4 Dampak mengerikan anjloknya harga minyak dunia
Merdeka.com - Harga minyak dunia terus mengalami penurunan. Bahkan untuk bulan ini saja, harga sudah anjlok 20 persen di bawah USD 47 per barel pada Selasa (28/7). Posisi harga minyak dunia sempat menyentuh titik terendah sejak 2009 silam.
Penurunan harga didorong oleh dinamika pasar. Salah satunya, revolusi energi Amerika yang berhasil menciptakan pasokan energi yang banyak. Selain itu, pelemahan ekonomi global juga membuat penurunan permintaan.
Harga minyak dunia bergerak seperti rollercoaster. Harga minyak mentah pernah mencapai USD 107 per barel pada Juni 2014, namun kini anjlok ke titik terendah yakni hanya USD 43,46 per barel pada Maret lalu. Kemudian sempat naik lagi ke USD 61 per barel karena ada harapan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan di Amerika Serikat. Namun, ternyata Amerika kembali menggenjot produksi mereka.
-
Kenapa Arab Saudi melakukan embargo minyak? Ini adalah balasan bagi AS yang selama perang Yom Kippur terus menerus mengirimkan senjata ke Israel untuk melawan negara-negara Arab.
-
Dimana minyak bumi berasal? Ketika ganggang dan plankton ini mati puluhan hingga ratusan juta tahun yang lalu, mereka tenggelam ke dasar laut.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Apa itu Minyak Inti Sawit? Minyak inti sawit atau yang juga dikenal dengan sebutan palm kernel oil adalah minyak nabati yang diekstraksi dari biji (inti) buah kelapa sawit (Elaeis guineensis).
-
Apa yang dilakukan Pertamina untuk atasi dampak ekonomi global? Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Pertamina secara intens terus memantau perkembangan terkini dan dampak memanasnya geopolitik terhadap rantai pasok energi global. Nicke menyebut fluktuasi minyak dunia akan kian dinamis pasca meningkatnya ketegangan yang terjadi di timur tengah.'Kita akan terus meningkatkan upaya mitigasi risiko untuk mengurangi potensi dampak dari dinamika situasi ekonomi dan geopolitik, termasuk pegendalian biaya, pemilihan komposisi crude yang optimal, pengelolaan inventory yang efektif, peningkatan produksi high-yield products dan efisiensi di semua lini operasional,' ujar Nicke.
-
Kenapa Pertamina perlu antisipasi gejolak ekonomi global? Erick menyebut kondisi ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan tentunya kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing telah menembus 85,7 dolar AS dan 90,5 dolar AS per barel.'Harga minyak ini bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS per barel apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat,' lanjut dia.
"Output Amerika Serikat sangat tangguh. Setiap jenis kenaikan akan dihadang," ucap analis senior Bloomberg Intelligence, Vincent Piazza seperti dilansir dari CNN di Jakarta. Amerika Serikat saat ini memompa 9,5 juta barel minyak per hari.
Turunnya harga minyak dunia ternyata membawa dampak buruk ke sebagian pihak, khususnya produsen. Indonesia saja melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said berharap perusahaan migas tak merampingkan jumlah pegawainya meski harga minyak dunia terus merosot.
"Kadang kita terjebak pada pendekatan gampang kalau ada tekanan manusia duluan yang dikorbankan," ujarnya.
Kemorosotan harga minyak dunia, menurut Sudirman, juga merugikan Indonesia selaku negara penghasil emas hitam tersebut. Jadi, wajar saja jika situasi ini bisa mendorong pengusaha migas merumahkan sebagian pegawainya.
Namun demikian, penurunan harga minyak dunia sudah memberikan dampak yang cukup mengerikan di negara lain. Berikut penjelasannya yang dikutip merdeka.com dari berbagai sumber:
Shell pecat 6.500 pekerja
Royal Dutch Shell Plc, produsen bahan bakar minyak (BBM) Shell, mengumumkan akan memecat 6.500 karyawannya tahun ini. Selain itu, perusahaan asal Belanda ini juga memangkas dana investasi sebesar USD 7 miliar atau setara Rp 94,2 triliun.
Dilansir dari Bloomberg Business, Kamis (30/7), kebijakan ini diambil Shell karena terus menurunnya kinerja migas akibat harga minyak dunia yang belum berhenti merosot. Besaran bagi hasil perusahaan turut tak berubah yakni USD 1,8 per lembar saham hingga 2016.
Shell, pada kuartal II, membukukan penurunan keuntungan hingga USD 3,8 miliar dari USD 6,1 miliar periode sama tahun lalu. Angka ini meleset dari perkiraan sejumlah analis yang memprediksi penurunan hanya mencapai USD 3,4 miliar.
Jatuhnya harga minyak mentah dunia membuat Shell dan beberapa perusahaan minyak dunia menghemat belanja dan menunda eksekusi rencana proyek guna menyeimbangkan neraca keuangannya.
Hancurnya ekonomi Arab Saudi
Merosotnya harga minyak dunia menghantam perekonomian Arab Saudi. Pendapatan negara dari penjualan minyak terus merosot, sedangkan pembiayaan tetap tinggi. Bahkan untuk menutupi defisit anggaran, Arab Saudi telah meminjam uang atau menambah utang sebesar USD 4 miliar melalui penerbitan obligasi pada tahun lalu.
Obligasi yang diterbitkan pemerintah Arab ini adalah yang pertama dalam 8 tahun terakhir, dan merupakan upaya untuk mempertahankan tingkat belanja publik karena harga minyak merosot.
Gubernur Badan Moneter Arab Saudi, Fahad al-Mubarak mengatakan, pemerintah akan menggunakan kombinasi obligasi dan cadangan devisa untuk mempertahankan pengeluaran dan menutupi defisit keuangan yang akan lebih besar dari yang diharapkan.
"Kami berharap ada peningkatan pinjaman untuk saat ini," katanya seperti dilansir dari CNBC di Jakarta, Kamis (16/7).
Analis memperkirakan, defisit anggaran di Arab Saudi akan menyentuh angka USD 130 miliar tahun ini. Ini terjadi karena pemerintah belum pernah mengeluarkan obligasi sejak 2007 silam dan akhirnya menggerus cadangan devisa. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan pengeluaran negara untuk proyek khusus.
Perusahaan minyak Italia pecat 8.800 pekerja
Perusahaan energi asal Italia, Saipem berencana akan mengurangi atau memecat pegawai untuk efisiensi. Saipem akan memangkas setidaknya 8.800 pekerja dalam dua tahun ke depan.
Rencana pemecatan ini diumumkan setelah perusahaan merevisi target dan prospek untuk 2015. Perusahaan dilaporkan merugi USD 800 juta karena harga minyak dunia jauh lebih rendah dari perkiraan. Selain itu, perusahaan juga membatalkan rencana pembangunan proyek pipa South Stream.
Menurut laporan Financial Times, Kepala Eksekutif Perusahaan, Stefano Cao mengatakan penurunan harga minyak dunia mengakibatkan gangguan sangat besar.
Sementara pimpinan sedang melakukan efisiensi dan menekan pengeluaran, perusahaan energi ini juga disandung masalah seperti perubahan manajemen untuk penyelidikan korupsi terkait keberadaan perusahaan di Aljazair.
Laporan Bloomberg menyebut, perusahaan yang sahamnya sebagian besar dikuasai pemerintah Italia ini mengharapkan pemecatan pegawai bisa menghemat 1,3 miliar euro hingga 2017 mendatang. Kabar merosotnya kinerja perusahaan langsung berpengaruh pada harga saham yang anjlok 9 persen.
Pertumbuhan miliuner Saudi anjlok
Dalam laporan terbaru WealthInsight, pertumbuhan jumlah miliuner Saudi akan melambat hingga 5 tahun mendatang. Hal ini menyusul anjloknya harga minyak dunia yang mempengaruhi pendapatan miliuner Saudi dari berjual minyak.
Tingkat pertumbuhan miliuner Saudi disebut diprediksi hanya akan mencapai 12,4 persen dari 2015 ke 2020. Angka ini menurun drastis dibandingkan pertumbuhan 2010 ke 2015 yang mencapai 25 persen.
Dari data WealthInsight, pada 2020 mendatang terdapat sekitar 55.245 orang kaya Saudi dengan harta di atas USD 1 juta. Ini belum termasuk tempat tinggal utama mereka. Jumlah miliuner tersebut hanya naik tipis jika dibandingkan 2015 yang mencapai 49.150. Sedangkan jumlah penduduk Saudi mencapai 29 juta orang.
Seperlima dari miliuner Saudi memperoleh kekayaan dari hasil minyak. Penurunan harga hingga 50 persen saat ini menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan orang kaya.
"Namun ini bukan satu-satunya faktor penyebab penurunan, ada kekhawatiran lain dari kerajaan kaya," ucap Kepala WealthInsight, Oliver Williams seperti dilansir dari CNBC di Jakarta, Rabu (29/7). (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tren kenaikan harga minyak dunia timbulkan kekhawatiran bakal turut berdampak terhadap harga BBM di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaMengutip Reuters, Brent berjangka untuk pengiriman November pada Jumat ini, berada di posisi USD 95,38 per barel.
Baca SelengkapnyaTiga negara besar yakni Amerika Serikat, China dan Eropa dalam situasi mengendalikan dan mengelola ekonomi yang tidak mudah.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga minyak akan berpengaruh besar pada harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Baca Selengkapnya35 persen impor minyak Indonesia disebutnya berasal dari Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga minyak dunia saat ini akan berpengaruh kepada harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaAlokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.
Baca SelengkapnyaMasalah utama di bidang migas yang dihadapi adalah produksi minyak yang saat ini masih sangat rendah.
Baca SelengkapnyaBersaksi di Sidang Eks Dirut Pertamina, JK Jelaskan Kebijakan Pemerintah Atasi Krisis Energi
Baca SelengkapnyaKeadaan tersebut akan berdampak pada harga bahan bakar subsidi seperti Pertalite dan Solar.
Baca SelengkapnyaPertamina menaikkan harga BBM non subsidi per hari ini.
Baca SelengkapnyaArifin tak menapikkan jika kenaikan harga minyak mentah dunia bakal semakin membebani pemerintah memberikan subsidi untuk sejumlah produk BBM.
Baca Selengkapnya