4 Strategi Indonesia hadapi krisis keuangan Turki
Merdeka.com - Krisis keuangan Turki kini menjadi fokus pemerintah. Krisis akibat kemerosotan mata uang Turki Lira ini dinilai akan memberi dampak terhadap perekonomian Indonesia.
Setelah melemahnya Rupiah hingga mencapai level Rp 14.600 per USD, dampak dari krisis ini juga diperkirakan akan melebar hingga kesulitan Indonesia untuk membayar utang luar negeri swasta.
Meski begitu, pemerintah tak diam begitu saja. Pemerintah pun menyiapkan beberapa strategi untuk menghadapi krisis ini.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Bagaimana BNI menghadapi krisis? BNI terbukti tangguh dalam menghadapi krisis yang terjadi di tahun 1998, 2005, 2008, dan 2020. BNI melakukan berbagai transformasi bisnis digital untuk tetap bisa mengerek kinerja keuangan, salah satunya dengan membangun ekosistem digital nelayan.
-
Kenapa rupiah Indonesia hiperinflasi pada tahun 1963-1965? Di awal kemerdekaan Indonesia, sistem nilai tukar rupiah yang diterapkan yaitu kurs tetap. Artinya, sebuah negara harus ada cadangan devisa yang terkontrol. Akan tetapi sebagai negara baru Indonesia hanya punya sedikit cadangan devisa. Ekonomi Indonesia kemudian diperburuk saat bergulirnya agresi militer Belanda II.
-
Apa nama mata uang Indonesia? Rupiah merupakan nama mata uang Indonesia yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di seluruh wilayah Indonesia.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
Perkuat ketahanan ekonomi
Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) mengatakan, memperkuat cadangan devisa merupakan hal penting yang harus dilakukan agar ketahanan ekonomi Indonesia semakin kuat. Terlebih di tengah kondisi ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian akibat perang dagang dan krisis yang melanda Turki.
"Termasuk dampak yang terakhir terjadi di perekonomian di Turki. Kita juga harus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah pada nilai yang wajar, inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang aman," ujar dia di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (14/8).
Untuk itu, dirinya ingin memastikan progres dari apa yang dibahas dalam ratas-ratas sebelumnya. Jokowi juga mengingatkan jajarannya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan pariwisata. Sebab sektor ini diharapkan mampu berkontribusi besar dalam peningkatan cadangan devisa.
Perkuat sektor riil
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan akan memperkuat sektor riil untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan di dalam negeri akibat krisis yang tengah melanda Turki.
"Krisis di Turki itu membuat emerging economy itu mendapat sentimen negatif. Nah, tentu kita sebagai salah satu negara dengan emerging economy ya harus menjaga fundamental ekonomi. Dalam hal ini, Kemenperin mendorong sektor riil," kata Airlangga Hartarto di Jakarta, dikutip Antara, Selasa (14/8)
Dia menjelaskan, untuk memperkuat sektor riil, Kemenperin akan mendorong investasi masuk di berbagai sektor di Tanah Air. Selain itu, Kemenperin juga berusaha meningkatkan ekspor berbagai produk manufaktur dan berupaya melakukan substitusi impor.
Kemenperin juga berupaya agar pasokan bahan baku untuk proses produksi dapat terjaga dengan baik, sehingga dapat menjaga iklim usaha agar senantiasa kondusif. "Industri manufaktur ini fundamental, jadi ini yang harus didorong. Jadi, tentu struktur industrinya masing-masing diperkuat," ungkap Airlangga.
BI diprediksi akan naikkan lagi suku bunga
Ekonom Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono memprediksi Bank Indonesia akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, dari 5,25 persen menjadi 5,5 persen. Hal ini disebabkan oleh tambahan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah akibat krisis Turki.
"Sehingga mau tidak mau BI harus naikkan suku bunga dari 5,25 persen ke 5,5 persen persen, karena tambahan beban (untuk Rupiah)," ungkapnya saat ditemui, dalam diskusi yang diadakan Jalan Media Communication (JMC), di Bellevue Hotel, Jakarta, Selasa (14/8).
Dalam pandangannya, Bank Indonesia sudah seharusnya menaikkan suku bunga sebagai upaya untuk menjaga stabilitas Rupiah. "Untuk langkah preventif tentu BI harus menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin," kata dia.
Dia pun memprediksi bahwa ke depan, Rupiah bakal sulit untuk menguat kembali ke kisaran Rp 13.000. Sebab tantangan perekonomian yang menekan rupiah makin banyak.
Redenominasi Rupiah harus dilakukan lebih hati-hati
Tony mengatakan krisis Turki memberikan sinyal bahwa Indonesia mesti lebih hati-hati dengan rencana redenominasi rupiah. Sebelumnya, negara ini dikenal sebagai success story redenominasi mata uang.
"Dengan kejadian Turki, Indonesia kita harus hati-hati tentu mengevaluasi kembali redenominasi. Meskipun saya tahu kondisi kita berbeda dengan Turki. Turki kita anggap yang sukses melakukan redenominasi. Pada tahun 1990, 1 USD lebih dari 100.000 lira. Kemudian dia berhasil redenominasi," ungkapnya saat ditemui dalam diskusi yang diselenggarakan Jalan Media Communication (JMC), di Jakarta, Selasa (14/8).
Menurutnya, meskipun berhasil melakukan redenominasi, Lira Turki kemudian tidak kokoh ketika menghadapi gejolak perekonomian global yang muncul. Hal itu tampak dari terlalu dalamnya depresiasi Lira terhadap dolar.
"Itu sebenarnya mencerminkan bahwa Lira Turki sebelumnya mengalami over valued, terlalu mahal, tidak sesuai dengan kinerja ekonominya. Maka barang Turki jadi tidak kompetitif, sehingga mereka mengalami yang namanya current account defisit. Lira yang terlalu mahal itu akan terkoreksi," jelasnya.
Pemerintah tentu perlu didukung untuk melakukan redenominasi rupiah. Namun, syarat-syarat fundamental seperti stabilitas nilai tukar rupiah harus dipenuhi lebih dulu.
"Misalnya soal kurs rupiah. Jadi stabil dulu baru diredenominasi. Inflasi rendah. Pertumbuhan ekonomi cukup baik, artinya diatasi 5 persen, tapi selama beberapa tahun baru kita merasa stabil," ujar Tony.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kusfiardi menekankan perlunya kebijakan fiskal yang hati-hati dan proaktif, termasuk dalam pengelolaan investasi infrastruktur yang strategis.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca SelengkapnyaPemerintah harap konflik Timur Tengah tidak berkepanjangan.
Baca SelengkapnyaBegini untung rugi Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaTransaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit secara terus-menerus dalam dua kuartal terakhir.
Baca SelengkapnyaDPR mencermati dinamika dan dampak dari konflik geopolitik
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaJokowi sempat mengakui bahwa dia cemas melihat kurs atau nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di atas Rp16.000.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan masih di atas 5 persen
Baca SelengkapnyaMendag Zulkifli Hasan menjelaskan, ekonomi Indonesia tetap melanjutkan tren pemulihan.
Baca Selengkapnya