Sempat Pilih Mati, Ini Kisah Hidup Dwi Krismawan Korban Pesawat Tabrak Gunung Gede
Merdeka.com - Beberapa tahun silam, kecelakaan pesawat pernah terjadi. Pesawat latih yang membawa seorang pilot dan anak didiknya itu menabrak Gunung Gede di kawasan Jasinga, Bogor, Jawa Barat.
Insiden yang terjadi pada 28 Januari 1997 ini menjadi salah satu duka mendalam bagi dunia penerbangan tanah air. Meski tak ada korban jiwa, namun dua orang tersebut mengalami luka bakar yang cukup parah.
Lebih dari 20 tahun telah berlalu, Dwi Krismawan, salah satu korban pesawat itu menceritakan perjalanan hidupnya. Melansir dari akun YouTube metrotvnews, Jumat (12/6/2020), berikut kisah hidup Dwi Krismawan yang sempat ingin mati.
-
Siapa yang mengalami trauma berat? Dua anak Aiptu FN mengalami trauma berat dan harus mendapat pendampingan karena selalu teringat peristiwa perampasan mobil ayahnya oleh 12 debt collector.
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Siapa yang gugur saat berlatih terbang di Yogyakarta? Pergantian nama menjadi Husein Sastranegara dilangsungkan satu tahun setelah kemerdekaan Indonesia, yakni pada 1946. Ketika itu terdapat seorang pilot militer dari AURI yang gugur ketika berlatih terbang di wilayah Yogyakarta. Untuk menghargai dedikasinya, nama Husein Sastranegara kemudian resmi digunakan.
-
Siapa yang mengalami kecelakaan? Chisa Anne stri dari vokalis band Repvblik Ruri Wantogia, membagikan kondisi terkini dari sang suami yang dikabarkan mengalami kecelakaan pada Jumat (6/9).
Alami Luka Bakar
Masih terus ingat di dalam benaknya, kecelakaan pesawat yang merenggut impiannya menjadi seorang pilot. Kecelakaan itu juga menyebabkan perubahan begitu besar pada penampilan tubuhnya. Hal ini karena Dwi Krismawan mengalami luka bakar yang cukup serius.
"Hampir 50%-60% (luka bakar). Jadi, grade 2 sampai grade 3. Mungkin kalau bapak ibu pernah kena knalpot di betisnya, itu hanya grade 1 di kulit ari,"
Paru-Paru Penuh Flek
Tak hanya luka bakar, paru-paru Dwi Krismawan juga dipenuhi oleh flek. Lantaran, saat kejadian Dwi Krismawan terjebak di dalam kokpit selama sekitar 60 menit."Tetapi ketika yang saya alami, saya terperangkap dalam kokpit itu mungkin hampir 60 menit, jadi sampai jaringan tanduk, jaringan tulang dan bahkan sampai paru-paru saya penuh dengan flek.
Divonis Tak Bisa Bicara
Agar flek keluar dari paru-paru, tim medis memutuskan untuk melubangi tenggorokan Dwi Krismawan. Kepahitan belum cukup sampai di situ, dokter juga memvonis Dwi kemungkinan tidak bisa bicara."Dan sempat di rumah sakit itu, tenggorokan saya dilubangi supaya udara itu bisa keluar. Dan dokter memvonis bahwa, 'mungkin Dwi enggak bisa ngomong, karena pita suaranya rusak'.
Jalani Operasi 25 Kali
Untuk mengatasi luka akibat kecelakaan pesawat itu, Dwi Krismawan harus melakukan setidaknya 25 kali operasi. Tentu saja siapa pun bisa merasakan sebesar apa luka yang dialami oleh Dwi Krismawan.
YouTube @metrotvnews ©2020 Merdeka.com
"Saya cuma sedikit, cuma 25 kali," ungkap Dwi Krismawan.
Proses Kehidupan Paling Berat
Bukan saat menjalani perawat, Dwi mengaku proses paling berat di hidupnya saat keluar dari rumah sakit. Apalagi saat itu, Dwi Krismawan tidak memiliki pekerjaan lagi."Sebetulnya mungkin proses kehidupan yang paling berat yang harus saya lewati adalah ketika saya keluar dari rumah sakit. Karena pada saat saya keluar dari rumah sakit dalam usia 26 tahun. Pada saat itu, saya tidak punya pekerjaan, tetapi saya bersyukur bahwa pada saat ada kesulitan, pergumulan dan tantangan yang Tuhan hadirkan dalam kehidupan saya," ungkapnya.
Hadirkan Penolong Luar Biasa
Namun di balik itu semua, Tuhan masih memberikan seorang penolong baginya. Penolong yang luar biasa, di mana mampu memotivasi hingga mendukung Dwi selama masa pemulihan."Tuhan menghadirkan penolong yang luar biasa. Jadi, pada saat itu saya punya seorang sahabat yang baru saya kenal tiga bulan sebelum saya mengalami kecelakaan. Kami hanya berteman, bersahabat, tetapi ternyata dalam proses pemulihan itu sahabat saya ini tidak meninggalkan saya. Bahkan, dia setia mendampingi saya, men-encourage saya, memotivasi saya, mendukung saya," paparnya."Bahkan ketika saya sulit untuk melihat kebaikan Tuhan, dia katakan, 'Dwi, di balik kecelakaan ini, di balik tubuh mu ini yang mungkin tidak sempurna, ada rencana Tuhan yang indah, ada rencana Tuhan yang jauh lebih baik', itu yang selalu disampaikan ke dalam kehidupan saya. Dia setia sampai hari ini, dia menjadi istri saya," sambungnya.
Pernah Coba Bunuh Diri
Mengalami musibah besar seperti itu, tentu Dwi Krismawan pernah berada di titik paling terendah. Diakuinya, Dwi sering kali merasa seperti itu terutama saat masih berada di rumah sakit. Bahkan, Dwi juga pernah mencoba mengakhiri hidupnya sendiri.
YouTube @metrotvnews ©2020 Merdeka.com
"Perasaan seperti itu berulang-ulang terjadi ketika saya di rumah sakit itu sering kali. Bahkan sampai saya pernah coba bunuh diri di rumah sakit, ketika sudah tidak sanggup lagi harus skin graft. Ketika melihat teman-teman saya di wisuda, sementara saya terpuruk di rumah sakit. Saya pernah coba bunuh diri, mungkin berkali-kali. Itu merupakan momen sangat terendah ketika saya sebagai manusia sulit melihat kebaikan Tuhan, sulit melihat rencana Tuhan," ungkap Dwi Krismawan, korban kecelakaan pesawat latih.
Terjadi Beberapa Kali
Tak hanya saat di rumah sakit saja, momen terendah di dalam hidup Dwi juga terjadi beberapa kali. Mulai dari saat menikah hingga mencari pekerjaan."Ketika saya keluar dari rumah sakit, pada saat kami menikah dan itu pernah terjadi ketika saya sulit mencari pekerjaan, ke sana ke mari saya lamar pekerjaan, semuanya menolak. Ketika saya coba usaha, tetapi pada akhirnya bangkrut dan di situ lah momen-momen yang sangat sulit dan berat dalam hidup saya," sambungnya menjelaskan.
Dukungan Istri Selalu Diberikan
Beruntung, di saat momen-momen tersulit itu, Dwi masih memiliki seorang istri yang selalu mendukungnya. Sang istri bahkan tidak ingin berpisah dengannya meski saat itu Dwi tidak bisa memenuhi segala kebutuhannya,
YouTube @metrotvnews ©2020 Merdeka.com
"Tetapi pada saat momen terendah itu, ketika saya bangkrut, rugi, ditinggalkan semua orang, istri saya bilang, 'Dwi, apapun yang terjadi, aku tetap mencintai kamu'," kata Dwi Krismawan mengenang. (mdk/tan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelum peristiwa itu, kru helikopter bernama Oktraman Menderosap atau Oki rupanya memiliki firasat buruk.
Baca SelengkapnyaPropam meminta keterangan dari rumah sakit terkait penyakit yang dialami GDW.
Baca SelengkapnyaKepala Polres Kuansing AKBP Pangucap Priyo Soegito, Selasa membenarkan peristiwa tersebut terjadi pada Senin (15/4).
Baca SelengkapnyaPesawat tersebut sedang menjalani latihan formasi.
Baca SelengkapnyaKejadian berawal saat korban duduk main handphone di tembok jembatan saluran air.
Baca SelengkapnyaSeminggu ini pihaknya sudah melakukan proses evakuasi. Tetapi baru serpihan pesawat yang didapat.
Baca SelengkapnyaKapolsek Pancoran Mas, Kompol Triharjadi mengatakan, korban berusia 31 tahun.
Baca SelengkapnyaSaking tebal dan pekatnya awan jarak antar pesawat juga tak terlihat.
Baca SelengkapnyaKNKT menerangkan, lokasi lapangan yang berada di dekat pesawat terjatuh itu memang posisinya ideal untuk melakukan pendaratan darurat.
Baca SelengkapnyaKorban sempat berkomunikasi dan mengaku dari POM TNI AD
Baca SelengkapnyaDua pesawat itu diterbangkan oleh empat perwira menengah TNI AU.
Baca SelengkapnyaPenyebab kejadian tergelincirnya pesawat tersebut masih dalam penyelidikan.
Baca Selengkapnya