5 Alasan China sangat menakutkan bagi investor & picu krisis global
Merdeka.com - China belakangan ini membuat kebijakan yang menggegerkan dunia dengan sengaja mendevaluasi mata uangnya hingga 2 persen. Kebijakan ini diambil untuk mendongkrak ekspor China yang selama ini melemah.
Namun, kebijakan ini mengguncang ekonomi negara lain, termasuk Indonesia. Bahkan dampaknya lebih parah dari turunnya harga minyak dunia, bangkrutnya Yunani atau kenaikan suku bunga The Fed.
Buktinya, nilai tukar Rupiah sempat anjlok dalam hingga nyaris menyentuh angka Rp 13.800 per USD. Ini adalah level terendah semenjak krisis 1998.
-
Apa yang didominasi China dalam perlombaan global? China mendominasi perlombaan global dalam paten kecerdasan buatan generative atau AI Generative.
-
Apa yang dimiliki China? Tidak mengherankan, mengingat populasinya yang besar, China memimpin dengan jumlah pengguna internet global, diperkirakan mencapai 1,05 miliar.
-
Kenapa polisi China mengusur pedagang? Dia diberi imbauan agar tak berjualan di lokasi. Sebab, hal tersebut diungkap sang polisi dapat memicu kecelakaan bagi diri sendiri dan pengguna jalan raya lainnya. 'Anda tidak bisa berjualan semangka di sini. Ini bisa mengganggu lalu lintas,' terangnya.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Teknologi apa yang dikuasai China? China memimpin dalam 37 dari 44 teknologi yang dilacak dalam proyek selama setahun oleh lembaga thinktank, The Australian Strategic Policy Institute. Bidang itu meliputi baterai listrik, hipersonik, dan komunikasi frekuensi radio canggih seperti 5G dan 6G.
-
Bagaimana polisi China membantu pedagang? Meski berniat menggusur, namun sang polisi turut memberi solusi. Dia menyebut telah menyediakan tempat yang lebih aman bagi si penjual untuk menjajakan dagangan. 'Bapak, saya dapat tempat yang lebih aman. Di sana. Bapak juga bisa parkir kendaraan di sana,' lanjutnya.
Kebijakan China ini juga menakuti para investor global. Terbukti dengan turunnya harga saham beberapa perusahaan, seperti perusahaan merek mewah, semikonduktor serta pertambangan.
Penjelasannya adalah karena perusahaan tersebut menjadikan China pasar terbesar mereka. Dengan melemahnya Yuan, maka daya beli masyarakat akan tergerus dan mengurangi permintaan. Investor mulai ketakutan.
"Apakah mereka (China) tidak tahu apa yang mereka lakukan? Saya pikir begitu. Ini sangat serius dan membingungkan investor di seluruh dunia," ucap presiden penasihat investasi Yardeni Research, Ed yardeni dalam catatannya seperti dikutip dari CNN Money di Jakarta, Selasa (18/8).
Meski demikian, mengapa China sangat menakutkan bagi investor dan bisa memicu krisis global? Berikut ulasan Ed Yardeni:
Devaluasi Yuan timbulkan kegelisahan USD
Penguatan dolar Amerika (USD) tentu sangat bagus untuk menggenjot turis Amerika untuk bepergian ke luar negeri. Namun demikian, kondisi ini menghantam banyak perusahaan yang berbasis di Amerika.
Ketika USD menguat, barang yang dihasilkan perusahaan di Amerika akan lebih mahal dari para pesaingnya. Jika dijual ke luar negeri, termasuk China maka ini produk Amerika lebih mahal dari produk China sendiri.
Keputusan China mendevaluasi atau menjatuhkan nilai tukarnya membuat investor resah. Ini menjadi salah satu sebab jatuhnya harga sama perusahaan di Amerika awal pekan ini.
China bersin, dunia menjadi dingin
Alasan terbesar mengapa China menjadi penting adalah masalah ukuran. Tidak seperti Yunani atau Puerto Rico, China memberi dampak ke seluruh dunia.
China sekarang menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. China merupakan konsumen terbesar bahan baku seperti minyak dan tembaga. Harga kedua bahan baku ini jatuh dalam beberapa pekan terakhir karena menurunnya permintaan.
Pelemahan ekonomi China akan membuat harga komoditas ini menjadi lebih anjlok. Tentu saja, ini akan menghantam keuangan negara yang bergantung pada sumber daya alam.
"Itu bisa mengakibatkan krisis utang di suatu tempat di belahan dunia lain. Dengan kata lain, kekacauan China mungkin akan memberikan dampak lebih kritis untuk krisis global," kata Yardeni.
Mesin pertumbuhan berhenti
Selama 15 tahun terakhir, China menjadi katalis kunci untuk pertumbuhan ekonomi global. Namun, kini ekonomi China terus mengalami perlambatan dari 10 persen di 2010 menjadi hanya 7 persen pada semester I-2015.
"Investor melihat China sebagai negara dengan ekonomi ajaib," kata Kepala Strategi Investasi di S&P Capital IQ, Sam Stovall.
China mengkhawatirkan
Kondisi perekonomian China secara nyata menciptakan 'penyakit' di perusahaan yang menggantungkan pasar atau penjualan di China. Pasalnya, pelemahan Yuan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat China.
Selama ini, banyak perusahaan multinasional Amerika seperti seperti Apple, General Motors, Nike, Starbucks dan KFC menggantungkan penjualan di China. Menguatnya USD terhadap Yuan juga membuat produk mereka lebih mahal di China.
"Selama ini, pertumbuhan China menjadi optimisme dan potensi pertumbuhan yang signifikan untuk saham di Amerika. Namun, kini menjadi sumber kekecewaan dalam hasil terakhir ini," tulis Analis Bank of America, Merill Lynch.
Investor tidak percaya China
Perjalanan ekonomi China masih diselimuti misteri. Oleh karena itu, banyak investor yang tidak percaya pada pemerintahan China yang akan mengatakan akan membuat perekonomiannya membaik.
Dengan kata lain, investor menyebut China sebenarnya bisa jatuh lebih buruk dari pada yang disadari orang-orang saat ini.
Tindakan China baru-baru ini dalam mendevaluasi Yuan misalnya. Hal ini sama sekali tidak membantu dengan baik di saat penurunan tajam pasar saham China. Upaya masa depan untuk menghidupkan kembali pertumbuhan kemungkinan akan disambut dengan peningkatan skeptisisme dari pasar.
"Sementara program pengeluaran dan penurunan suku bunga dapat sedikit memberi bantuan, kepercayaan diri," ucap Analis Bank of America, Merril Lynch.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Industri keuangan China sedang mengalami perombakan signifikan.
Baca SelengkapnyaTiga negara besar yakni Amerika Serikat, China dan Eropa dalam situasi mengendalikan dan mengelola ekonomi yang tidak mudah.
Baca SelengkapnyaCara orang super kaya di China amankan aset ditengah perekonomian yang melambat.
Baca SelengkapnyaPerlambatan ekonomi China memberikan pengaruh ke ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerusahaan raksasa dunia yang lain bisa melihat ini menjadi celah atau dipandang sebagai buruknya tata kelola birokrasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaNegara miskin menghadapi ketidakstabilan ekonomi dan bahkan kebangkrutan akibat beban pinjaman luar negeri.
Baca SelengkapnyaTerdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump.
Baca SelengkapnyaSituasi ini memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan IMF karena kekhawatiran meningkat menjelang kemungkinan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden AS dalam Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaTak bisa dipungkiri, China merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia.
Baca Selengkapnya"Ketenagakerjaan, menyangkut kepentingan vital rakyat."
Baca Selengkapnya