3 Pendorong Defisit Transaksi Berjalan Triwulan I Turun Menjadi USD 3,9 Miliar
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan defisit transaksi berjalan pada triwulan I 2020 mencapai USD 3,9 miliar atau 1,42 persen dari PDB. Angka ini menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Ini mengonfirmasi bahwa defisit transaksi berjalan di triwulan I itu lebih rendah 1,5 persen dari PDB dari perkiraan kami di tahun ini defisit transaksi berjalan akan tetap terkendali di bawah 2 persen dari PDB," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, Kamis (28/5).
Perry menyebutkan tiga faktor yang mendukung terkendalinya defisit transaksi berjalan rendah. Pertama, lebih tingginya neraca perdagangan barang pada triwulan I sebesar USD 4,4 miliar, dibandingkan tahun lalu USD 39,9 miliar.
-
Kapan deflasi di Indonesia terjadi? Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa Indonesia mengalami deflasi lagi pada bulan September 2024.
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Mengapa laba Bank Mandiri naik di tahun 2023? Kunci kesuksesan Bank Mandiri ini tak lepas dari strategi bisnis yang konsisten untuk fokus pada pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem serta didukung dengan strategi digitalisasi.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
Perry merincikan, ekspor mengalami peningkatan pada triwulan I, yakni USD 41,7 miliar, dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar USD 41,2 miliar. Sementara impor mengalami penurunan di triwulan I yakni USD 37,3 miliar, dibandingkan tahun lalu sebesar USD 39,9 miliar.
"Jadi faktor yang pertama itu lebih tingginya neraca perdagangan barang. Neraca perdagangan barang triwulan I adalah USD 4,4 miliar, tahun lalu USD 1,3 miliar," kata Perry.
"Neraca perdagangan jasa itu membaik, memang ekspor sedikit peningkatan, tapi yang terutama penurunan impor," sambungnya.
Faktor Selanjutnya
Perry menyebutkan, lebih rendahnya perkiraan realisasi dari defisit neraca jasa, menjadi faktor kedua yang mempengaruhi terjaganya defisit transaksi berjalan. Menurutnya, dampak dari covid-19 telah menurunkan devisa masuk dari pariwisata karena memang pembatasan pergerakan aktivitas manusia antar negara termasuk juga pariwisata ke Indonesia.
"Tetapi juga diimbangi dengan penurunan pariwisata atau turis yang keluar, baik dari perjalanan luar negeri maupun juga termasuk kegiatan ibadah umrah maupun yang lain," jelasnya.
Terakhir, yaitu faktor ketiga, adalah lebih rendahnya pendapatan primer, termasuk di dalamnya adalah pendapatan bunga berkaitan dengan penurunan SBN yang dimiliki oleh investor asing. Mengingat kembali adanya capital outflow yang disebabkan kepanikan pasar global akibat pandemi covid-19.
Reporter: Pipit Ika Ramadhani
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
NPI pada triwulan I 2024 mencatat defisit USD6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar USD140,4 miliar.
Baca SelengkapnyaTingkat inflasi hingga bulan Juli, sudah turun hingga angka 3,08 persen.
Baca SelengkapnyaPembiayaan utang pada semester I-2023 mencapai Rp166,5 triliun, menurun 15,4 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Baca SelengkapnyaTransaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit secara terus-menerus dalam dua kuartal terakhir.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca SelengkapnyaIndef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaPII Indonesia mencatat kewajiban neto USD247,3 miliar, turun dibandingkan dengan kewajiban neto pada akhir triwulan I-2024 sebesar USD253,9 miliar.
Baca SelengkapnyaULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,4 persen (yoy)
Baca SelengkapnyaDalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Baca SelengkapnyaPosisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaBank Indonesia (BI) melaporkan, utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2024 menurun.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III-2023 sebesar 4,94 persen (yoy), lebih rendah dari periode yang sama di tahun 2022 sebesar 5,17 persen.
Baca Selengkapnya