2016, pemerintah setop utang untuk dana siaga dari pihak asing
Merdeka.com - Kementerian Keuangan mengaku puas dengan pencapaian kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 dan kemampuan menerbitkan surat utang guna mencari pembiayaan. Melihat capaian ini, pemerintah akan menghentikan pembuatan komitmen pinjaman siaga (stanby loan) dari beberapa kreditur untuk tahun depan.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan menyebut, setiap tahunnya pemerintah rutin mengaktifkan pinjaman siaga yang diperoleh dari beberapa pihak. Seperti pada tahun lalu, pemerintah telah mengantongi komitmen pinjaman siaga sebesar USD 5 miliar.
"Dalam beberapa tahun, kita selalu punya standby loan aktif untuk menghadapi turbulensi. Dari USD 5 miliar pinjaman siaga yang aktif, kita tap in atau tarik pinjaman dari Bank Dunia USD 2 miliar dan ADB USD 500 juta karena bunganya lebih murah," ujar Robert di kantornya, Jakarta, Senin (4/1).
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Bagaimana cara pemerintah menghentikan investasi Temu di Indonesia? Perlu dicatat bahwa Temu bukan satu-satunya perusahaan yang menjadi target pemerintah. Budi Arie mengungkapkan bahwa Shein juga termasuk dalam daftar aplikasi yang ingin diblokir.
-
Mengapa PKB disebut menolak uang tersebut? Uang bernilai fantastis itu disebut agar Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mundur dari posisinya selaku calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan.
-
Kenapa menolak pinjam uang dibolehkan? Meminjamkan uang dianjurkan dalam Islam. Namun ada beberapa situasi di mana kita bisa menolak untuk meminjamkan uang bahkan disebut sebagai tindakan yang bijaksana dan sah.
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
-
Kenapa negara-negara takut dengan bunga pinjaman? Karena begitu bunga pinjaman naik sedikit saja, beban fiskal itu akan sangat, sangat besar,' jelasnya.
Sementara pinjaman dari pemerintah Australia sebesar USD 1 miliar dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) USD 1,5 miliar tidak ditarik karena dianggap sudah cukup dari dua lembaga internasional tersebut.
Hingga akhir 2015, seluruh komitmen pinjaman siaga tersebut masuk expiry date (kadaluarsa) dan pemerintah enggan mengaktifkan kembali karena beberapa alasan.
"Pemerintah Indonesia tidak ada niat sementara ini membuat atau memperpanjang pinjaman siaga baru lagi untuk berjaga-jaga karena baik dari segi penerimaan dan kredibilitas kita dalam mencari utang sudah bisa lebih independen," imbuhnya.
Dengan adanya penghentian komitmen tersebut, lanjut Robert, pemerintah yakin bisa menambah utangan dengan menerbitkan surat utang kapan saja mengingat data-data ekonomi makro Indonesia mengalami perbaikan dan masih dipandang bagus oleh investor.
"Volume penerimaan kita makin besar, rasio utang pemerintah terhadap PDB baru 27 persen, sistem lelang domestik dan penerbitan SUN valas reguler sudah dikenal dan dipercaya banyak investor. Jadi kami putuskan tidak buat stanby loan baru," jelas Robert.
Hal ini juga diperkuat dengan pengalaman pemerintah Indonesia untuk mencari dan menerbitkan surat utang saat terjadinya guncangan perekonomian hebat melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia.
"Kami sempat kesulitan menerbitkan surat utang valas, lelang surat utang. Tapi pemerintah cukup kredibel sehingga hal itu bisa teratasi. Penerimaan pajak ke depan yang diperkirakan lebih baik, tidak usah utang banyak-banyak walaupun kerjasama multilateral dan bilateral tetap ada," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rasio utang pada Agustus sendiri ini di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Keuangan Negara.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kini sebesar 38,49 persen.
Baca SelengkapnyaIni penjelasan Kementerian Keuangan mengenai utang baru Rp600 triliun.
Baca SelengkapnyaLuhut mengatakan, rencana pemerintah menyetop ekspor gas alam dari Indonesia masih menunggu persetujuan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca SelengkapnyaSurplus APBN ditopang oleh penerimaan negara yang masih lebih tinggi dibandingkan belanja negara.
Baca SelengkapnyaMenurut Luhut, pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa dicapai tanpa perlu mengorbankan keberlanjutan fiskal.
Baca SelengkapnyaDalam periode yang sama di tahun lalu, penarikan utang sebesar Rp480,4 triliun.
Baca SelengkapnyaSecara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.
Baca SelengkapnyaRealisasi capaian pembangkit pada periode 2023 sebesar 4.182,2 megawatt.
Baca SelengkapnyaBerikut ini daftar belanja negara yang diblokir sementara dalam rangka penyaluran bansos pangan.
Baca SelengkapnyaLuhut bilang rasio utang pemerintah hingga saat ini masih dalam batas kewajaran.
Baca Selengkapnya