Tak Percaya Corona & Vaksin, Jemaat & Pendeta Puluhan Gereja di Papua Bakar Masker
Merdeka.com - Puluhan pendeta dan jemaat dari 23 gereja yang ada di Papua menyatakan diri tidak percaya akan adanya pandemi Covid-19 dan vaksin Corona.
Karena hal itu, sejumlah tokoh agama dan jemaat melakukan aksi bakar masker di halaman Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Samaria, Distrik Kwamki Narama, Mimika, papua, Minggu (1/8/2021).
Video pembakaran masker tersebut pun menjadi viral di media sosial dan ramai jadi perbincangan warganet. Simak ulasan selengkapnya:
-
Kenapa Dharma Pongrekun menolak istilah COVID-19? 'Saya sangat memahami mengenai pandemi ini. Ini adalah agenda tersembunyi dari luar negeri untuk mengambil alih kedaulatan negara kita. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya bangsa ini hingga harus mengikuti istilah yang ditetapkan, mengapa tidak menggunakan istilah Tofik, kenapa harus mengikuti COVID?,' ungkap Dharma.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kenapa Covid Pirola dikhawatirkan? Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Varian BA.2.86, yang dijuluki 'Pirola', adalah varian baru Omicron yang bermutasi dan memicu lonjakan kasus baru. Pirola memiliki lebih dari 30 mutasi penting, menurut Scott Roberts, spesialis penyakit menular Yale Medicine dikutip dari Al-Jazeera.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Siapa saja yang menolak pembentukan Kementerian Agama? Pada sidang PPKI 19 Agustus 1945 lagi-lagi pembentukan Kementerian Agama diusulkan, tetapi hanya 6 orang yang menyetujui. Beberapa tokoh penting justru menolak usulan ini. Siapa saja? Ada Johannes Latuharhary yang mengusulkan kepada rapat agar masalah-masalah agama diurus Kementerian Pendidikan. Rupanya usul tersebut didukung seorang wakil Islam dari Lampung, yaitu Abdul Abbas. Selain itu, Iwa Kusumasumatri, seorang nasionalis dari Jawa Barat, setuju gagasan perlunya Kementerian Agama. Hanya saja, karena pemerintah itu sifatnya nasional, agama seharusnya tidak diurus kementerian khusus. Penolakan juga datang dari tokoh pendidikan Taman Siswa, yaitu Ki Hadjar Dewantara. Beliau lebih suka urusan-urusan agama menjadi tugas Kementerian Dalam Negeri.
Mengaku Tidak Percaya Akan Adanya Virus Covid-19
Youtube/tvOneNews ©2021 Merdeka.com
Melansir dari video yang diunggah oleh akun Youtube tvOneNews, tampak beberapa pendeta dan jemaat berkumpul mengelilingi kobaran api di halaman gereja.
Sejumlah tokoh agama di GKII dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak percaya akan keberadaan virus Covid-19 di Indonesia. Menurut mereka, virus Corona hanyalah hasil kesimpulan manusia, bukan dari Tuhan.
"Nah ini mereka bakar banyak vaksin corona sama masker semua dibakar ini. Jadi kesimpulan dari bapak-bapak ini mereka sudah menenangkan jiwa-jiwa di tempat ini, mereka juga menghilangkan rasa takut karena Corona itu bukan Tuhan jadi tidak percaya sama Corona itu. Kita semua hidup karena kuasa Tuhan," kata pria dalam video, dikutip dari Youtube tvOneNews (3/8/2021).
Jemaat dan Pendeta di Gereja Papua Lakukan Aksi Bakar Masker
Youtube/tvOneNews ©2021 Merdeka.com
Beberapa tokoh agama tampak memimpin aksi tersebut, mereka terlihat kompak menggunakan jas hitam sambil memegang masker dan sebuah botol yang diduga merupakan botol vaksin. Mereka kemudian melemparkan beberapa masker yang di pegang ke kobaran api sebagai tanda pernyataan diri tidak percaya akan keberadaan virus Covid-19. "Atas nama Kwamki Narama, kami tidak percaya vaksin, vaksin dengan Corona," ucap salah satu tokoh agama dalam video.
Selama Ini Tetap Lakukan Kegiatan Seperti Biasa
Youtube/tvOneNews ©2021 Merdeka.com
Dalam pernyataannya, beberapa tokoh agama dalam video mengaku bahwa selama ini jemaat masih tetap melakukan kegiatan ibadah seperti biasa selama pandemi maupun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). "Kami tidak pernah menutup tempat ibadah-ibadah raya. Ada 23 gereja kami yang menjalani KKR," kata pria dalam video. Setelah melakukan aksi pembakaran masker, puluhan jemaat pun tampak langsung bersorak dan meninggalkan lokasi. Hingga berita ini ditulis, belum diketahui pasti apakah aksi tersebut merupakan pendapat dari seluruh jemaat GKII atau tidak.
(mdk/khu)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bakar batu adalah kegiatan sosial yang mengedepankan kerukunan dan gotong royong layaknya kerja bakti di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaSatpol PP bersama tim Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) menyegel satu unit bangunan di Garut, Jawa Barat, Rabu (3/7).
Baca SelengkapnyaGereja Sidang Tuhan Jemaat Agape Ministry di Jalan Raya Bogor, Depok terbakar pada Selasa (23/7) malam sekitar pukul 20.00 WIB,.
Baca SelengkapnyaKapolres Siak AKBP Asep Sujarwadi mengimbau jemaat Gereja HKBP Zamrud-Dayun untuk tidak terpecah belah oleh isu negatif selama Pilkada 2024.
Baca SelengkapnyaSejumlah elemen masyarakat Bali menganggap pelaksanaan Muktamar PKB mengganggu keamanan di Bali.
Baca SelengkapnyaViral momen petugas damkar Kota Depok menangis dan minta maaf karena gagal padamkan api yang hanguskan satu gereja.
Baca SelengkapnyaIa juga menegaskan, bahwa dengan adanya kegiatan tersebut bisa menimbulkan gesekan antara ormas dan masyarakat lokal.
Baca SelengkapnyaGrace ikut serta dalam pertemuan terbatas di GBI Bellevue, Cinere pada minggu siang.
Baca SelengkapnyaDeklarasi dihadiri lebih dari 500 massa dari masing-masing pimpinan dan anggota Ormas di Lapangan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (18/11).
Baca SelengkapnyaGus Yahya hanya mengetahui bahwa saat ini Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Addin Jauharudin sedang berada di Vatikan.
Baca SelengkapnyaKeberadaan makam keramat palsu ini sempat viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaRegenerasi menjadi isu utama di balik makin menyusutnya jumlah kelompok penghayat kepercayaan di Indonesia.
Baca Selengkapnya