4 Cerita miris pedagang Glodok, jual kios hingga untung pas-pasan
Merdeka.com - Kios-kios di pusat penjualan barang elektronik, Pasar Glodok mulai banyak yang tutup. Toko elektronik yang buka pun tidak sebanding dengan jumlah pembeli yang datang.
"Lagi sepi bang. Sudah hampir dua bulan belakangan ini sepi," ujar pedagang laptop Yono di Pasar Glodok, Taman Sari, Jakarta, Sabtu (15/7).
"Tidak tahu juga (kenapa pengunjung sepi). Ya mungkin karena ada yang jualan online itu ya, jadi semuanya pada lari ke online," kata Yono.
-
Mengapa Pasar Pakelan sepi? 'Sudah bubar pasarnya. Tadi pagi ramai. Jam setengah 6 pagi sudah ramai di sini,' kata salah seorang pedagang di Pasar Pakelan.
-
Bagaimana Pasar Pakelan ramai? Pasar itu sendiri hanya ada dua kali setiap lima hari, yaitu setiap hari pasaran wage dan legi. Pasar itu biasanya ramai jam 6-7 pagi.
-
Kenapa Pasar Dondong sepi pengunjung? Warga sekitar mengatakan, dahulu Pasar Dondong sempat ramai pengunjung. Bahkan baik penjual maupun pembeli selalu memadati jalanan untuk melakukan transaksi jual beli. Namun kondisi sekarang justru jadi sangat sepi. Tak ada yang tahu kenapa kondisi ini bisa terjadi.
-
Kenapa Pasar Puhpelem ramai? Para pedagang dan pembelinya tak hanya berasal dari Wonogiri, namun juga dari kabupaten di dekatnya yaitu Ponorogo dan Magetan.
-
Di mana produk-produk itu dijual? Sebuah studi baru mengungkapkan adanya ratusan produk kosmetik yang mengandung bahan terlarang. Pada hari Rabu, European Chemicals Agency (ECHA) merilis temuannya setelah menyelidiki hampir 4.500 produk kosmetik di 13 negara Eropa.
-
Bagaimana suasana Pasar Ploso? Hari masih pagi saat kanal YouTube Jejak Richard mengunjungi pasar tradisional Ploso melalui video yang diunggah pada 25 Januari lalu. Hari itu langit mendung. Transaksi jual beli sudah terlihat walau suasananya tidak terlalu ramai.
Pantauan merdeka.com, suasana yang lebih lengang lagi akan terlihat bila pengunjung beranjak ke lantai yang lebih tinggi. Jumlah deretan toko yang ditutup makin banyak di tiap lantai.
Hal ini menyebabkan lingkungan sekitar menjadi kotor dan tidak terawat. Lorong depan toko yang tutup tampak tidak dibersihkan. Hal ini nyata dengan banyaknya puntung rokok dan bungkusan makanan ringan yang dibuang begitu saja.
Selain itu, tumpukan kardus barang elektronik yang memenuhi lorong serta minimnya penerangan pun menambah kesan tak terawat sehingga membuat pengunjung enggan lewat.
Di lantai 5 Pasar Glodok, kondisi cukup miris. Banyak toko tutup dan pengunjung tak banyak yang datang. Cuma suara pedagang yang ngobrol satu sama lain atau menyapa satu atau pengunjung yang lewat.
"Kalau yang ini setahu saya bukan pada tutup, tapi sejak saya mulai di sini memang belum pernah buka," kata penjual game, Chandra.
"Ya seperti saya bilang tadi. Teknologi sudah pada ketinggalan mungkin cari usaha lain, buka toko lain kali. Kalau jual kayak suku cadang, alat-alatnya itu tidak bakal bertahan. Kalau buka sih tidak ada, banyaknya yang tutup," tambahnya.
Namun, ada cerita yang lebih miris lagi dari para pedagang. Berikut ceritanya seperti dirangkum merdeka.com:
Beli kios Rp 70 juta, jual Rp 15 juta
Pusat penjualan barang elektronik, Pasar Glodok, kini sepi pengunjung. Jarang sekali ada transaksi jual beli antara pedagang dan pembeli di pasar tersebut.Kondisi ini membuat para pedagang menjual lapak atau kiosnya ke penjual lain. Bahkan, pedagang rela jual murah karena tidak ada lagi keuntungan yang didapat dari kios tersebut.Pedagang elektronik, Marvi (50) mengaku harus gulung tikar karena sepinya pengunjung Pasar Glodok. Dia pun turut menjual kiosnya ke pedagang lain seharga Rp 15 juta."Sepi, pemasukan sedikit. Daripada rugi jadi dijual saja. Saya beli kios Rp 70 juta tapi saya jual 15 juta," ujarnya kepada merdeka.com di Jakarta, Selasa (18/7).
Hanya menutup kebutuhan sehari-hari
Pedagang elektronik, Lili (42) menegaskan, sepinya pengunjung sudah terasa semenjak setahun terakhir. Lili pun bercerita pemasukannya saat ini hanya cukup untuk keperluan sehari-hari."Omzet berkurang jauh, dulu uang pemasukan bersih bisa disisihkan sebagian untuk disimpan. Kalau sekarang uang masuk buat bayar sewa dan hanya untuk makan sehari-hari," kata Lili.
Kios dijadikan gudang
Pasar Glodok pusat penjualan barang elektronik tampak sepi pengunjung. Tak hanya itu, suasana lengang juga diakibatkan banyaknya toko elektronik yang ditutup.Beberapa pedagang mengaku sudah cukup banyak rekan mereka sesama pedagang yang menutup toko dan pindah ke tempat lain. Ada pula yang menjadikan toko yang tutup sebagai gudang."Banyak yang tutup. Sudah pindah. Ada juga yang dijadiin gudang saja sama pemiliknya. Jadi tokonya di sebelah, gudangnya di sebelah," kata Sugeng, pemilik reparasi Handy Talkie kepada merdeka.com, di Pasar Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, Sabtu (15/7).Selain dijadikan gudang oleh pemiliknya, toko yang tutup juga disewakan oleh pemilik sebelumnya. Di beberapa sisi pasar, tampak berapa toko yang tutup, disertakan pesan singkat 'disewakan' lengkap dengan nomor kontak pemilik sebelumnya."Yang itu sudah tutup. Pindah dia ke Kalimalang. Kayaknya masih punya dia, hanya disewakan. Tuh nomor hp-nya masih ada," pungkasnya.
Pecat pegawainya
Sepinya pengunjung di Pasar Glodok, Jakarta, membuat pedagang harus memutar otak untuk mencari jalan keluar agar dapat menjalankan usahanya tanpa rugi. Sebagian pedagang memilih untuk mengurangi pegawainya dan menjalankan usaha sendiri.Pedagang elektronik, Lili (42) mengaku pengurangan pegawai untuk meminimalisir pengeluarannya. Awalnya, dia memiliki satu orang pegawai, namun karena sepi akhirnya dia memberhentikan pegawai tersebut,"Dari pada mikirin gaji pegawai, apalagi kondisinya seperti ini transaksi tidak banyak. Jadi lebih baik jaga sendiri," katanya kepada merdeka.com, Selasa (18/7).Pedagang lainnya, Rini (39), juga mengalami hal yang sama. Dia mengaku pendapatannya turun hampir 60 persen, sehingga tidak dapat membayar pegawai."Dulu pegawai sampai lima orang, soalnya kalau lagi ramai suka ribet. Pendapatan per hari biasanya paling banyak Rp 500.000, kalau sekarang untung-untungan tidak menentu. Jadi pegawai sekarang hanya dua orang," jelas Rini.Rini menegaskan sepinya pembeli dan turunnya omzet disebabkan maraknya perdagangan online yang sedang terjadi."Karena sekarang sudah canggih, semuanya sudah bisa di akses dari internet. Pembelian dan pembayaran sudah otomatis. Jadi tidak perlu jalan-jalan ke sini," pungkasnya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sepinya pengunjung Pasar Tanah Abang membuat omzet para pedagang terus ambruk.
Baca SelengkapnyaHiruk pikuk Pasar Tanah Abang sebagai salah satu pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara ternyata menyimpan lorong gelap dengan puluhan kios yang tutup.
Baca SelengkapnyaSebelum adanya TiktokShop ini, pendapatan yang didapat dari penjualan baju gamis ini mendapatkan Rp20 juta per hari.
Baca SelengkapnyaSepinya pembeli di Pasar Tanah Abang sudah mulai terasa usai Lebaran 2023, dan terus mengalami penurunan pengunjung hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaNama Pasar Gembrong sangat familiar bagi warga Ibu Kota.
Baca SelengkapnyaTeten mengunjungi beberapa pedagang untuk ditanyai perihal toko yang sepi pembeli.
Baca SelengkapnyaGunawan telah bekerja sebagai penjual di Blok M sejak tahun 2015, awalnya di lantai atas sebelum lantai itu ditutup.
Baca SelengkapnyaKawasan yang dulu ramai dan menjadi tempat favorit warga DKI Jakarta untuk belanja kini terlihat sepi.
Baca SelengkapnyaPadahal pasar pusat kota ini merupakan pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaKondisi Pasar Kenari yang sepi pengunjung membuat pedagang buku memutar otak untuk mendapatkan pembeli.
Baca SelengkapnyaBeberapa kios di sekitar pasar juga tampak tutup, sementara pedagang yang buka hanya terlihat duduk di depan tokonya karena tidak ada pengunjung yang singgah.
Baca SelengkapnyaSetelah TikTok Shop resmi ditutup pekan lalu, sejumlah pengunjung mulai berlalu-lalang di kawasan Pasar Tanah Abang yang sebelumnya dikabarkan sepi.
Baca Selengkapnya