Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

2016, pemerintah setop utang untuk dana siaga dari pihak asing

2016, pemerintah setop utang untuk dana siaga dari pihak asing Utang. ©Shutterstock

Merdeka.com - Kementerian Keuangan mengaku puas dengan pencapaian kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 dan kemampuan menerbitkan surat utang guna mencari pembiayaan. Melihat capaian ini, pemerintah akan menghentikan pembuatan komitmen pinjaman siaga (stanby loan) dari beberapa kreditur untuk tahun depan.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan menyebut, setiap tahunnya pemerintah rutin mengaktifkan pinjaman siaga yang diperoleh dari beberapa pihak. Seperti pada tahun lalu, pemerintah telah mengantongi komitmen pinjaman siaga sebesar USD 5 miliar.

"Dalam beberapa tahun, kita selalu punya standby loan aktif untuk menghadapi turbulensi. Dari USD 5 miliar pinjaman siaga yang aktif, kita tap in atau tarik pinjaman dari Bank Dunia USD 2 miliar dan ADB USD 500 juta karena bunganya lebih murah," ujar Robert di kantornya, Jakarta, Senin (4/1).

Sementara pinjaman dari pemerintah Australia sebesar USD 1 miliar dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) USD 1,5 miliar tidak ditarik karena dianggap sudah cukup dari dua lembaga internasional tersebut.

Hingga akhir 2015, seluruh komitmen pinjaman siaga tersebut masuk expiry date (kadaluarsa) dan pemerintah enggan mengaktifkan kembali karena beberapa alasan.

"Pemerintah Indonesia tidak ada niat sementara ini membuat atau memperpanjang pinjaman siaga baru lagi untuk berjaga-jaga karena baik dari segi penerimaan dan kredibilitas kita dalam mencari utang sudah bisa lebih independen," imbuhnya.

Dengan adanya penghentian komitmen tersebut, lanjut Robert, pemerintah yakin bisa menambah utangan dengan menerbitkan surat utang kapan saja mengingat data-data ekonomi makro Indonesia mengalami perbaikan dan masih dipandang bagus oleh investor.

"Volume penerimaan kita makin besar, rasio utang pemerintah terhadap PDB baru 27 persen, sistem lelang domestik dan penerbitan SUN valas reguler sudah dikenal dan dipercaya banyak investor. Jadi kami putuskan tidak buat stanby loan baru," jelas Robert.

Hal ini juga diperkuat dengan pengalaman pemerintah Indonesia untuk mencari dan menerbitkan surat utang saat terjadinya guncangan perekonomian hebat melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia.

"Kami sempat kesulitan menerbitkan surat utang valas, lelang surat utang. Tapi pemerintah cukup kredibel sehingga hal itu bisa teratasi. Penerimaan pajak ke depan yang diperkirakan lebih baik, tidak usah utang banyak-banyak walaupun kerjasama multilateral dan bilateral tetap ada," pungkasnya.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Anak Buah Sri Mulyani Sebut Utang Pemerintah Tak akan Bebani Masyarakat Kelas Menengah
Anak Buah Sri Mulyani Sebut Utang Pemerintah Tak akan Bebani Masyarakat Kelas Menengah

Rasio utang pada Agustus sendiri ini di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Keuangan Negara.

Baca Selengkapnya
Utang Pemerintah Tembus Rp8.461 Triliun per Agustus 2024
Utang Pemerintah Tembus Rp8.461 Triliun per Agustus 2024

Kemenkeu mencatat, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kini sebesar 38,49 persen.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Baru Rp600 Triliun Tahun Depan, Buat Apa?
Pemerintah Tarik Utang Baru Rp600 Triliun Tahun Depan, Buat Apa?

Ini penjelasan Kementerian Keuangan mengenai utang baru Rp600 triliun.

Baca Selengkapnya
Luhut Soal Setop Ekspor LNG: Kalau Kontrak Selesai Tak akan Diperpanjang
Luhut Soal Setop Ekspor LNG: Kalau Kontrak Selesai Tak akan Diperpanjang

Luhut mengatakan, rencana pemerintah menyetop ekspor gas alam dari Indonesia masih menunggu persetujuan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp104 Triliun Meski APBN Surplus, Sri Mulyani Beri Penjelasan Begini
Pemerintah Tarik Utang Rp104 Triliun Meski APBN Surplus, Sri Mulyani Beri Penjelasan Begini

Surplus APBN ditopang oleh penerimaan negara yang masih lebih tinggi dibandingkan belanja negara.

Baca Selengkapnya
Luhut: Utang Indonesia Masih Sangat Rendah, Program IKN dan Makan Bergizi Gratis Bisa Diselesaikan
Luhut: Utang Indonesia Masih Sangat Rendah, Program IKN dan Makan Bergizi Gratis Bisa Diselesaikan

Menurut Luhut, pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa dicapai tanpa perlu mengorbankan keberlanjutan fiskal.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp198 Triliun Hingga September 2023
Pemerintah Tarik Utang Rp198 Triliun Hingga September 2023

Dalam periode yang sama di tahun lalu, penarikan utang sebesar Rp480,4 triliun.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun

Secara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Prabowo Harus Bayar Utang Negara Rp800 Triliun di 2025
Pemerintah Prabowo Harus Bayar Utang Negara Rp800 Triliun di 2025

Kemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tunda Pengoperasian Pembangkit Listrik di Jawa-Bali, Ini Alasannya
Pemerintah Tunda Pengoperasian Pembangkit Listrik di Jawa-Bali, Ini Alasannya

Realisasi capaian pembangkit pada periode 2023 sebesar 4.182,2 megawatt.

Baca Selengkapnya
Daftar Belanja Negara yang Diblokir Sri Mulyani Demi Bansos Pangan
Daftar Belanja Negara yang Diblokir Sri Mulyani Demi Bansos Pangan

Berikut ini daftar belanja negara yang diblokir sementara dalam rangka penyaluran bansos pangan.

Baca Selengkapnya
Luhut Optimis Proyek IKN dan Program Makan Gratis Tetap Jalan Meski Negara Harus Bayar Utang Rp800 Triliun di 2025
Luhut Optimis Proyek IKN dan Program Makan Gratis Tetap Jalan Meski Negara Harus Bayar Utang Rp800 Triliun di 2025

Luhut bilang rasio utang pemerintah hingga saat ini masih dalam batas kewajaran.

Baca Selengkapnya