4 Ketakutan yang Bikin Keinginan Berinvestasi Gagal
Merdeka.com - Mengubah kebiasaan menjadi hal yang sangat sulit dilakukan di negeri ini. Tentu yang dimaksud adalah mengubah sesuatu untuk menjadi lebih baik, lebih efektif dan lebih efisien. Teknologi sudah sedemikian maju, memudahkan banyak hal dalam kehidupan sehari-hari.
Mantan Direktur Pengembangan Bisnis PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Nicky Hogan mengatakan, masyarakat memang harus 'dipaksa' untuk mencoba sesuatu yang baru, yang jelas-jelas lebih bermanfaat. Demikian, juga halnya dengan berinvestasi khususnya produk-produk pasar modal. Banyaknya ketakutan kadang membuat masyarakat urung berinvestasi.
Dalam hal berinvestasi ada empat ketakutan yang bikin keinginan berinvestasi menjadi surut. Merdeka.com merangkum satu persatu alasan tersebut dikutip dari buku Yuk Nabung Saham: Selamat Datang, Investor Indonesia. Karya Nicky Hogan.
-
Kenapa orang beli saham? Dengan memiliki saham, Anda berhak atas sebagian keuntungan perusahaan yang dibagikan dalam bentuk dividen, serta memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hal ini menjadikan saham sebagai instrumen investasi yang menarik bagi individu yang ingin terlibat dalam pertumbuhan dan keberhasilan suatu perusahaan.
-
Mengapa masyarakat diminta waspada? BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga yang ditetapkan sejak November 2020.
-
Kenapa masyarakat diimbau agar tidak panic buying? 'Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan panic buying BBM dan gas menjelang Pemilu 2024. Stok BBM dan gas di Inhu aman,' kata Kapolres Inhu AKBP Dody Wirawijaya.
-
Apa yang membuat orang takut? Melihat layar kapal viking di kejauhan saja sudah membuat orang-orang ketakutan.
-
Kenapa orang tertarik investasi emas? 'Emas harganya akan naik serta cepat dikonversikan ke uang. Saat suku bunga naik, harga penjualan emas turun, hal itulah yang mendorong masyarakat mengalihkan kepemilikan asetnya menjadi emas,' ujar Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Rossanto Dwi Handoyo.
-
Bagaimana cara memulai investasi? Bagi para investor pemula sebaiknya tidak langsung membeli produk investasi tanpa mengetahui profil risiko. Profil risiko investor umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu resiko rendah, sedang, dan tinggi.
Takut Mencoba
Menggunakan kartu e-toll dan pertama kali melintas di jalur khusus, mungkin cukup menakutkan bagi sebagian orang. Takut tersendat lama, dan membayangkan pengemudi di belakang kita akan menggerutu, sambil berharap tidak terdengar bunyi klakson.
"Padahal kegagalan terbesar kita justru pada saat kita memutuskan untuk tidak mencoba sesuatu yang baru, yang sebenarnya akan memberi manfaat lebih untuk kita. Dan investasi adalah sesuatu itu," kata Nicky.
Cerita kegagalan dalam berinvestasi kerap terjadi justru karena kita bukan berinvestasi, melainkan berspekulasi. Membeli saham-saham terbaik (di industrinya), hampir pasti selalu memberikan keuntungan (dividen) setiap tahun, serta potensi kenaikan harga dari waktu ke waktu.
"Bahkan saat kita wariskan suatu saat nanti harganya semakin tinggi. Dan ini rasanya jauh dari kata gagal yang berputar terus di kepala kita selama ini. Sekali lagi, investasi dan bukan spekulasi," jelasnya.
Takut Ditipu
Hal berikutnya adalah ketakutan membayangkan bahwa kita mungkin ditipu. Saham, reksa dana, atau obligasi adalah produk-produk keuangan yang resmi di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tidak ada yang perlu ditakutkan. Instrumen-instrumen ini jelas real.
Membeli saham adalah menjadi pemilik perusahaan yang kita beli. Membeli obligasi adalah memberikan pinjaman kepada negara atau perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut. Membeli reksa dana adalah menyerahkan dana untuk dikelola Manajer Investasi dalam bentuk saham, obligasi ataupun instrumen-instrumen investasi lainnya.
Di luar sana, sampai kapanpun juga, tentu saja akan selalu ada pihak-pihak yang berniat menipu, dalam berbagai bentuk. Berpikir secara bijak dan memahami secara rasional produk-produk investasi adalah awal terbaik untuk terhindar dari risiko tertipu.
"Saham, obligasi, dan reksa dana adalah produk-produk terbaik untuk kita mulai. OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah dua lembaga yang dapat kita andalkan untuk mendapatkan informasi atas tawaran-tawaran investasi yang ada," jelas Nicky.
Takut Matematika
Ada juga ketakutan lain, yakni takut dengan hitung-hitungan, angka-angka, pembukuan atau matematika. Terbayang investasi yang 'njlimet'. Analisis ini itu, perhitungan sana-sini, prediksi atas bawah.
"Kita tidak perlu membuat investasi menjadi serumit itu. Tanpa bermaksud mengatakan bahwa investasi itu juga sesuatu yang sangat mudah. Satu hal yang pasti, investasi itu sederhana," kata Nicky.
Seperti disebutkan di atas, tengok saja perusahaan-perusahaan terbaik di bidangnya. Itu sudah cukup memberikan gambaran mengenai bakal pilihan saham pertama kita.
"Tetapi baiklah, kalaupun kita tetap fobia dengan angka-angka dan hitung-hitungan, seharusnya kita kan tidak perlu takut sedikitpun dengan para Manajer Investasi yang mengelola reksa dana kita ataupun para broker yang selalu setia memberikan kita masukan-masukan mengenai investasi saham kita," paparnya.
Takut Rugi
Terakhir adalah takut kalah atau rugi. Ketika memperlakukan saham sebagai produk spekulasi, maka akan berhadapan dengan istilah menang dan kalah. Namun, saat menempatkan saham sebagai instrumen investasi, tentu masih ada kemungkinan rugi.
Layaknya menjadi pengusaha, tentu saja ada risiko usaha kita merugi. Namun negeri ini bertahun-tahun memiliki setumpuk instrumen investasi yang terbukti menguntungkan, dan masih juga menapak masa depan dengan begitu besar potensi keuntungan.
"Satu hal yang sering kita lupakan, di satu sisi kita adalah orang-orang yang menaruh harapan akan masa depan yang lebih baik untuk kita dan keluarga, dan kita optimistis mengenai itu. Namun di sisi lain, kok kita tidak kunjung mulai berinvestasi, padahal investasi identik dengan optimisme itu sendiri. Investor adalah orang yang optimis," tandasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Memanasnya kondisi politik di Indonesia dinilai akan menyebabkan ketidakpastian ekonomi di tanah air.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta tidak mudah termakan omongan selebriti yang marak mempromosikan berbagai kegiatan investasi.
Baca SelengkapnyaMaraknya kejahatan di sektor keuangan digital juga dipengaruhi oleh indeks literasi keuangan di Indonesia yang masih rendah.
Baca SelengkapnyaHolmes mendadak bangkrut setelah alat-alat kesehatan buatannya diragukan.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengibaratkan orang kecil main saham seperti judi yang menang pasti bandarnya
Baca SelengkapnyaDalam kesempatan tersebut Prabowo Subianto juga menyampaikan visi, misi dan program unggulannya.
Baca SelengkapnyaDia mencontohkan sifat orang yang tidak cocok untuk menjadi trader yaitu panik saat melihat aset turun karena terlalu khawatir.
Baca SelengkapnyaPenipuan di sektor jasa keuangan, khususnya yang terkait dengan keuangan digital, semakin sering terjadi di Indonesia.
Baca Selengkapnya