai pukul 5 sore sampai 11 malam.
-
Di mana pisang kepok dijual? Harga pisang kepok umumnya ditawarkan per sisir dengan tarif yang cukup bersahabat, yaitu sekitar Rp 25.000,00 untuk setiap sisirnya.
-
Mengapa nenek Niah harus berjualan sampai malam? Ia tidak bisa mengandalkan bantuan dari anaknya karena ia hidup sendirian dan tidak dikaruniai anak.
-
Bagaimana pedagang memenuhi permintaan pisang? Untuk memenuhi banyaknya permintaan, sejumlah pedagang mendatangkan pisang dari berbagai daerah.
Tinggal Bersama Menantu Sakit
Mbah Rapmini, sosok yang sukses mencuri perhatian masyarakat. Bagaimana tidak, nenek berusia 87 tahun ini masih harus berjuang mencari nafkah.
kitabisa.com ©2021 Merdeka.com
Tidak hanya itu saja, penghasilannya juga digunakan untuk merawat menantunya. Diketahui, menantu Mbah Rapmini menderita penyakit stroke. Mbah sudah 25 tahun harus merawat sang menantu.
Sedangkan, putri semata wayangnya telah berpulang terlebih dahulu sejak 10 tahun lalu. Suami Mbah Rapmini pun juga telah meninggal dunia sejak tahun 1998. Kini Mbah hanya tinggal bersama sang menanti, Mbah Tarijo (70 tahun).
Jualan Pisang Keliling
Untuk memenuhi kebutuhannya, Mbah rela berjualan pisang keliling setiap harinya. Perjalanan jauh pun tak membuat semangat Mbah Rapmini luntur.Mbah tetap semangat menjemput rezeki setiap harinya. Sedihnya, Mbah Rapmini setiap harinya menempuh jarak tak kurang dari 5 kilometer.
kitabisa.com ©2021 Merdeka.com
Beliau pun berjalan dengan tubuh ringkih yang telah termakan usia. Hal ini dilakukannya demi sesuap nasi dan membeli obat-obatan untuk sang menantu."Sekarang kondisinya (Tarijo) sakit stroke, keadaan seperti itulah yang membuat saya harus berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan sesuap nasi dan membelikan obat," kata Mbah Rapmini menunduk menahan air mata.
Pernah Ditipu Pembeli
Mbah Rapmini juga pernah menatap nanar dagangannya. Bagaimana tidak, Mabh Rapmini ternyata pernah ditipu oleh pembelinya. Saat itu pembeli dagangannya dengan uang palsu.Karenanya, Mbah terpaksa pulang dengan tangan kosong. Kini, keadaan pun semakin sulit. Dagangan pisang miliknya sulit laku.
kitabisa.com ©2021 Merdeka.com
Mengingat adanya pembatasan di situasi pandemi yang tak kunjung usai. Padahal Mbah Rapmini sangat bergantung pada hasil jualan pisangnya untuk biaya pengobatan sang menantu."Mau dibawa ke rumah sakit ya susah wong sehari cuman dapat 30 ribu saja sudah syukur," tambah Mbah Rapmini lirih.
Makan Singkong Rebus
Tak jarang pula dagangan Mbah Rapmini hanya laku sedikit. Bahkan pernah juga tidak laku sama sekali.
kitabisa.com ©2021 Merdeka.com
Jika sudah begitu, Mbah dan menantunya terpaksa hanya bisa makan singkong rebus dan air putih. Itu pun dari pemberian tetangga dua lansia ini. (mdk/tan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tinggal sendiri di rumah kontrakan, Nenek Nursi kesehariannya hanya berjualan sayur. Uangnya bahkan sempat diambil orang.
Baca SelengkapnyaBegitu miris, ia hanya bisa memakan menu nasi dan micin serta tinggal di gubuk tak layak
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaBerikut kisah nenek hampir 100 tahun pungut beras yang jatuh di penggilingan untuk makan.
Baca SelengkapnyaKakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca SelengkapnyaKisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.
Baca SelengkapnyaUntuk mengobati rasa lapar, setiap hari sang kakek makan nasi dengan dicampur air.
Baca SelengkapnyaKakek ini diketahui berjualan di sekitar GBLA, Bandung.
Baca SelengkapnyaWalau usianya telah renta, namun Mbah Soiman masih bekerja keras di ladang
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaDatang dari Lamongan ke Surabaya untuk menjual satu tikar, nyatanya dagangannya tak kunjung laku.
Baca SelengkapnyaKarena tenda tak cukup besar dan hujan disertai angin, nenek pun terkena cipratan air hujan.
Baca Selengkapnya