2016, perdagangan Alutsista global diprediksi sentuh USD 69 miliar
Merdeka.com - Perdagangan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) global berpotensi mencapai USD 69 miliar pada 2016. Itu bakal menjadi rekor tertinggi lantaran penjualan tahun lalu menyentuh USD 65 miliar.
Demikian diungkap IHS Jane dalam laporan terbarunya, seperti diberitakan CNBC, Senin (13/6).
Ditengarai, lonjakan penjualan tersebut disulut sejumlah faktor. Diantaranya, peningkatan ketegangan di sejumlah wilayah, termasuk Laut China Selatan, permintaan yang konsisten dari Timur Tengah, dan kebangkitan industri pertahanan Prancis.
-
Kapan ekspor pertanian mencapai Rp. 616,35 Triliun? Begitupun di Tahun 2021 ekspor pertanian tercatat mencapai Rp. 616,35 Triliun meningkat 36,43 % jika dibandingkan tahun sebelumnya.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Apa yang dimiliki China? Tidak mengherankan, mengingat populasinya yang besar, China memimpin dengan jumlah pengguna internet global, diperkirakan mencapai 1,05 miliar.
-
Kapan Cina mengekspor jamur salju terbanyak? Pada tahun 1997, Cina mengekspor hingga 130.000 ton jamur ini, menunjukkan betapa pentingnya fungi ini dalam industri makanan dan kesehatan.
-
Apa yang Kemendag lepas ekspornya? Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi melepas ekspor kosmetik dari Sidoarjo ke Malaysia senilai 7 juta Ringgit Malaysia (RM) atau lebih dari Rp20 miliar, pada Senin.
-
Apa yang ditemukan di Laut China Selatan? Dua kapal ini berasal dari masa Dinasti Ming, yang berkuasa di China dari tahun 1368-1644. Dua bangkai kapal kuno ditemukan di kedalaman sekitar 1.500 meter di Laut China Selatan.
Importir alutsista tertinggi tetap dipegang Timur Tengah. Total pembelian negara-negara di wilayah tersebut mencapai USD 21,6 miliar pada 2015.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, keduanya mengimpor alutsista senilai USD 11,4 miliar atau sekitar 17,5 persen dari total pembelian global. Itu lebih dari penggabungan angka pembelian seluruh negara Eropa Barat. Dan, meningkat ketimbang pembelian tahun sebelumnya sebesar USD 8,6 miliar.
Ini jelas menguntungkan Amerika Serikat sebagai eksportir utama untuk Timur Tengah. Sebab, Paman Sam tetap menggenggam status sebagai eksportir alutsista terbesar di dunia dengan penjualan sebesar USD 22,9 miliar meningkat ketimbang 2009 yang sebesar USD 12,9 miliar.
Analis IHS Ben Moores mengatakan kejutan datang dari industri pertahanan Prancis. Negara multietnis itu berhasil mencetak penjualan sebesar USD 18 miliar, naik ketimbang tahun sebelumnya sebesar USD 8 miliar.
"Prancis sangat mengesankan. Hampir tak pernah terdengar ada negara eksportir yang berhasil meningkatan penjualannya lebih dari dua kali lipat dalam 24 bulan.
Lagi-lagi ini berkat permintaan dari Timur Tengah. Prancis dinilai memiliki keunggulan dalam hal pengiriman barang yang lebih cepat ketimbang Amerika Serikat.
Jika konsisten, Prancis diramalkan bakal menyalip Rusia sebagai eksporter kedua terbesar di dunia pada 2018.
Di sisi lain, sejumlah negara di Asia Pasific telah mengakselerasi belanja pertahanannya. Ini dalam rangka mengatisipasi ancaman dari China terkait konflik Laut China Selatan.
Impor alutsista ke kawasan tersebut meningkat 71 persen ketimbang 2009. Dimana Korea Selatan melakukan pembelian sebesar USD 2,18 miliar. Menjadikan Negara Ginseng itu sebagai importir terbesar kelima di dunia.
Sementara, Australia mengimpor sebesar USD 2,3 miliar, terbesar ketiga.
Pasar senjata masih berpotensi membesar. Ini lantaran negara-negara baltik atau pecahan Uni Soviet tengah meningkatkan keamanannya seiring konflik dengan Rusia.
"Estonia and Latvia membuka kontrak murni lantaran di dorong oleh persoalan dengan Rusia dan keterlibatan Moskow di Ukraina," kata Moores. (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nilai belanja militer itu naik 6,8 persen dari 2022 dan mencatat lompatan paling tajam sejak 2009, demikian disebutkan dalam laporan tersebut.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan, nilai impor Juli 2024 mengalami peningkatan 11,07 persen.
Baca SelengkapnyaAngka ekspor Indonesia periode Agustus 2024, naik 5,97 persen.
Baca SelengkapnyaSemua sektor mengalami peningkatan, terutama didorong oleh kenaikan nilai ekspor industri pengolahan sebesar 4,56 persen.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia per Juli 2024 turun sebesar USD470 juta menjadi USD1,92 miliar dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD2,39 miliar.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan besi baja sempat dikeluhkan, karena nilai impor komoditas itu lebih dominan dibandingkan dengan ekspor.
Baca SelengkapnyaMenurut Dahnil, informasi Anies tersebut menyesatkan publik.
Baca Selengkapnya