Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

42 Bank di Indonesia Saat ini Dimiliki Asing

42 Bank di Indonesia Saat ini Dimiliki Asing Bank Bukopin Samarinda. ©2020 Merdeka.com/Saud Rosadi

Merdeka.com - Industri perbankan Tanah Air tengah menjadi sorotan. Pandemi Covid-19 memunculkan kekhawatiran lonjakan kredit macet dan dapat mengakibatkan kinerja perbankan terganggu.

Melihat hal ini, tentu perbankan butuh tambahan modal besar demi menjaga posisi likuiditas. Maka dari itu, tak mengapa jika kepemilikan saham pihak asing di suatu bank harus bertambah, asalkan kinerja bank bisa terangkat dan kembali kuat dengan setoran modal.

"Setor modal bagi bank adalah harus. Kita harus menghargai pemilik bank yang rajin setor modal, selain memperkuat bank, tapi sekaligus menunjukan komitmen dalam membesarkan bank, karena bank itu bisnis jangka panjang yang padat modal," ujar Chairman Infobank Institute, Eko B Supriyanto, dalam diskusi infobanktalknews dengan tema "Peran Pemilik dalam Mendukung Kinerja Bank", Jakarta, Kamis (9/7).

Orang lain juga bertanya?

Eko menyebutkan bahwa bank asing sendiri telah ada sejak sebelum kemerdekaan Indonesia, atau tepatnya sejak tahun 1746 disebut De Bank Van Leening. Hingga saat ini, total ada 42 Bank Umum di Indonesia yang dalam status kepemilikan asing.

Dari jumlah tersebut, bank dalam kepemilikan asing yang asetnya diatas Rp 100 triliun diantaranya, Bank Danamon, CIMB Niaga, Maybank Indonesia, OCBC NISP, UOB Indonesia, Permatabank, dan MUFG Bank. "Porsi kepemilikan tidak menjadi masalah, yang penting kontribusinya kepada perekonomian Indonesia, menjalankan fungsi intermediasi agar dunia usaha berjalan sehingga mampu menciptakan lapangan kerja dan pada akhirnya pajak meningkat," jelas Eko.

Investasi di Bank Lebih Untungkan Indonesia Dibanding Bursa Saham

Eko mengungkapkan, sejauh ini 97 persen akuisisi bank dilakukan oleh investor asing, dan sisanya lokal. "Tidak jadi masalah, karena investasi ke bank selalu jangka panjang, dibandingkan investasi di pasar modal berupa hot money yang mudah terbang."

"Lihat saja juga, bank-bank BUMN yang go publik kan sahamnya banyak dikuasai asing dan deviden yang dibayar juga terbang. Harus diatur pembagian deviden yang bisa dibawa ke luar negeri. Itu yang penting, jangan diskusi asing atau non asing, lelah. Zaman sudah berubah," ucapnya.

Reporter: Pipit Ika Ramadhani

Sumber: Liputan6

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Perputaran Uang Makin Kering, Jokowi: Jangan-Jangan Banyak Dipakai untuk Beli SBN
Perputaran Uang Makin Kering, Jokowi: Jangan-Jangan Banyak Dipakai untuk Beli SBN

Para pelaku usaha mengeluh ke Jokowi soal makin keringnya perputaran uang.

Baca Selengkapnya
Ternyata Begini Dampak Tingginya Suku Bunga The Fed ke Ekonomi Indonesia
Ternyata Begini Dampak Tingginya Suku Bunga The Fed ke Ekonomi Indonesia

Indonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.

Baca Selengkapnya
Ketua OJK: Likuiditas Perbankan Memadai untuk Menyalurkan Kredit
Ketua OJK: Likuiditas Perbankan Memadai untuk Menyalurkan Kredit

Hal yang perlu menjadi perhatian adalah terjaganya tingkat pertumbuhan kredit dan DPK di level yang hampir sama.

Baca Selengkapnya
Tensi Geopolitik Masih Panas, OJK Minta Sektor Jasa Keuangan Waspada
Tensi Geopolitik Masih Panas, OJK Minta Sektor Jasa Keuangan Waspada

Tensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya
Kredit Korporasi Tumbuh 18 Persen Hingga April 2024, OJK: Tunjukkan Pemulihan Setelah Pemilu 2024
Kredit Korporasi Tumbuh 18 Persen Hingga April 2024, OJK: Tunjukkan Pemulihan Setelah Pemilu 2024

pertumbuhan kredit korporasi yang sebesar 18,45 persen ini lebih besar dibanding pencapaian pertumbuhan kredit secara keseluruhan yang sebesar 13,09 persen.

Baca Selengkapnya
Dirut BRI: Bankir Perlu Tingkatkan Risk Awareness untuk Hadapi Tantangan Ekonomi Global
Dirut BRI: Bankir Perlu Tingkatkan Risk Awareness untuk Hadapi Tantangan Ekonomi Global

Dirut BRI tegaskan bankir perlu memiliki risk awareness yang baik dalam menghadapi tantangan ekonomi global.

Baca Selengkapnya
Bos OJK Yakin Sektor Keuangan RI Masih Stabil di Tengah Ancaman Gejolak Ekonomi Global
Bos OJK Yakin Sektor Keuangan RI Masih Stabil di Tengah Ancaman Gejolak Ekonomi Global

Terdapat 5 ancaman ekonomi global saat ini, di antaranya penurunan inflasi hingga suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya
Kredit Perbankan RI Tumbuh 12,15 persen Ditengah Perlambatan Ekonomi Global
Kredit Perbankan RI Tumbuh 12,15 persen Ditengah Perlambatan Ekonomi Global

Pertumbuhan kredit tersebut menunjukkan kualitas kredit terjaga di tengah situasi global yang mengalami pelemahan.

Baca Selengkapnya
Utang Jatuh Tempo RI Capai Rp800 Triliun pada 2025
Utang Jatuh Tempo RI Capai Rp800 Triliun pada 2025

Kepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.

Baca Selengkapnya
Gubernur BI: Kredit Perbankan Tumbuh 9,7 Persen Pada November 2023
Gubernur BI: Kredit Perbankan Tumbuh 9,7 Persen Pada November 2023

Peningkatan kredit atau pembiayaan didorong oleh peningkatan permintaan kredit sejalan dengan tetap terjaganya kinerja korporasi.

Baca Selengkapnya
Kredit Perbankan Tembus Rp7.507 Triliun, Paling Banyak Disalurkan BUMN
Kredit Perbankan Tembus Rp7.507 Triliun, Paling Banyak Disalurkan BUMN

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi.

Baca Selengkapnya
Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.364 Triliun
Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.364 Triliun

Naiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.

Baca Selengkapnya