4 Tudingan kesalahan SBY wariskan Jokowi perlambatan ekonomi
Merdeka.com - "Tidak baik juga presiden lama jelekkan presiden yang baru, sebaliknya juga tak baik presiden baru menjelekkan presiden lama. Hormat menghormati itu indah."
"Saya imbangi apa yang tidak dikerjakan oleh beliau, terutama dalam bidang forum global agar kesemuanya memberi nama baik untuk Indonesia. Jadi ada kata kata satu guru satu ilmu tidak boleh ganggu, dilarang saling mendahului. Hormat menghormati."
Pernyataan tersebut keluar dari bibir Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai bentuk pembelaan ketika dia kerap dikait-kaitkan bahkan disalahkan atas kondisi perekonomian nasional saat ini.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Apa yang terjadi dengan rupiah di era Soeharto? Perekonomian era Soeharto juga sangat kental dengan pro asing. Namun, stabilitas rupiah tidak berumur panjang di era Soeharto. Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Bagaimana Soeharto stabilkan nilai tukar rupiah? Soeharto kemudian tampil menggantikan Soekarno sebagai presiden. Dia mampu menstabilkan perekonomian dengan memangkas angka inflasi dari 635 persen di tahun 1965 menjadi 9,90 persen di tahun 1969. Soeharto menerapkan sistem kerja pembangunan nasional dengan istilah “Repelita“ yaitu rencana pembangunan lima tahun. Ini dibuat agar fokus kerja pemerintah lebih terarah di berbagai sektor.
-
Kenapa Presiden Sukarno sering kekurangan uang? “Adakah seorang kepala negara lain yang melarat seperti aku hingga sering meminjam uang dari ajudan?' kata Sukarno.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
Padahal SBY sempat memberikan nasehat sekaligus mengingatkan pemerintahan Jokowi-JK agar tidak lengah menghadapi situasi perekonomian dewasa ini. Di depan mata nyata terlihat makin lemahnya laju pertumbuhan ekonomi dan ambruknya nilai tukar Rupiah anjlok terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
"Kondisi saat ini berbeda dengan tahun 2008 dan 1998 dari sisi fundamental ekonomi, pertumbuhan, dan kondisi sosial-politik. Namun, pemerintah jangan lengah karena bisa berbahaya," katanya.
Pemerintah perlu mengantisipasi berbagai kemungkinan dan melakukan kerja keras untuk merumuskan kebijakan terbaik.
Imbauan tersebut justru berbalas sindiran dan kritikan lantaran SBY ikut berperan dalam perlambatan ekonomi saat ini. Bahkan SBY dituding mewarisi perlambatan ekonomi pada pemerintahan baru di bawah komando Jokowi-JK.
Dari pengusaha, pengamat ekonomi hingga menteri kabinet kerja Jokowi-JK ikut menyalahkan pemerintahan era SBY. Merdeka.com mencatatnya. Berikut paparannya.
Program tak dijalankan SBY
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai karut marut kondisi ekonomi Indonesia saat ini tak lepas dari tidak tanggapnya pemerintahan lalu. Pemerintah era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) banyak disebut tidak memanfaatkan momentum quantitative easing (QE) yang sedang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat atau The Fed.
Derasnya dana asing dari investor masuk Indonesia saat The Fed melakukan QE tidak dimanfaatkan pemerintahan SBY untuk menggenjot perekonomian. Kini saat The Fed mulai menaikkan suku bunganya, tak ayal dana asing tersebut perlahan mulai pergi meninggalkan Indonesia.
"Dana yang masuk itu sayangnya dalam bentuk 'hot money' bukan dalam bentuk investasi langsung. Oke dalam bentuk 'hot money', itu seharusnya segera digunakan untuk pembiayaan produktif. Karena ekonomi itu ada siklusnya, ketika siklus bisnis kita baru naik mestinya kita sudah menyiapkan bagaimana mengantisipasinya ketika nanti turun," papar Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati, di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (29/8).
Enny memaparkan, seharusnya Presiden SBY bisa menyiapkan langkah-langkah antisipasi saat kondisi perekonomian turun. Pertama percepat industri-industri subtitusi impor, percepat hilirisasi industri dan juga percepat energi alternatif.
"Tiga hal itu kan sebenarnya sudah menjadi program ketika era Pak SBY, tetapi kan itu tidak dijalankan," ungkap Enny.
Ekonomi melemah tak diobati SBY
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan perlambatan ekonomi Indonesia memang sudah terjadi sejak 2012. Namun, saat itu pemerintah dan pelaku usaha tak segera berbenah.
Menteri Bambang mengungkapkan, pemerintahan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terlalu terlena dengan kesuksesan menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga enam persen pada 2011. Maka saat terjadi pelemahan harga komoditas pada akhir 2012, mereka menganggap hal itu hanya sementara.
"Kalau di sini (Indonesia) usaha komoditas dinikmati di 2009-2010 dan masalah muncul di akhir 2011 ketika itu turun. Cuma orang lupa dan menganggap turunnya sebentar. Ternyata tidak, dan (berlanjut) sampai hari ini. Kerena gelembung stimulasi moneter di negara maju yang berimbas ke ekonomi global masuk ke Indonesia jadi harga naik luar biasa," ujar Menteri Bambang di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (27/8).
SBY tidak peka
Makin lemahnya kondisi Rupiah karena pemerintah tidak dapat menjaga stabilitas mata uang sejak 2008. Saat ini Rupiah berada di level Rp 8.000 per USD.
Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati ikut menyalahkan pemerintahan SBY-Boediono atas anjloknya nilai tukar Rupiah yang kini menyentuh Rp 14.000 per USD. Pemerintah SBY dinilai terlalu pasif saat Rupiah perlahan mulai anjlok.
"Fluktuasi soal nilai tukar, ketika tidak ada policy respons, maka rupiah kian anjlok. Kalau pemerintah aware sejak 2009, sejak krisis 2008 di atas Rp 8.000 per USD, ketika itu pemerintah tidak peka atas batas psikologis yang terjadi," ujar Enny kepada wartawan di Kantor Indef, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (24/8).
Menurut Enny, telah terjadi pembiaran sejak 2008. Pemerintah SBY seharusnya mencari kebijakan strategis ketika kondisi Rupiah telah melampaui batas psikologis pasar.
"Kalau misalnya Rp 10.000 per USD, seharusnya semakin mendorong fokus industri impor dan hilirisasi, maka bisa seperti posisi China, ketika masih ketergantungan sama impor dan komoditas, ketika itu mengalami depresiasi nilai tukar, itu yg membuat jadi momok menakutkan," tuturnya.
Tidak diantisipasi SBY
Pemerintahan Jokowi-JK dihadapkan pada persoalan besar, anjloknya nilai tukar Rupiah. Saat ini Rupiah sudah menyentuh 14.000 per dolar Amerika Serikat (USD) atau tercatat sebagai yang terburuk sejak krisis 1998.
Di saat kalangan akademisi dan pengamat ekonomi mencibir pemerintah Jokowi-JK karena gagal menjaga stabilitas nilai tukar, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani punya pandangan berbeda. Menurutnya, semakin terpuruknya nilai tukar Rupiah sudah diperkirakan sejak lama. Sebelum Jokowi-JK memimpin negeri ini.
"Kita sudah bisa memperkirakan terjadi seperti ini. Ini terjadi sudah jauh-jauh hari. Bahkan pada pemerintahan Pak SBY sudah terlihat. Tetapi kita tidak punya langkah untuk antisipasi," ujar dia kepada merdeka.com di Jakarta, Senin (24/8).
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintahan Jokowi mewariskan masalah yang cukup besar pada sistem demokrasi.
Baca Selengkapnyasaat mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Wakil Presiden pada pemerintahan 2004 hingga 2009, JK cenderung berselisih paham dengan SBY.
Baca SelengkapnyaWapres ke-10 dan 12, Jusuf Kalla atau JK memperkirakan, siapa pun yang menggantikan Jokowi akan menghadapi tantangan berat.
Baca SelengkapnyaSusilo Bambang Yudhoyono merespons soal kritikan yang disampaikan kalangan akademisi terkait demokrasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menilai permintaan maaf Presiden Jokowi di akhir masa jabatannya wajar saja
Baca SelengkapnyaTernyata, pada masa akhir pemerintahan SBY, ia memiliki harta kekayaan senilai Rp13,9 miliar yang dilaporkan kepada LHKPN.
Baca SelengkapnyaNamun, Jokowi tetap berani mengambil keputusan memotong subsidi BBM
Baca SelengkapnyaMenurutnya, hal penting yang harus dilakukan oleh Jokowi yakni mempertanggungjawabkan kebijakan.
Baca SelengkapnyaSBY menegaskan, apa yang sudah berjalan baik dari pemerintahan Jokowi harus dilanjutkan.
Baca SelengkapnyaIsu yang beredar, mulai dari pembatalan kenaikan UKT yang tinggi, hingga masalah yang menyeret Kejaksaan Agung dan Polri
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menyampaiakan ia sering mendapat umpatan kata-kata kasar di media sosial. Hal itu disampaikan Jokowi dalam sidang umum di DPR, Rabu (16/8).
Baca SelengkapnyaSetelah terpilihnya Jokowi menjadi orang nomor satu di Indonesia, lalu mengajak Prabowo ke dalam susunan kabinet.
Baca Selengkapnya