25 Persen Negara Berkembang Terancam Gagal Bayar Utang
Merdeka.com - Presidensi G20 Indonesia mendorong penghapusan utang bagi negara berkembang dan miskin. Ini perlu dilakukan mengingat total utang mereka kini mencapai USD 12,9 miliar akibat pandemi Covid-19.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan, terkait dengan utang itu memang perlu didorong oleh Indonesia sebagai negara berkembang. Sebab, ada 25 persen negara berkembang dari keseluruhan negara berkembang G20 maupun di luar G20 yang terancam gagal bayar utang.
Seperti contoh negara Argentina dan Sri Lanka, dua negara tersebut bukanlah negara miskin melainkan negara berkembang.
-
Dimana negara berkembang di benua Asia? Negara Berkembang di Benua Asia Bhutan, Kazakstan, Mongolia, Armenia, Afghanistan, Bangladesh, Brunei, Kamboja, China, India, Korea Utara, Indonesia, Myanmar, Nepal, Papua Nugini, Palestina.
-
Apa peringkat negara terkaya di Asia Tenggara? Diketahui, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara terkaya di Asia Tenggara dengan pendapatan kotor per kapita sekitar Rp 59,29 juta. Sementara, peringkat pertama dimiliki oleh Singapura yang memiliki pendapatan kotor per kapita sebesar Rp935,37 juta.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Negara mana yang mereka lalui? Mereka akan bersepeda melintasi negara seperti SIngapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Uni Emirat Arab.
-
Kenapa negara berkembang masih bergantung pada pihak asing? Angka ketergantungan pada pihak asing dan pengangguran tinggi.
-
Apa ciri utama negara maju? Negara maju adalah negara yang memiliki standar hidup tinggi dengan perekonomian merata, penggunaan teknologi tinggi, dan telah berhasil dalam berbagai bidang.
"Ada 25 persen negara berkembang dari G20 maupun di luar G20 yang terancam gagal bayar utang. Contohnya Argentina. Argentina itu bukan negara miskin itu dia negara berkembang. Kemudian negara Sri lanka itu law middle income country dia bukan negara miskin tapi negara berkembang," ujar Bhima kepada Merdeka.com, Jumat (18/11).
Bhima menjelaskan, negara berkembang rentan sekali menghadapi risiko gagal bayar. Sehingga dalam KTT G20 diharapkan adanya tindak lanjut dari penghapusan beban utang.
"Nah Indonesia seharusnya terlibat di dalam pembahasan itu secara aktif dan menjadi penerima dari penghapusan utang misalnya penghapusan utang untuk kesehatan. Penghapusan utang untuk iklim itu bisa jadi salah satu opsi untuk bisa meringankan beban utang," terang Bhima.
Indonesia pada tahun 2023, sebanyak 20 persen dari total belanja pemerintah pusat akan habis hanya untuk membayar bunga utang sebanyak Rp400 triliun.
"Jadinya itu yang seharusnya ditindaklanjuti dari kesepakatan G20 kalau memang sifatnya di finance atau keuangan," tambahnya.
Dorongan Penghapusan Utang di KTT G20
Presidensi G20 Indonesia mendorong penghapusan utang bagi negara berkembang dan miskin. Ini perlu dilakukan mengingat total utang mereka kini mencapai USD 12,9 miliar akibat pandemi Covid-19.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI, Wempi Saputra menyatakan, Konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 diharapkan segera memutuskan restrukturisasi utang ini.
"Ini untuk mempercepat pemulihan ekonomi global khususnya bagi negara miskin," kata Wempi dikutip dari keterangannya di Jakarta, Selasa (15/11).
Hingga sekarang, telah ada sekitar 48 negara miskin yang sudah mendapat keringanan penundaan pembayaran utang, namun penundaan bukan sebuah solusi karena tetap ada dan harus diselesaikan.
Oleh sebab itu, lanjutnya, Indonesia sebagai Presidensi G20 harus menjadi fasilitator bagi negara-negara miskin agar bisa mendapat solusi terhadap pembayaran utang mereka.
Wempi menegaskan Indonesia memainkan peran aktif sebagai Presidensi G20 dengan memberi dukungan penuh dan intens dalam membawa pesan penyelesaian utang ini.
Terlebih lagi, kata dia, pandemi yang berkepanjangan telah menyebabkan kontraksi perekonomian pada sejumlah negara terutama bagi negara miskin.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai menuju target tersebut bukan perkara gampang.
Baca SelengkapnyaNegara miskin menghadapi ketidakstabilan ekonomi dan bahkan kebangkrutan akibat beban pinjaman luar negeri.
Baca SelengkapnyaArsjad mengatakan, Indonesia saat ini masih dalam konteks terjebak di perangkat negara berpendapatan menengah (middle income trap).
Baca SelengkapnyaKesenjangan mulai terasa sejak tahun 2008 hingga 2023.
Baca SelengkapnyaNegara miskin diyakini memiliki kekuatan dalam bernegosiasi karena mereka merasakan dampaknya secara langsung.
Baca Selengkapnya30 Negara telah menjadi pasien IMF karena perekonomian global yang terus mengalami tekanan. Namun, kini 11 negara di antaranya sudah membaik.
Baca SelengkapnyaDalam laporan terbaru ADB, sekitar 155,2 juta orang atau 3,9 persen penduduk di negara berkembang Asia hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Baca SelengkapnyaMenteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menilai, ekonomi Indonesia saat ini lebih kuat dibanding banyak negara lain.
Baca SelengkapnyaPerbedaan negara maju dan berkembang dilihat dari ciri-cirinya.
Baca SelengkapnyaIndonesia masih punya waktu sampai 2030 untuk bisa menaikan gaji rata-rata para pekerja di level Rp15 juta per bulan.
Baca SelengkapnyaApakah Indonesia termasuk yang dilanda kerawanan pangan?
Baca SelengkapnyaTekanan yang dialami negara-negara maju itu dipengaruhi kenaikan suku bunga yang terlalu tinggi yang terjadi di berbagai negara.
Baca Selengkapnya