Tujuan Gerakan Non Blok, Organisasi yang Dibentuk Akibat Kekhawatiran Pemimpin Negara
Merdeka.com - Ada dua hal yang mencakup tujuan Gerakan Non Blok. Indonesia bisa dikatakan mempunyai peran sangat penting dalam proses kelahiran organisasi Gerakan Non Blok (GNB). Organisasi ini lahir dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara dunia ketiga. Khususnya dari Asia dan Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia saat itu.
Hal tersebut karena adanya persaingan antara Blok Timur dan Blok Barat. Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara antara lain Indonesia, India, Pakistan, Burma serta Sri lanka, pertemuan pertama di Kolombo (Sri lanka) diselenggarakan pada tanggal 28 April – 2 Mei 1952. Kemudian dilanjutkan pertemuan di Istana Bogor pada tanggal 29 Desember 1954. Dua konferensi ini menjadi cikal bakal adanya Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung di mana menjadi awal lahirnya Gerakan Non Blok (GNB)
Lantas apa saja tujuan Gerakan Non Blok? Melansir dari laman resmi kebudayaan.kemdikbud, Rabu (28/10/2020), simak ulasan informasinya berikut ini.
-
Kenapa Strategi Nol Bersih IKN Nusantara dibentuk? 'Strategi ini tidak hanya menyajikan aksi nyata yang mewujudkan visi Indonesia yang modern dan berkelanjutan, namun juga mewakili upaya nyata Indonesia dalam memerangi perubahan iklim, dan berkontribusi pada aksi iklim yang lebih luas di Asia dan Pasifik.'
-
Mengapa Strategi Nol Bersih penting untuk Nusantara? Strategi ini tidak hanya menyajikan aksi nyata yang mewujudkan visi Indonesia yang modern dan berkelanjutan, namun juga mewakili upaya nyata Indonesia dalam memerangi perubahan iklim, dan berkontribusi pada aksi iklim yang lebih luas di Asia dan Pasifik.
-
Kenapa koalisi dibentuk di Indonesia? Dalam konteks kehidupan demokrasi di Indonesia, koalisi dibentuk dengan tujuan agar dapat mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden di pemilihan presiden.
-
Apa fungsinya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional? Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, fungsi bahasa Indonesia bagi masyarakat adalah sebagai berikut: Sebagai Lambang Kebanggaan KebangsaanSebagai lambang kebanggaan kebangsaan, Bahasa Indonesia memiliki fungsi yang sangat penting dalam memperkuat identitas dan kebanggaan setiap individu Indonesia.
-
Siapa yang menyatakan Indonesia netral? Pada tahun 1948, presiden pertama Indonesia, Ahmad Sukarno, menciptakan istilah 'bebas dan aktif' untuk menggambarkan kebijakan luar negeri negara ini.
-
Apa Strategi Nol Bersih untuk IKN Nusantara? Strategi ini berfungsi sebagai 'kompas' bagi Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) dalam merencanakan, mengembangkan, dan mengelola kota untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2045.
Awal Terbentuknya Gerakan Non Blok
Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara antara lain Indonesia, India, Pakistan, Burma serta Sri lanka, pertemuan pertama di Kolombo (Sri lanka) diselenggarakan pada tanggal 28 April – 2 Mei 1952. Kemudian dilanjutkan pertemuan di Istana Bogor pada tanggal 29 Desember 1954. Dua konferensi ini menjadi cikal bakal adanya Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tanggal 18 April – 25 April 1955. Dalam konferensi ini dihadiri oleh wakil setidaknya dari 29 negara Asia dan Afrika.
Konferensi Asia-Afrika inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Gerakan Non Blok (GNB). Sebenarnya, tujuan KAA adalah untuk mengidentifikasi serta mendalami berbagai masalah dunia saat itu. Selain itu juga berusaha memformulasikan kebijakan bersama negara-negara yang baru merdeka dalam tataran hubungan internasional. Sejak saat itu, proses pendirian Gerakan Non Blok kian mendekati kenyataan. Pada proses tersebut terdapat tokoh-tokoh pemegang kunci sejak awal yakni Presiden Mesir Ghamal Abdul Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawalharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito. Kemudian, lima tokoh ini dikenal sebagai pendiri Gerakan Non Blok.
Politik Luar Negeri Indonesia
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi I di Beogard, Yugoslavia pada 16 September 1961, negara-negara pendiri GNB bertepatan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan sebuah organisasi. Tujuannya untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya kerjasama di antara mereka. Pada Konferensi Tingkat Tinggi I ini juga ditegaskan, Gerakan Non Blok tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional. Melainkan untuk memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara anggotanya.
©2020 Merdeka.com/Imam Buhori
Gerakan Non Blok lantas menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia. Sebab, sejak awal Indonesia telah memiliki peran sentral dalam pendirian Gerakan Non Blok. Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 yang diselenggarakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung menjadi prinsip-prinsip utama Gerakan Non Blok. Inilah yang menjadi bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian Gerakan Non Blok.
Tujuan Gerakan Non Blok
Ada dua hal yang mencakup tujuan Gerakan Non Blok yakni tujuan ke dalam dan ke luar. Tujuan Gerakan Non Blok ke dalam adalah mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial serta politik yang jauh tertinggal dari negara maju. Sedangkan, tujuan Gerakan Non Blok ke luar adalah berusaha meredakan ketegangan antara Blok Timur dan Blok Barat. Tujuannya untuk menuju perdamaian dan keamanan dunia.Untuk bisa mewujudkan tujuan Gerakan Non Blok tersebut, negara anggota menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Pokok utama pembicaraan mereka yakni membahas berbagai persoalan yang berhubungan dengan tujuan Gerakan Non Blok itu sendiri. Selain itu juga ikut mencari solusi terbaik atas peristiwa-peristiwa internasional yang bisa membahayakan perdamaian serta keamanan dunia.
Pesan Jakarta
Di perjalanan sejarahnya, sejak Konferensi Tingkat Tinggi I di Beogard, Gerakan Non Blok setidaknya telah menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi sebanyak 16 kali. Terakhir kali Konferensi Tingkat Tinggi XVI yang berlangsung di Teheran pada bulan Agustus 2012. Sebagai salah satu pendiri Gerakan Non Blok, Indonesia pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi.
©2017 Merdeka.com
Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok X pada tahun 1992 yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Konferensi Tingkat Tinggi X ini dihadiri oleh lebih dari 140 delegasi dan 64 Kepala Negara. Konferensi Tingkat Tinggi ini juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yaitu Boutros Boutros Ghali. Pada Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok X ini menghasilkan 'Pesan Jakarta' yang mengungkapkan sikap Gerakan Non Blok terkait berbagai masalah. Mulai dari hak asasi manusia, demokrasi hingga kerjasama utara selatan dalam era pasca perang dingin. (mdk/tan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menlu menjelaskan, BRICS dan OECD adalah dua kelompok negara yang berbeda dalam tujuan, latar belakang, dan karakteristik anggotanya.
Baca SelengkapnyaOECD merupakan organisasi ekonomi yang dibentuk negara-negara barat. Sedangkan BRICS organisasi ekonomi yang dibentuk untuk melawan kekuatan negara barat.
Baca SelengkapnyaKepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Rycko Amelza Dahniel mengungkapkan Global Terrorism Index semakin baik.
Baca SelengkapnyaTdak ada ruang untuk mediokritas dalam diplomasi internasional.
Baca SelengkapnyaDalam perannya selama dua periode mnjabat menteri luar negeri, Retno Marsudi memapu membawa Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB.
Baca SelengkapnyaKoalisi menjadi faktor penentu dalam membentuk pemerintahan yang kuat dan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaSaat ini, bank pemerintah adalah bank yang paling berpengaruh dalam industri perbankan Indonesia.
Baca SelengkapnyaBicara Tantangan Global, Anies Baswedan Selipkan Doa: Indonesia Mendunia Kita Amin-kan
Baca SelengkapnyaHasto menantang mahasiswa untuk menggelar konfrensi Mahasiswa Asia-Afrika.
Baca SelengkapnyaKarena aspek ini menentukan bagaimana setiap negara bergerak untuk menuju target Net Zero Emission.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya menyiapkan kebijakan-kebijakan strategis untuk menjaga sektor industri.
Baca Selengkapnya