Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

4 Langkah Menteri ESDM kurangi besar dan mahalnya impor minyak

4 Langkah Menteri ESDM kurangi besar dan mahalnya impor minyak Sudirman Said. ©2014 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Kondisi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia, selalu menjadi sorotan. Bahkan, negara dinilai lalai mempersiapkan rencana-rencana jangka panjang untuk bidang ini. Padahal, energi terutama BBM menjadi salah satu kebutuhan dasar masyarakat Indonesia. Kondisi ini, membuat neraca perdagangan Indonesia semakin tergerus karena tingginya impor minyak. Bahkan, kondisi fiskal dalam negeri terancam karena fluktuasi harga minyak.

Indonesia, saat ini bukan lagi negara yang bisa memproduksi minyak untuk kebutuhan dalam negeri. Produksi minyak Indonesia hanya 900 ribu barel per tahun, sedangkan kebutuhan mencapai 1,5 juta barel per tahun. Tingginya kebutuhan dan harga yang fluktuasi, membuat pemerintah harus menaikkan harga BBM.

Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pradnyana mengatakan, sepanjang 40 tahun terakhir cadangan minyak nasional telah dikeruk sebesar 22 miliar hingga 23 miliar barel. Tersisa sekitar 4 miliar barel. "Diperkirakan akan habis dalam 10 tahun hingga 12 tahun ke depan."

Dalam satu dekade terakhir konsumsi minyak Indonesia melonjak dua kali lipat sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, produksi minyak terus mengalami penurunan. Lantas apa saja, yang bakal dilakukan pemerintah agar biaya untuk membeli minyak menurun? Berikut ulasnya.

Percepat bangun kilang

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menegaskan komitmennya, untuk mempercepat pembangunan kilang minyak. Selama ini, Kementerian ESDM dinilai lamban dalam mengakselerasi pembangunan infrastruktur pengolahan minyak mentah tersebut. Pembangunan kilang, membuat biaya produksi bisa ditekan."Waktu saya ngobrol dengan Pak Bambang (Menkeu), beliau malah bilang 'Kemenkeu sudah mendorong kilang untuk segera dibangun, namun justru di Kementerian ESDM yang responnya kurang'," katanya Sudirman.

Siapkan insentif bagi investor

Dengan nada kesal, saat mendapat penjelasan dari seorang pejabat teras Kementerian ESDM, mengapa pembangunan kilang berjalan lambat, karena proyek kilang memiliki tingkat pengembalian keuntungan atau internal rate return (IRR) rendah. Dia mengaku menegurnya. Menurutnya, pemerintah memiliki banyak opsi pendanaan untuk membangun kilang. Diantaranya, menggunakan dana APBN, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bekerja sama dengan swasta, atau mendorong kerja sama swasta dan perusahaan pelat merah."Saya tegur pejabatnya bahwa yang bicara seperti itu mestinya pedagang. Ini negara urusannya kedaulatan. Biarkan pebisnis itu bicara return. Kalau kurang, baru bicara insentif," katanya.

Cari minyak bukan dari broker

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengaku bakal mengurangi pembelian minyak di pasar spot atau melewati pihak ketiga. Pihaknya, sudah mendapat tawaran pasokan minyak mentah dari perusahaan migas Rusia.Menurutnya, tawaran itu sejalan dengan rencana pemerintah dalam menata impor minyak. Pemerintah ingin mengurangi keterlibatan penjual perantara atau broker dalam setiap pembelian minyak impor.Sebelumnya, perusahaan asal Angola Sonangol,  telah sepakat bakal memasok minyak mentah ke PT Pertamina. Saat ini, negara di Selatan Afrika itu mengalami surplus produksi minyak satu juta barel per hari.

Sebab, produksi minyaknya mencapai dua juta barel per hari, sementara konsumsinya hanya satu juta barel per hari. "Kalau Angola bisa pasok 100 ribu barel per hari saja ke Indonesia, maka sudah mengurangi 25 persen impor," kata Sudirman.

Hati-hati memilih kontraktor minyak

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan, bakal lebih berhati-hati dalam memilih investor bisnis hulu minyak dan gas bumi (migas). Mengingat, cadangan migas dimiliki Indonesia semakin menipis.

"Hulu nantinya harus diberikan kepada pihak yang punya kemampuan. Kita akan saring dan jangan sampai pemain hulu jatuh pada pemburu rente. Mereka beli lapangan kemudian berdagang saja tidak dieksplorasi," kata Menteri ESDM Sudirman Said dalam diskusi "Mimpikah Kedaulatan Energi?" di Jakarta, Sabtu (1/11).

Sudirman mengungkapkan, cadangan minyak Indonesia bakal habis dalam 12 tahun ke depan. Bahkan, waktunya bisa lebih cepat jika cadangan tersebut dieksplorasi. "Tidak ada sumber minyak mudah lagi. Nanti tempatnya bergeser ke Indonesia Timur dan berada di laut dalam. Eksplorasi akan mahal sekali," katanya.

(mdk/arr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bersaksi di Sidang Eks Dirut Pertamina, JK Jelaskan Kebijakan Pemerintah Atasi Krisis Energi
Bersaksi di Sidang Eks Dirut Pertamina, JK Jelaskan Kebijakan Pemerintah Atasi Krisis Energi

Bersaksi di Sidang Eks Dirut Pertamina, JK Jelaskan Kebijakan Pemerintah Atasi Krisis Energi

Baca Selengkapnya
Gara-Gara Kondisi Ini, Target Produksi lifting Migas Tahun 2025 Turun
Gara-Gara Kondisi Ini, Target Produksi lifting Migas Tahun 2025 Turun

Pemerintah mendorong pengembangan migas non konvensional (MNK).

Baca Selengkapnya
Miris, Indonesia Pernah Ekspor Minyak 1 Juta Barel dan Kini Berbalik Jadi Importir
Miris, Indonesia Pernah Ekspor Minyak 1 Juta Barel dan Kini Berbalik Jadi Importir

Pada tahun 2022 hingga 2024, produksi atau lifting minyak Indonesia terus menurun, hanya mencapai sekitar 600.000 barel per hari,

Baca Selengkapnya
Airlangga Pastikan Program B40 di 2024 Bisa Hemat Devisa hingga Rp404 Triliun
Airlangga Pastikan Program B40 di 2024 Bisa Hemat Devisa hingga Rp404 Triliun

Sebagai informasi, B40 merupakan bahan bakar campuran solar sebanyak 60 persen dan bahan bakar nabati (BBN) dari kelapa sawit sebesar 40 persen.

Baca Selengkapnya
Said Abdullah Sebut Kemandirian Energi Dapat Difokuskan ke Energi Terbarukan
Said Abdullah Sebut Kemandirian Energi Dapat Difokuskan ke Energi Terbarukan

Said juga menyinggung mengenai konversi program minyak tanah ke LPG yang mengakibatkan kebutuhan impor LPG Indonesia terus meningkat.

Baca Selengkapnya
Harga Minyak Mahal, Pemerintah Kejar Target Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari
Harga Minyak Mahal, Pemerintah Kejar Target Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari

PHE siap mendukung pemerintah untuk mencapai target produksi minyak nasional tahun 2030 sebesar 1 juta Barel per hari.

Baca Selengkapnya
Kejar Target Lifting Minyak, SKK Migas Butuh Investasi USD186,7 M Hingga 2023
Kejar Target Lifting Minyak, SKK Migas Butuh Investasi USD186,7 M Hingga 2023

SKK Migas menargetkan lifting minyak hingga 1 juta barel per hari hingga 2030.

Baca Selengkapnya
Anak Buah Luhut Sebut Gara-Gara Subsidi BBM, Anggaran Rp120 Triliun Tiap Tahun Menguap Jadi Asap
Anak Buah Luhut Sebut Gara-Gara Subsidi BBM, Anggaran Rp120 Triliun Tiap Tahun Menguap Jadi Asap

Pemerintah telah mengimpor BBM hingga Rp251 triliun sepanjang 2019-2023.

Baca Selengkapnya
Januari 2024 Kembali Surplus, Neraca Perdagangan Indonesia Moncer Selama Hampir 4 Tahun
Januari 2024 Kembali Surplus, Neraca Perdagangan Indonesia Moncer Selama Hampir 4 Tahun

Neraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.

Baca Selengkapnya
Siap-Siap, Menteri Bahlil Pangkas Kuota Solar Subsidi untuk Tahun 2025
Siap-Siap, Menteri Bahlil Pangkas Kuota Solar Subsidi untuk Tahun 2025

Bahlil mengatakan bahwa penurunan ini didorong oleh rencana efisiensi penyaluran BBM bersubsidi tahun 2025 agar lebih tepat sasaran.

Baca Selengkapnya
Harga Minyak Dunia Melambung Tinggi, Subsidi BBM Bakal Makin Membengkak
Harga Minyak Dunia Melambung Tinggi, Subsidi BBM Bakal Makin Membengkak

Alokasi APBN untuk subsidi BBM memang sangat memberatkan jika harga minyak dunia tembus di kisaran USD 90 per barel.

Baca Selengkapnya
Indonesia Catat Surplus Neraca Perdangan 43 Kali Berturut-turut, Kini Nilainya Capai USD 2,41 Miliar
Indonesia Catat Surplus Neraca Perdangan 43 Kali Berturut-turut, Kini Nilainya Capai USD 2,41 Miliar

Pudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar

Baca Selengkapnya