4 hal yang harus dihindari kaum milenials dalam mengatur keuangan
Merdeka.com - Tidak ada batasan umur untuk meraih kesuksesan. Bahkan, generasi milenial pun bisa sukses dan memiliki semua hal yang mereka inginkan.
Meski demikian, Ahli Keuangan dan Penulis "Women and Money" Suze Orman mengatakan milenial tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk meraih kesuksesan. Bahkan, hal tersebut adalah hal yang salah.
Berikut 4 hal yang tidak boleh dilakukan generasi milenial.
-
Bagaimana milenial dapat mencapai kebahagiaan finansial? Lebih dari enam dari 10 responden dalam survei tersebut mengatakan bahwa mendapatkan nasihat keuangan yang baik sangatlah penting untuk mencapai kebahagiaan finansial.
-
Kenapa milenial dan Gen Z setuju dengan uang dapat membeli kebahagiaan? Mereka juga akan bahagia jika mereka memiliki kemampuan untuk menanggung pengeluaran tak terduga dan mengurus orang yang mereka cintai.
-
Apa yang membuat uang dapat membeli kebahagiaan menurut Gen Z? Ini pula yang menjadi alasan generasi Z bahwa uang dapat membeli kebahagiaan. Mengutip Money Wise, sebuah survei yang dilakukan pada kelompok milenial dan Z menunjukan bahwa 72 generasi milenial dan 67 generasi Z setuju, uang dapat memberi mereka kebahagiaan, dibandingkan dengan hanya 58 persen generasi X dan 48 persen generasi boomer.
-
Siapa yang memberi tips keuangan? Perusahaan konsultan audit dan pajak Grant Thornton Indonesia menyarankan langkah-langkah seperti diversifikasi pendapatan, pengelolaan utang yang bijak, dan peningkatan literasi keuangan agar tetap mampu bertahan bahkan tetap tumbuh di tengah tekanan ekonomi.
-
Mengapa gen z dan milenial rentan terjerat investasi bodong? 'Sikap FOMO juga membawa generasi muda terjebak pada investasi bodong. Sementara tanpa pemahaman keuangan dan investasi yang memadai, kelompok ini justru banyak menjadi korban terhadap iming-iming yang menggiurkan. Mereka kerap meniru apa yang dilakukan oleh influencer maupun tokoh idolanya, termasuk saran terkait keuangan,' terang Friderica.
-
Bagaimana cara Gen Z berinvestasi dengan bijak? Penting untuk kembali ke tujuan investasi dan menghindari pikiran yang hanya mengikuti tren untuk berinvestasi tanpa terjebak oleh FOMO (Fear of Missing Out).
Pertama, jangan membeli rumah karena Anda berpikir itu harus. Orman mengatakan, jangan memaksakan membeli rumah jika Anda tidak mampu. Anda bisa menyewa rumah untuk lebih menghemat anggaran.
Anda bisa menabung di bursa saham untuk menambah jumlah uang yang Anda miliki. Jika sudah terkumpul, Anda bisa memilih cicilan rumah yang sesuai dengan anggaran Anda, terurtama memilih KPR dengan uang muka 0 persen yang tengah digalakkan pemerintah.
"Menjadi cerdas dengan uang Anda dapat terlihat seperti hidup dalam sewa yang terjangkau dan terus menabung dan berinvestasi untuk tujuan masa depan," katanya dilansir CNBC Make It.
Kedua, jangan menghabiskan banyak uang untuk membuat orang lain terkesan. Orman menyebutka, membeli banyak barang belum tentu membuat orang lain terkesan.
Menurutnya, membuat orang terkesan bukan dari segi materi, karena hal tersebut tidak bertahan selamanya. Namun, jika Anda meningkatkan prestasi, maka Anda akan meraih kesuksesan sekaligus membuat orang lain terkesan.
Ketiga, Jangan terlalu mempercayai penasehat keuangan Anda. Penasihat keuangan dapat membantu Anda menjadi terorganisir dan membuat keputusan yang baik ketika menyangkut masalah uang, tetapi sangat penting untuk memastikan bahwa Anda bekerja dengan seseorang yang Anda percayai.
Menurut Orman, tidak semua profesional keuangan memiliki standar yang sama. Anda harus selalu memastikan penasihat keuangan Anda adalah pemegang fidusia, yang berarti mereka memiliki kewajiban hukum untuk bertindak demi kepentingan terbaik Anda sebagai klien mereka. Seperti dengan mengarahkan Anda menjauh dari investasi yang terlalu mahal dan berisiko yang tidak Anda butuhkan.
Terakhir, jangan berurusan dengan utang. Setiap orang tahu bahwa meminjam uang adalah hal yang beresiko. Namun, meminjam uang untuk orang lain juga lebih beresiko.
Biasanya, seseorang akan meminjamkan data dirinya demi kepentingan orang lain, seperti memberikan data diri untuk meminjam uang untuk teman atau kerabat. Sebab, jika utang tersebut tidak berjalan lancar, maka akan berpengaruh pada nilai kredit Anda.
"Jangan takut untuk mengatakan 'tidak' kepada orang lain dan katakan 'ya' untuk diri sendiri," kata Orman. (mdk/azz)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejatinya sukses merupakan status yang menunjukkan seseorang telah berhasil mencapai sesuatu.
Baca SelengkapnyaPemikiran yang harus dihindari agar keuangan Anda tetap stabil,
Baca SelengkapnyaKebiasaan ini dipengaruhi oleh gaya hidup konsumtif yang dipromosikan di media sosial. Akibatnya muncul kebiasaan belanja impulsif dan pengeluaran berlebihan.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda di Indonesia memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang rendah.
Baca SelengkapnyaTak hanya itu, Anda juga harus berhati-hati dengan tawaran investasi-investasi bodong yang hingga saat ini marak terjadi dan terus memakan korban.
Baca SelengkapnyaGenerasi Z memiliki banyak akses ke beberapa sumber atau platform, seperti berinvestasi, yang memudahkan gen Z untuk merencanakan keuangan.
Baca SelengkapnyaMulailah langkah untuk menjadi generasi kaya saat ini juga, jangan terlalu banyak pertimbangan.
Baca SelengkapnyaUpaya seseorang untuk menghemat pengeluaran kecil yang dia lakukan, tetapi justru melakukan pemborosan dengan melakukan pengeluaran dalam jumlah besar.
Baca SelengkapnyaEra ekonomi digitalisasi membuat generasi Z semakin mudah dalam bertransaksi.
Baca SelengkapnyaDoom spending kini jadi momok karena perilaku membelanjakan uang secara berlebihan untuk kesenangan jangka pendek, ternyata ini penyebabnya.
Baca SelengkapnyaBanyak yang percaya uang tidak bisa membeli kebahagiaan, tapi tidak dengan milenial dan Gen Z.
Baca SelengkapnyaSebanyak 12 persen generasi muda mengaku pengeluaran sering melebihi pemasukan.
Baca Selengkapnya