4 Produk Indonesia curi perhatian delegasi IMF-World Bank
Merdeka.com - Sekitar 38.000 peserta telah mengikuti pertemuan tahunan IMF-World Bank di Nusa Dua, Bali yang berlangsung pada 8-14 Oktober 2018. Bahkan, event ini diklaim pemerintah sebagai event pertemuan tahunan terbesar yang pernah diadakan di luar Amerika Serikat (AS).
Yang lebih hebat lagi, meski menjadi pertemuan tahunan terbesar, namun menggunakan anggaran yang cukup hemat. Dari anggaran yang dialokasikan Rp 855 miliar, hingga hari ke-6 penyelenggaraan, anggaran yang terserap hanya sekitar Rp 500 miliar.
Menengok event serupa seperti di Jepang, Singapura dan Turki rata-rata menghabiskan anggaran Rp 1 triliun hingga Rp 1,2 triliun. Bahkan pertemuan tahunan terakhir di Peru pada 2015, menelan anggaran Rp 2 triliun.
-
Bagaimana acara tersebut? Acara gender reveal diadakan serentak dengan ulang tahun Michael di Bali, yang membuat momen tersebut sangat menarik.
-
Siapa yang bekerja sama dengan HMF 'AP' ITB dalam penyelenggaraan Kongres? Dalam pelaksanaan World Congress 2023 ini, HMF 'AP' ITB juga bekerja sama dengan HIMAFARMA Udayana.
-
Di mana kongres IPSF tahun ini diselenggarakan? Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) Ars Praeparandi ITB menjadi tuan rumah dan penyelenggara 68th International Pharmaceutical Students Federation (IPSF) World Congress yang berlangsung pada 1-14 Agustus 2023 di International Conference Center Bali atau IC Center Bali, Kuta-Badung.
-
Apa yang dilakukan IC Center Bali untuk mendukung Kongres IPSF? Dhila mengatakan, ICCB dipilih sebagai venue 68th IPSF World Congress karena lokasi yang strategis.
-
Apa yang dibahas dalam pertemuan tingkat tinggi? Selanjutnya bertempat di Nusantara Hall BICC pada pukul 09.45 WITA, Presiden Jokowi memulai pertemuan terkait persoalan air dan sanitasi global.
-
Dimana pertemuan berlangsung? Kunjungan ini diterimanya di Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad) Jakarta, Senin (22/4) kemarin.
"Kami hampir tidak ada beli barang baru. Kami sewa semua. Jadi kalau ada yang bilang kami mewah-mewah, aneh. Presiden Bank Dunia kami suruh naik taksi hanya tidak ada namanya (label) taksi di situ," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sekaligus penanggung jawab pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia Luhut Binsar Panjaitan seperti yang ditulis, Minggu (14/10)
Melihat konsep dan keberlangsungan event, meski berstatus internasional, namun nuansa kearifan lokal sangat kental dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia ini. Ini menjadi bukti bahwa pemerintah ingin menonjolkan Indonesia sebagai negara yang keragaman budaya kepada dunia.
Bisa dilihat dari diangkatnya kopi asal Indonesia sebagai menu wajib disajikan kepada seluruh peserta dan delegasi. Bahkan, terdapat banyak pojok kopi di beberapa veneu acara. Managing Director IMF Christine Lagarde dan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dan semua peserta pada akhirnya merasakan kopi asal Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, alasan kopi diangkat dalam acara ini dikarenakan kopi asal Indonesia sangat terkenal di dunia. Bahkan, Perry menyebut pertemuan ini berkonsep 'Diplomasi Kopi'.
"Kita selalu kalau hadir di luar negeri selalu ada pojok kopi Indonesia. Karena kopi Indonesia itu sangat terkenal di dunia. Dan sekarang kita pakai model Diplomasi Kopi di sini," ujar Perry.
Bahkan, kopi juga dijadikan media donasi korban bencana di Lombok, Palu dan Donggala di pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia ini. Ini sekaligus menjadi bukti komitmen penyelenggara untuk tetap peduli terhadap korban bencana di tengah terselenggaranya acara.
Tak hanya itu, kearifan lokal juga ditonjolkan ketika panitia menyarankan para peserta untuk menggunakan batik selama acara. Bagi peserta yang tak memiliki batik, terdapat beberapa lokasi yang khusus menjual batik.
Acara ini sukses mencuri perhatian peserta delgasi. Banyak dari mereka kepincut produk buatan dalam negeri. Berikut uraiannya:
Pesawat buatan PTDI
Sejumlah negara Afrika seperti Madagascar, Kongo dan Sudan tertarik dengan dua jenis pesawat produksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yaitu N235 dan N219 yang dipamerkan di Paviliun Indonesia di Nusa Dua, Bali.
"Sudah ada Madagascar, Kongo dan Sudan yang menyatakan tertarik dan dalam tahap penjajakan," kata Direktur Utama PT DI Elfien Goentoro, di Paviliun Indonesia Bali, Rabu (10/10).
Elfien menambahkan, keikutsertaan PTDI di pameran Paviliun Indonesia memang bukan bertujuan untuk menjual produk namun lebih menunjukkan karya bangsa kepada para delegasi IMF-WB dari seluruh dunia.
Elfian menyebutkan negara-negara Afrika termasuk pangsa pasar yang ditarget untuk pesawat jenis N235 dan N219 karena kedua pesawat tersebut cocok untuk kondisi geografis mereka.
"Kalau Eropa baru ada Norwegia yang nanya-nanya karena mungkin dua pesawat jenis ini kan khusus untuk daerah yang memerlukan short take off dan landing sehingga mudah dioperasikan di daerah terpencil," katanya.
Saat ini, PT Di mampu memproduksi rata-rata 10 pesawat dalam satu tahun. Tahun depan empat pesawat sudah dipesan oleh Senegal, Nepal dan Thailand dengan rincian Senegal memesan pesawat N235 seharga USD 25 juta, Nepal memesan pesawat N235 dengan konfigurasi pesawat maritime patrol seharga USD 30 juta, sedangkan Thailand memesan dua pesawat N212 i seharga sekira UDS 13 juta.
"Kenapa maritime patrol lebih mahal karena pesawat memerlukan kelengkapan seperti komputer, radar dan lain-lain, sedangkan kalau pesawat transportasi biasa kan cuma butuh kursi," katanya.
Sampai saat ini PT DI mampu memproduksi 431 pesawat, 48 di antaranya sudah diekspor ke Korea, Malaysia, Thailand, Turki, Brunei Darusalam, Filipina, vietnam dan lain-lain. "Memang kita pasarnya cocok untuk negara-negara Afrika, Asia dan Amerika Latin karena sesuai untuk medannya," pungkasnya.
Panel surya buatan PT Len
Produk panel surya produksi BUMN PT Len Industri (Persero), LenSolar menarik perhatian delegasi pertemuan IMF-World Bank.
"Utamanya peserta yang dari Afrika. Ada menteri ekonomi Madagascar yang sangat tertarik karena katanya di Afrika matahari selalu ada setiap saat dan ini adalah salah satu sumber tenaga listrik yang terbarukan, bukan dari fosil jadi mereka tertarik," kata Andri Cahyani, Duta BUMN di Paviliun Indonesia Nusa Dua Bali, Kamis (11/10).
PT Len Industri menghadirkan produk LenSolar di ajang pameran Paviliun Indonesia tersebut selama perhelatan pertemuan IMF-WB 8-14 Oktober.
Pameran berupa maket miniatur kota yang menggunakan solar panel LenSolar yang kekuatan energinya mampu menghidupi sebuah kota dan mengatur sistem sinyal kereta api itu selalu ramai dikunjungi para delegasi.
Sistem sinyal kereta api yang dimaksud adalah seperangkat fasilitas yang digunakan untuk mengontrol pengoperasian kereta api. Untuk sinyal modern yang tidak lagi memberikan sinyal kepada masinis dalam bentuk warna cahaya atau posisi lengan mekanik, tetapi segera memberikan perintah ke sistem penggerak kereta secara nirkabel. The Len Interlocking System (SIL) telah dipasang di lebih dari 150 stasiun di Indonesia. Antara lain, Jalur Ganda Cirebon- Surabaya Jalur Utara sepanjang 435 K.
Keuntungan sistem sinyal tersebut, menurut Andri adalah kemampuan operasi tinggi, harga yang kompetitif, prioritas terhadap keamanan, serta sistem yang dapat ditingkatkan.
Sementara itu, ada dua model solar panel yang dihadirkan PT Len Industri di pameran Paviliun Indonesia yaitu model statis atau yang terpasang dan model dinamis yang terpasang pada mobil.
"Menteri Madagascar itu tertarik sama model yang mobil ini karena katanya mudah dibawa ke daerah-daerah yang terpencil di sana," kata Andri.
Kepincut kerajinan Indonesia
Delegasi Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia meminati kerajinan khas buatan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Tanah Air yang ditampilkan dalam Paviliun Indonesia.
"Saya tidak hanya datang untuk menghadiri pertemuan tetapi ingin juga memahami Indonesia," kata Delegasi Bank Dunia, Dirk Reinermann ditemui di Paviliun Indonesia di area BICC Westin Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Dirk yang merupakan manajer di Bank Dunia untuk kawasan Eropa bagian selatan itu kagum melihat seniman dari Bali yang saat itu sedang memahat kerajinan topeng barong khas Pulau Dewata.
"Cara membuat topengnya itu indah sekali, sangat mengesankan. Saya akan beli nanti sebelum saya pulang," ucapnya seperti ditulis Antara.
Pria yang bergabung dengan Bank Dunia sejak 1996 itu mengaku terkesan dengan ide pemerintah Indonesia yang memamerkan capaian pembangunan Indonesia, yang dinilainya kini sudah jauh berkembang dan berbeda ketika dirinya terakhir ke Bali 20 tahun lalu.
Dengan adanya pameran tersebut, dia bisa melihat potret kecil tentang Indonesia yang kini ekonominya juga berkembang. "Saya senang bisa mendapatkan informasi tentang Indonesia. Beberapa informasi penting tentang ekonomi, kerajinan, dan budaya. Kami bisa melihat gambaran kecil tentang Indonesia," katanya.
Adanya Paviliun Indonesia tersebut disambut baik para perajin salah satunya Cokorda Raka Bawa, pemahat dari Desa Batubulan Kangin, Sukawati, Gianyar, Bali, yang sudah puluhan tahun menekuni seni membuat topeng.
Pria berusia 56 tahun itu tidak hanya memajang hasil karyanya, tetapi sembari memahat kayu pule yang akan dibuat menjadi topeng barong langsung di hadapan para pengunjung.
Dia mengharapkan hasil kerajinan topeng khas Bali buatannya bisa lebih dikenal dunia melalui pameran khusus yang didirikan serangkaian pertemuan ekonomi dan keuangan terbesar tahun ini.
"Saya mengerjakan ini hanya untuk berkesenian dan biasanya hanya dibuat berdasarkan pesanan. Dengan begini saya berharap semakin dikenal tidak hanya di negara sendiri tetapi juga mancanegara," katanya.
Sejumlah BUMN menampilkan capaian pembangunan di Tanah Air melalui Paviliun Indonesia yang dibangun selama pelaksanaan pertemuan itu, 8-14 Oktober 2018.
Selain memamerkan capain pembangunan Indonesia, sekitar 150 UMKM dari 64 pemerintah kabupaten/kota di Indonesia juga turut dilibatkan dalam memamerkan hasil karyanya.
Para pengunjung dimanjakan dengan adanya demo pembuatan batik, tenun, kerajinan tas, kipas, topeng dan suling serta kerajinan lainnya yang diharapkan menjadi daya tarik tersendiri bagi para delegasi. Rencananya, Menteri BUMN Rini Soemarno akan membuka paviliun di sela-sela pertemuan tahunan tersebut.
Tas motif Aceh
Tas motif Aceh berhasil memikat para pengunjung tahunan International Moneter Fund (IMF) di Nusa Dua, Bali. Tas hasil produksi kelompok usaha Syirkatun Nisa di bawah binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia tersebut menarik perhatian hingga laris manis diserbu pembeli di sela-sela pertemuan
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Lhokseumawe, Yufrizal menyebutkan, di tengah pertemuan yang membahas berbagai agenda penting itu, peserta dari berbagai delegasi menyempatkan diri bertandang ke stan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) binaan BI Lhokseumawe.
"Mereka umumnya melihat-lihat tas produksi motif Aceh, produksi Syirkatun Nisa yang merupakan UMKM binaan BI Lhokseumawe. Mereka juga tertarik dengan tas tradisional khas Aceh yang memiliki keunikan tersendiri namun modis dalam segala suasana," kata Yufrizal dikutip Antara, Minggu (14/10).
Tas Aceh dengan berbagai bentuk dan ukuran serta motif yang menarik tersebut, mendapat tempat dihati para peserta yang bukan hanya dari Indonesia bahkan peserta dari luar negeri juga.
"Mereka bahkan membeli lebih dari satu, baik untuk dipakai sendiri maupun sebagai hadiah bagi keluarga di negerinya. Bahkan ada yang ingin membeli tas dengan model tertentu akan tetapi sudah habis terjual," ujar.
Managing Director IMF Christine Lagarde, juga menyempatkan diri mengunjungi stan binaan BI Lhokseumawe tersebut dan melihat-lihat berbagai jenis tas produksi kelompok usaha Syirkatun Nisa.
Sejumlah pengunjung sempat berpikir bahwa tas dengan bentuk dan motif tradisional tersebut, diproduksi oleh pengrajin di Bali. Akan tetapi setelah dijelaskan bahwa produksi tas tersebut berasal dari Aceh, sebuah provinsi paling barat Indonesia, mereka semakin kagum.
"Alhasil, dari 345 item barang yang dibawa dari Aceh, sampai hari ini hanya tersisa lima jenis saja, sedangkan yang lainnya semua habis terjual," ujarnya.
Pertemuan Tahunan IMF dan Grup Bank Dunia yang digelar sejak 8-14 Oktober di Nusa Dua, Bali itu, dihadiri delegasi dari 189 negara dan lembaga-lembaga internasional digelar di Nusa Dua Bali, 8 -14 Oktober.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belanja untuk penanganan iklim setara 3,5 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Baca SelengkapnyaAjang Trade Expo Indonesia jadi sarana bagi para pelaku usaha dalam negeri untuk memperkenalkan produk-produknya ke pasar internasional.
Baca SelengkapnyaJokowi menyebut lonjakan anggaran HUT ke-79 RI tidak terlalu tinggi.
Baca SelengkapnyaFIFGROUP mencatat transaksi sebesar Rp 6,2 miliar di Indonesia Motorcycle Show Plus (IMOS) 2023 yang ditutup pada Ahad (29/10) di Hall 10 ICE-BSD City.
Baca SelengkapnyaITF bukan hanya untuk mendatangkan konser-konser nasional maupun internasional saja, tetapi juga dapat digunakan untuk kegiatan pertemuan dan lainnya.
Baca SelengkapnyaMoeldoko memastikan, negara sudah merinci penggunaan anggarannya
Baca SelengkapnyaISF 2023 juga menampilkan 14 sesi tematik tentang isu-isu seperti ekonomi sirkular, kerja sama internasional dan lainnya.
Baca SelengkapnyaPrediksi Indef terkait masa depan IKN di era kepemimpinan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaRealisasi anggaran untuk pelaksanaan rangkaian kegiatan HUT RI di IKN lebih tinggi dibandingkan Jakarta.
Baca SelengkapnyaPenyelenggaraan Upacara HUT RI pada tahun ini diselenggarakan di dua tempat karena ada masa transisi perpindahan ibu kota dari Jakarta ke IKN.
Baca SelengkapnyaThomas Djiwandono mengungkapkan isi pertemuan Prabowo dan Sri Mulyani selama tiga jam.
Baca SelengkapnyaMenteri Investasi Bahlil Lahadalia protes ketika rapat dengan Komisi VI DPR, Selasa (11/6).
Baca Selengkapnya