Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

4 Jurus Pemerintah Jokowi terbebas dari jerat utang

4 Jurus Pemerintah Jokowi terbebas dari jerat utang Ilustrasi utang. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) melansir data terbaru mengenai posisi utang luar negeri Indonesia. Per Maret 2017, utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar USD 326,34 miliar atau setara dengan Rp 4.342 triliun (kurs hari ini). Angka utang ini naik dibanding bulan sebelumnya atau Februari 2017 yang tercatat hanya USD 322,36 miliar.

Posisi utang per Februari 2017 ini juga naik dibanding Desember 2016 yang hanya USD 317,08 miliar.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution beralasan tingginya kebutuhan pembiayaan infrastruktur memicu lonjakan utang luar negeri.

Orang lain juga bertanya?

"Begini, kami itukan membangun infrastruktur banyak sekali. Kami usahakan mayoritas swasta, BUMN, dan APBN. Tapi tidak cukup juga pengeluaran negara untuk infrastruktur," ujar Menko Darmin.

Direktur Strategis dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan, Schneider Siahaan, mengatakan tidak masalah negara masih memiliki utang, bila dana tersebut diarahkan untuk hal yang lebih produktif. Dia mengatakan, dengan memiliki utang, dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan penghasilan yang lebih laik.

"Asal utang itu produktif. Beli aset, disewain lalu bayar utang. Kan tenang-tenang saja, sisanya bisa dipakai untuk belanja. Jadi utang itu tidak perlu ditakutkanlah," ujar Schneider.

Namun, pemerintah saat ini tidak ingin melulu bergantung pada utang asing. Berikut merdeka.com akan merangkum sejumlah strategi pemerintah keluar dari jerat utang.

Proyek infrastruktur tak lagi bergantung APBN

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyebut, sekitar 60 persen pembangunan proyek infrastruktur nasional saat ini didanai oleh swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal tersebut, sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam mengurangi pembebanan pembiayaan infrastruktur kepada APBN."Jauh lebih besar yang non pemerintah (pembiayaan proyek infrastruktur). Apakah itu swasta atau BUMN, kalau tidak salah angkanya kira-kira 60 persen yang bukan dari APBN," ujar Darmin di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta.Pemerintah sejak tahun lalu berupaya untuk mengubah skema pembiayaan pembangunan berbagai proyek infrastruktur. Pembiayaan infrastruktur tidak lagi menjadi potensi pembengkakan utang negara."Pemerintah sejak tahun lalu berupaya betul mengubah skema-skema pembiayaan, melengkapi pembiayaan agar jangan tergantung kepada APBN saja. Supaya jangan minjam (utang) terus," ujar Menko Darmin.

Ajak masyarakat gemar menabung

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Haddad, mendorong masyarakat Indonesia untuk rajin menabung. Banyaknya dana terkumpul bisa digunakan untuk pembangunan dan mengurangi ketergantungan Indonesia dengan utang luar negeri."Kita harus menabung karena kalau tidak ada tabungan, kita harus utang luar negeri," ucap Muliaman di Banyuwangi.Presiden Jokowi sendiri telah meluncurkan hari menabung nasional setiap 31 Oktober. Langkah ini diharapkan bisa menyadarkan masyarakat untuk menyimpan uang di lembaga keuangan resmi. Tak cukup di situ, Muliaman berharap akan muncul hari menabung di daerah."Hari menabung nasional sudah dicanangkan Presiden Jokowi itu 31 Oktober. Kalau perlu ada hari menabung daerah setiap Rabu awal bulan. Rabu itu singkatan Rajin Menabung, saya kira menarik," kata Muliaman.

Perbaikan penerimaan pajak

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menekan utang Indonesia. Strategi itu melalui perbaikan fundamental perekonomian Tanah Air."Kalau kita melihat secara keseluruhan, jika pondasi ekonominya baik, maka biaya setiap Rupiah yang akan digunakan untuk utang akan lebih rendah," tuturnya di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta.Sayangnya, lanjut Ani, perbaikan fundamental itu belum bisa diwujudkan saat ini. Alasannya, penerimaan dari sektor perpajakan saat ini belum menunjukan percepatan yang baik.

Genjot peran pembangunan BUMN

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyayangkan utang pemerintah Indonesia terus mengalami peningkatan. Padahal, menurutnya, kondisi ekonomi cukup mengalami perbaikan.Wapres JK merinci, utang Indonesia juga sebagian untuk pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Padahal, banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai mampu menyelesaikan pemenuhan tiga kebutuhan tersebut."Baru sandang yang bisa kita selesaikan, pangan belum, masih berkelahi soal harga beras, harga daging," ucap dia.

 

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi Rp6.801 Triliun, Bank Indonesia: Struktur Utang RI Tetap Sehat
Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi Rp6.801 Triliun, Bank Indonesia: Struktur Utang RI Tetap Sehat

Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.

Baca Selengkapnya
Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.364 Triliun
Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.364 Triliun

Naiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.

Baca Selengkapnya
Turun Tipis, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.087 Triliun per Oktober 2023
Turun Tipis, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.087 Triliun per Oktober 2023

Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali karen hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang.

Baca Selengkapnya
Utang Luar Negeri Pemerintah Tembus RP6.622 Triliun
Utang Luar Negeri Pemerintah Tembus RP6.622 Triliun

Posisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.

Baca Selengkapnya
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.584 Triliun, BI: Masih Terkendali
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.584 Triliun, BI: Masih Terkendali

Perkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun
Pemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun

Baca Selengkapnya
Utang Indonesia Tembus Rp8.041 Triliun per November 2023, Kemenkeu: Masih Aman
Utang Indonesia Tembus Rp8.041 Triliun per November 2023, Kemenkeu: Masih Aman

Utang Indonesia saat ini justru mengalami perbaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Baca Selengkapnya
Utang Pemerintah Tembus Rp8.461 Triliun per Agustus 2024
Utang Pemerintah Tembus Rp8.461 Triliun per Agustus 2024

Kemenkeu mencatat, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kini sebesar 38,49 persen.

Baca Selengkapnya
Utang Pemerintah Terus Naik, Kini Tembus Rp8.444 Triliun
Utang Pemerintah Terus Naik, Kini Tembus Rp8.444 Triliun

Mayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Prabowo Harus Bayar Utang Negara Rp800 Triliun di 2025
Pemerintah Prabowo Harus Bayar Utang Negara Rp800 Triliun di 2025

Kemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun
Pemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun

Secara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.

Baca Selengkapnya
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.079 Triliun
Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.079 Triliun

ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi 1,4 persen (yoy)

Baca Selengkapnya