Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sulitnya Teliti Antivirus Corona di RI, Anggaran Belum Cair Jadi Biang Kerok

Sulitnya Teliti Antivirus Corona di RI, Anggaran Belum Cair Jadi Biang Kerok Ilustrasi penelitian. ©2012 Merdeka.com/Shutterstock/emin kuliyev

Merdeka.com - Tidak hanya Indonesia, virus corona masih terus menghantui dunia. Sejumlah ilmuwan dari berbagai negara kemudian bekerja keras melakukan penelitian untuk mencegah penyebaran semakin luas. Mereka juga terdorong untuk bisa segera menemukan antivirus.

Menghadirkan antivirus memang menjadi suatu hal yang harus dilakukan. Terlebih, virus corona bisa dengan cepat menyebar hingga berbagai belahan dunia. Untuk itu, para ilmuwan tengah disibukkan dengan penelitian mereka terhadap antivirus corona. Tak terkecuali di Indonesia.

Namun, di Indonesia penelitian antivirus Corona mengalami kendala soal dana yang tak kunjung cair. Berikut ulasannya:

Masih Tahap Awal

Berbeda dari beberapa negara yang sudah mulai menemukan obat virus corona, di Indonesia, para ilmuwan justru masih melakukan penelitian tahap awal. Hasil uji melalui Big Data, mengindikasikan buah jambu biji diprediksi mampu mencegah laju virus corona kian ganas.

penelitian vaksin corona di as

2020 REUTERS/Bing Guan

Penelitian itu dilakukan oleh gabungan para ilmuwan dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), Fakultas Farmasi UI serta Institut Pertanian Bogor (IPB).

Lama Proses Penelitian

Sebenarnya, penelitian terkait antivirus corona sudah direncanakan sejak awal bulan Februari lalu. Bahkan, sudah dipersiapkan juga. Namun, eksekusi baru bisa dimulai. "Terkait penelitian ini memakan waktu berapa lama kami juga belum tahu karena dananya saja juga belum turun," ungkapnya.

Hasil Penelitian Sementara

Menurut Prof Ari Fahrial dengan jurnalis merdeka.com Rifa Yusya Adilah pada Selasa (17/3/2020), dijelaskan jika mereka menggunakan metode penelitian bioinformaika. Berarti penelitian yang menggunakan komputer, machine learning. "Jadi mesin yang bekerja sampai menemukan jawabannya dan jawaban yang keluar yaitu jambu biji, daun kelor dan kulit jeruk," paparnya.biji

www.healthyfoodadvice.net

Ketiganya memiliki senyawa yang mampu menghambat replika virus dan penempelan virus dalam tubuh. Namun, yang akan digunakan untuk suplemen pasien virus corona hanya jambu biji saja."Jambu biji saja, karena lebih mudah dikonsumsi serta ditemukan oleh masyarakat," sambungnya.

Berbasis Data HErbalDB

Lebih lanjut, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB menjelaskan, penelitian mereka bukan melalui uji klinis. Tetapi, melaksanakan penelitian 4.0 berdasarkan dari Big Data. "Data yang diambil, yaitu dari basis data HerbalDB yang berjumlah 1.377 senyawa herbal dan pemetaan farmakofor dengan metode struktur dan liga. Singkatnya, data yang sudah ada mengenai struktur virus dianalisis di internet kemudian disatukan. Istilahnya di-Docking," jelasnya.

Sumber Dana

Dalam sesi wawancaranya, terdapat pertanyaan dari mana asal sumber dana untuk melakukan penelitian tersebut. Dekan FK UI pun menjawab jika dana berasal dari Bank Dana Riset dan Teknologi.nilai tukar rupiah menguat

Liputan6.com/Angga Yuniar

"Dari Bank Dana Riset dan Teknologi," jawabnya.

Belum Lakukan Uji Klinis karena Dana Tak Cair

Akan tetapi, penelitian mereka belum memasuki tahap uji klinis. Bukan karena masih berada di tahap paling awal, namun ada beberapa kendala dari luar yang dialami oleh para ilmuwan.Dekan FK UI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB mengakui, penelitian mereka tengah mengalami kesulitan. Lantaran, diketahui dana dari pemerintah belum turun atau cair. "Kesulitannya hanya satu, yaitu terkait dana. Jika ada dananya maka penelitiannya akan jalan," paparnya.

Tidak Tahu Alasan Dana Belum Turun

Saat ditanya alasan kenapa dana penelitian belum juga turun. Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB mengatakan kurang tahu perihal tersebut. Lebih baik ditanyakan langsung ke pemerintah.prof dr dr ari fahrial syam sppd kgeh mmb

2020 Merdeka.com/dok ui.ac.id

"Ya saya kurang tahu, tanya pemerintah," sambungnya.

Anggaran untuk Litbang

Januari lalu, Presiden Joko Widodo telah meminta Kemenristek-BRIN melakukan konsolidasi anggaran untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Litbang). Pemerintah mengucurkan anggaran sebesar Rp27,1 Triliun untuk Litbang."Lakukan konsolidasi anggaran. Anggaran riset kita, litbang kalau kita gabung total Rp27,1 triliun. Ini angka yang besar. Duit gede. Meskipun masih jauh dari yang kita inginkan. Tapi ini dulu yang diselesaikan, sehingga menghasilkan hilirisasi riset yang baik," kata Jokowi saat pidato dalam Rakornas Ristek-BRIN di Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan, Kamis (30/1).

Jangan Jadi Laporan dan Berkas Semata

Dengan kucuran dana yang cukup besar itu, Presiden Joko Widodo tidak ingin nantinya penelitian hanya menghasilkan laporan atau pun berkas saja. Menurutnya, jika riset mampu dikembangkan dan menghasilkan sesuatu, anggaran bisa bertambah.presiden jokowi buka the 2nd asian agriculture and food forum

2020 Liputan6.com/Faizal Fanani

"Jangan sampai riset cuma jadi laporan dan ditaruh di lemari. Rp27,1 triliun ini uang gede. Kalau ini bisa dikonsolidasikan dan menghasilkan sesuatu, angka ini bisa lipat dua, bisa lipat tiga, bisa lipat empat," kata Jokowi."Begitu infrastruktur selesai, tak geser anggaran infrastruktur masuk ke sini. Kita harus mempersiapkan ini untuk masa depan bangsa," sambungnya.

Hasil Riset Berdampak pada Kemajuan Bangsa

Presiden Indonesia mengakui, anggaran litbang memang belum bisa dibandingkan dengan kucuran dana penelitian di negara-negara maju. Meski begitu, jika nantinya riset berjalan optimal dan fokus pada tema strategis, Jokowi yakin hasil riset akan berdampak pada kemajuan bangsa."Urusan angka ini buat saya tidak sulit. Tapi saya pasti bertanya hasilnya apa," pungkasnya. (mdk/tan)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP