4 Alasan suksesnya karir meski tak kerja di Jakarta
Merdeka.com - Banyak penduduk di luar Jakarta memilih untuk mengadu nasib di Ibu Kota. Masyarakat menganggap Jakarta merupakan tempat yang tepat untuk meraih kesuksesan, mengingat pusat pemerintahan dan perekonomian berada di kota ini.
Sayangnya, makin meningkatnya urbanisasi di Jakarta membuat semakin tingginya persaingan antar masyarakat, terutama dalam mendapatkan pekerjaan.
Bagi mereka yang beruntung akan mendapatkan pekerjaan. Namun bagi mereka yang belum beruntung harus merasakan berkali-kali ditolak perusahaan, dan mungkin harus menunggu 2-3 tahun bertahan di Jakarta sampai akhirnya menyerah pulang kampung atau mencari pekerjaan di kota lain.
-
Bagaimana Jakarta meningkatkan kenyamanan warganya? Jakarta dibangun lebih kekinian. Kalau kata anak sekarang, 'Instagramable Banget' Halte Transjakarta tak sekadar tempat naik turun penumpang. Sambil nunggu bus, kini bisa berselfie ria.
-
Bagaimana Jakarta menarik investor? Pemprov DKI Jakarta mengundang para investor untuk datang menjajaki berbagai proyek potensial yang dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) serta badan layanan umum daerah (BLUD).
-
Kenapa Jakarta menjadi pusat perdagangan? Geliat perdagangan berputar cepat di sini bahkan hingga jadi kota pelabuhan yang dikenal dunia.
-
Apa julukan Jakarta? Menariknya, sematan kata 'The Big Durian' membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
-
Mengapa Jakarta butuh investasi? Oleh karena itu, dibutuhkan investasi dari dalam dan luar negeri untuk membiayai pembangunan DKI Jakarta.
-
Kenapa kawasan elit di Jakarta banyak diminati? DKI Jakarta masih menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dikutip dari Hipwee, banyak anak muda saat ini justru lebih memilih bekerja di luar Jakarta. Menurut mereka, Jakarta bukan satu-satunya tempat untuk meraih kesuksesan.
Berikut 4 alasan mengapa kesuksesan tak hanya bisa didapat di Jakarta.
Penduduk Jakarta tak akan bisa lepas dari kemacetan
Jakarta dinobatkan menjadi kota dengan kemacetan paling tinggi di dunia pada tahun 2015. Bagi setiap penduduk Jakarta ini merupakan hal biasa, namun tahukah Anda bahwa kemacetan juga bisa memengaruhi karir Anda.
Setiap hari, Anda harus bangun di pagi buta dan pulang larut malam untuk menghindari kemacetan. BAhkan, Anda tidak memiliki waktu yang cukup hanya untuk bersantai dengan keluarga dan melakukan aktivitas produktif lainnya.
Tercatat, Indonesia mengalami kerugian hingga Rp 35 triliun karena menghabiskan sebagian harinya dengan kemacetan. Jika ada kota lain yang menawarkan tingkat kemacetan minim, kenapa Anda harus menolaknya.
Gaji yang besar di Jakarta diikuti biaya hidup yang besar
Selain kemacetan, Anda juga harus mempertimbangkan biaya hidup yang dikeluarkan selama berada di Jakarta. Sayangnya, gaji yang besar di Jakarta juga diikuti dengan besarnya biaya hidup.
Seperti tempat tinggal. Pastinya, Anda memilih tempat tinggal berupa rumah kontrakan atau kos yang dekat dengan kantor. Namun, semakin dekat dengan pusat perkantoran, harga rumah kontrakan maupun kos akan semakin mahal.
Padahal, Anda juga harus berhemat tak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, juga untuk simpanan jangka panjang. Namun, dengan besarnya biaya hidup membuat Anda harus memutar otak agar uang yang Anda miliki bisa cukup dalam waktu satu bulan.
Jika uang sewa tempat tinggal di Jakarta bisa Anda gunakan untuk banyak hal di kota lain, maka Anda harus mempertimbangkan hal itu.
Jakarta tak lepas dari mall dan kehidupan malam
Meski mall atau hiburan malam tidak hanya menjamur di Jakarta, tak bisa dipungkiri kultur pergaulan urban di Jakarta merupakan salah satu yang tergila.
Kesenjangan sosial juga akan berpengaruh dari kultur pergaulan ini. Secara tidak sadar, Anda akan terbawa arus pergaulan tersebut agar mudah beradaptasi.
Tentunya, Anda juga harus mempertimbangkan hal ini. Apakah Anda ingin menghabiskan waktu libur atau waktu senggang Anda dengan pergi ke mall saja, atau memilih kota yang bisa menjanjikan tempat hiburan yang nyaman, tenang, dan murah.
Banyak startup tumbuh di luar Jakarta
Tingginya biaya sewa gedung sampai upah minimum karyawan di Jakarta, membuat banyak perusahaan rintisan baru atau startup memilih kota lain, seperti Yogyakarta atau Bandung sebagai markas utamanya.
Anda tentunya tidak bisa meremehkan perusahaan startup saat ini, mengingat industri ini tengah berkembang di beberapa negara. Hal ini menandakan bahwa kesuksesan tak hanya bisa didapat di Jakarta saja.
ÂÂ
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Urbanisasi besar-besaran di Jakarta dimulai pada tahun 1949, ketika Ibukota dipindahkan kembali ke Jakarta. Sebelumnya ibu kota berada di Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaItu menjadi wajar lantaran Jakarta akan menjadi pusat perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaJakarta memiliki wisata budaya hingga belanja yang siap memanjakan pengunjung.
Baca SelengkapnyaSektor perdagangan besar dan eceran mampu menyerap hampir seperempat masyarakat Jakarta bekerja.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data BPS pada 2023, rata-rata kepadatan penduduk di Jakarta mencapai 16.146 per km persegi. Sementara, Jakarta Pusat menjadi wilayah paling padat.
Baca SelengkapnyaKepala Dinas Dukcapil Provinsi DKI Jakarta Budi Awaludin memprediksi jumlah pendatang tahun ini akan turun
Baca SelengkapnyaJakarta sebagai kota global ini disiapkan setelah kota tersebut tak lagi menyandang ibu kota negara.
Baca SelengkapnyaDKI Jakarta ke depannya harus bisa menjadi Global City yang sukses seperti Dubai.
Baca SelengkapnyaPemrov rancang strategi saat Jakarta tak lagi jadi ibu kota negara.
Baca SelengkapnyaTren jumlah pendatang baru usai Lebaran atau arus balik adalah naik turun selama empat tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaPengangguran di jJakarta sudah mencapai 7 ribuan orang.
Baca SelengkapnyaDKI Jakarta diimbau untuk mencontoh Dubai yang sukses menjadi Global City.
Baca Selengkapnya